17 | Door of revenge

274 62 49
                                    

<Klik layar, lalu pencet bintangnya sebelum membaca>

...

Sinar mentari pagi telah menyambut bumi, membawa angin segar serta embun-embun yang terjatuh dari daun ke daun. Dua anak manusia itu masih dalam keadaan telanjang, berbalut selimut tipis dan saling mendekap satu sama lainnya.

"Damaya, kau dimana?" suara teriakkan sang ibu membuat gadis itu akhirnya terbangun dari tidur pulasnya, masih dalam dekapan sang raja, Damaya bahkan tidak sengaja menyikut hidung Sugyon karena panik, sehingga pria itu ikut terkejut dan kelagapan.

"Astaga gila! ini sudah pagi, bangun jeonha!! ibuku sudah bangun" panik Damaya mencari-cari pakaiannya, yang ntah teronggok dimana, akibat semalam bermain gila.

"Kau mengagetkanku tau!" balas Sugyon, masih berusaha mencerna situasi, sembari memegangi hidungnya, untung tidak copot dari tempat.

Damaya segera berpakaian ala kadarnya, lalu keluar dari kamar, meninggalkan raja yang masih enggan untuk beranjak, semalam mereka menghabiskan berjam-jam untuk bercinta, sehingga pria itu masih saja merasakan sisa-sisa kenikmatan.

"Eomma!" ia langsung menghampiri sang ibu.

"Damaya, astaga, eomma pikir kau kemana, eomma sudah memanggilmu berkali-kali, kau dari mana, nak?" ibu Damaya berjalan meraba-raba.

"Um, aku... aku dari.." Damaya bingung mencari alasan.

"Eomma pikir kau sudah pergi tanpa berpamitan" kata wanita itu, lalu memeluk anak gadisnya.

"Tidak mungkin aku pergi tanpa pamit, oh ya eomma, eomma dan Meokju nanti tidak perlu membawa pakaian, di sana sudah disediakan semuanya, tetapi kita tetap harus berpisah, Damaya pasti akan mengunjungi eomma kalau sudah mendapatkan ijin untuk keluar dari istana"

"Istana?!" balas sang ibu terkejut, Damaya pun tak kalah terkejut tentunya, ia langsung berusaha meralat ucapannya.

"Iya eomma, rumah bangsawan itu besar sekali, sampai aku menyebutnya istana, bukankah memang aku layak menyebutnya istana jika dibandingkan dengan rumah kita yang hampir roboh ini?" Damaya terus membuat kebohongan-kebohongan demi untuk tidak membuat sang ibu curiga.

"Astaga, eomma kira istana kerajaan, eomma benar-benar tidak rela kalau seandainya kau sampai berada di istana, bahkan tidak sudi kalau anakku menginjakkan kaki di tanah penuh dosa itu" ucapnya dengan bibir bergetar, ntah sebenarnya apa yang sudah terjadi.

Sugyon terkejut, mendengar ucapan ibu Damaya, ada apa sebenarnya. Kenapa ibu Damaya sebenci itu bahkan hanya mendengar kata istana, apa yang terjadi sesungguhnya?. Damaya menotis kehadiran Sugyon, sehingga ia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Eomma, aku akan pergi lebih dulu, aku harus mengantar temanku ini ke pelabuhan, setelah itu aku harus langsung berangkat ke kota tempat bangsawan itu tinggal, nanti eomma dan Meokju akan di jemput oleh pengawal tuan ku untuk menuju tempat yang sudah aku beritahukan sebelumnya"

"Tidak bisakah eomma tetap tinggal di sini saja?" tawar sang ibu. 

"Eomma, kita sudah bicarakan hal itu kan, rumah kita ini hampir roboh, apalagi beberapa hari kedepan sudah memasuki musim hujan, aku tidak mau meninggalkan eomma sendirian di sini sedangkan aku tinggal dengan nyaman di tempat yang layak" Damaya berusaha membujuk lagi sang ibu.

"Baiklah kalau begitu, eomma akan mengikuti semua yang sudah kau atur, kalau begitu bersihkan dirimu, baumu sangat aneh" ucap sang ibu setelah mengendus sekali. 

"Aneh?" batin Damaya ia bahkan memundurkan tubuhnya, apakah ibunya menotis bau-bau percintaan?. Tidak mungkin.

...

MajestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang