Pagi itu, permaisuri tampak sangat kalut kala mendapati sang raja berada di kamarnya, sedangkan dirinya hanya berbalut kain sutera sebagai selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya bersama seorang pria maskulin.
"Jeonha!" Namju Kim terkejut sekali, bahkan ia langsung menyambar piyamanya lalu bersujud di kaki Sugyon.
"Jeonha! Kau.... Kenapa kita?" panik permaisuri kebingungan, sehingga langsung menutup tubuh polosnya dengan selimut rapat-rapat. Ia menatap sekeliling dengan rasa takut, terutama pada pria yang kini berdiri dihadapannya dengan menyilangkan tangan ke belakang.
Sugyon tersenyum tipis, tidak ada wajah kemarahan sedikitpun. Auranya tampak tenang sekaligus senang, akhirnya kini ia benar-benar menemukan alasan yang kuat untuk melengserkan posisi permaisuri dari istana ini.
"Kenapa kalian harus menyembunyikan semua ini dariku?" ujar Sugyon dengan suara pelan, tanpa ada kemarahan sedikitpun.
"Jeonha ampuni saya jeonha, tolong bunuh saya jeonha" tubuh Namju Kim gemetar, ia pun tidak tau apa yang sebenarnya terjadi kenapa tiba-tiba terbangun di ranjang bersama permaisuri dalam keadaan telanjang.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, dan yang perlu kalian tau bahwa aku tidak buta sehingga kalian akan menjelaskan apa yang sudah ku lihat dengan mata kepalaku sendiri"
"Sungguh ini salah paham jeonha, aku dan perdana menteri tidak....
"Sssstt, sudah-sudah, jangan ada kegaduhan yang membuat semua orang justru akan tau skandal kalian. Lebih baik kalian sekarang berpakaian yang benar aku tunggu di paviliun ku" ujar Sugyon, lalu beranjak pergi dari sana begitu saja. Membiarkan dua manusia itu saling kebingungan dengan apa yang terjadi.
Damaya tampak bahagia sekali hari ini, ia memilih baju-baju yang dihadiahi oleh sang raja, katanya untuk calon ibu dari putranya. Dan itu sangat manis sekali.
"Kau benar-benar beruntung sekali Damaya, jeonha terlihat sangat mencintaimu" ujar Mung Woo selagi menatap gadis beruntung itu menempelkan baju-baju di tubuhnya dengan raut wajah yang bahagia.
"Terkadang, kau harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan apa yang kau mau. Kalau perlu, kau harus menggila untuk mewujudkan mimpimu itu!" celetuk Damaya, lalu bersenandung kemudian.
"Hum, sepertinya itu hanya cocok diucapnya oleh gadis cantik sepertimu. Apalah dayaku ini... sudah kulitku kusam, wajahku tidak cantik, gigiku juga tonggos. Aku rasa walau aku berusaha sangat keras, tetap saja dunia berpihak pada yang punya rupa" balas gadis polos itu mengeluh.
"Setidaknya kau harus punya otak yang cerdas untuk memiliki banyak hal. Kalau kau bermalas-malasan terus, tidak mau berusaha naik tangga, bagaimana kau bisa sampai di atas?. Dengar ya Mung Woo, sejatinya di dunia ini tidak ada keberhasilan tanpa kelicikkan" tegas Damaya.
"Maksudmu?"
"Dunia memang tidak adil bukan? Apalagi kalau kita tidak cantik. Itulah kenapa kita harus punya kecerdasan untuk mengambil peluang naik tanpa seleksi rupa. Kau paham kan yang ku maksud?"
"Tidak" balas Mung Woo menggeleng.
"Yasudah itulah hasil yang akan kau tuai, karena kau bodoh, kau bisa diperalat dan diperdaya orang lain. Sudahlah, menjadi budakku juga bukan hal yang buruk kan? Aku tidak akan memerintahmu ini dan itu, cukup mendukungku dengan tutup mulut atas apa yang kau dengar itu lebih dari cukup!"
Gadis polos tersebut tersenyum lalu mengangguk, setuju dengan permintaan Damaya. Lagipula ia juga harusnya bahagia, ia bisa terbebas dari istana para ratu kalau dirinya diminta sang raja untuk menjadi budak Damaya, itu artinya ia hanya melayani Damaya seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Majesty
Fanfiction°Dark romance° 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐬𝐮𝐫 𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐠𝐮𝐥𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐤𝐞𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧𝐚𝐧 🔞 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐡𝐚𝐲𝐮𝐤 𝐬𝐞𝐠𝐞𝐫𝐚 𝐠𝐚𝐝𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧, 𝐛�...