07 | A Promise

340 107 41
                                    

"Kosongkan danau dalam waktu satu bulan!" titah sang raja dengan tegas.

"Jeonha saya rasa ini terlalu....

"Kau pikir aku melakukannya untuk Damaya? tidak Kim!, Seoran Gwibin juga terluka karena danau itu, dan aku tidak ingin lagi kalau danau menjadi alasan bahaya bagi perempuan-perempuan di istana!"

Memang terdengar sangat tidak masuk akal bagi Namju Kim, dan ia jelas tau alasan utamanya hanya karena Damaya, bukan selir Seoran atau siapapun, karena bahkan sang raja tidak menanyakan sedikitpun tentang keadaan selir Seoran jika seandainya alasannya benar-benar untuk kepentingan umum.

Kini rombongan ibu suri, nenek suri dan calon permaisuri telah sampai di istana timur. Seperti biasa, ibu Suri langsung mencerca apapun tindakan yang dilakukan oleh sang raja.

"Bahkan belum satu bulan tinggal di istana, calon selir sudah hampir mati, astaga malangnya gadis itu, apakah dia menerima perlakuan tak baik dari Jusang, mungkin karena itulah ia ingin bunuh diri?" Cicit ibu suri seraya menatap penuh dengki.

"Kenapa bisa seperti ini Jusang?" tanya nenek Suri penuh antusias.

= >Jeonha merupakan panggilan terhormat untuk sang raja bagi para rakyat dan seluruh orang-orang yang tinggal di istana, tetapi sebutan Jusang merupakan panggilan terhormat untuk sang raja dari kerabat dekat dan yang memiliki hubungan darah atau keluarga.

"Benarkah kau hendak bunuh diri nak?" tanya nenek Suri pada Han Seoran yang masih bungkam. Ia takut, takut sekali kalau kabar ini sampai di telinga sang ayah.

Seoran menggeleng takut-takut, "Saya tergelincir, daewang daebi mama" ucap Seoran dengan nada sedikit gemetar, padahal ia berharap dayang itu tidak menyelamatkannya supaya ia tidak harus menghadapi situasi seperti saat ini.

"Bagaimana keadaan pelayan itu yang mulia?" Pertanyaan calon permaisuri seolah ia ingin semua orang tau kalau yang mulia raja menaruh perhatian lebih terhadap pelayan itu.

"Dia yang menyelamatkan Seoran gwibin, jadi sepantasnya aku memberikan perawatan yang sama, kenapa pertanyaanmu seolah memiliki maksud lain, calon permaisuri?" Sugyon mengintimidasi, kini pria itu semakin tidak suka dengan sikap Kim Hwara yang terlalu ikut campur, terlebih jika itu menyangkut gadisnya.

"Tidak yang mulia, saya sungguh menghawatirkan pelayan itu, saya berpikir, malang sekali nasibnya jika sampai yang mulia tidak menolongnya semalam, dia bisa saja tewas" Sugyon mengeratkan giginya geram, tidak suka dengan kata tewas, mengingat semalam Damaya memang sudah sedikit membiru.

"Sudah menjadi tanggung jawab raja untuk melindungi siapapun tanpa terkecuali, calon permaisuri. Pelayan juga seorang manusia, akupun tidak akan segan menolong orang-orang yang membutuhkan bantuanku, tidak perduli dia dari kalangan mana, tanpa para pelayan, apa kau kira-kira sanggup menggantikan mereka menyelesaikan semua pekerjaan di istana ini, calon permaisuri? Pikirkanlah... Mereka melayani apapun kebutuhan kita, dan membantu kita setiap hari, mereka pun sangat berharga bagiku" tekan Sugyon.

"Wahhh.. wahh.. wah, apakah calon permaisuri dan Jusang sudah saling berdebat, bagaimana kalau sudah menikah nanti , apakah pernikahannya akan terus diisi dengan perdebatan, astaga, itu sangat tidak patut dicontoh masyarakat negeri ini" imbuh Ibu Suri.

"Diamlah kau!, jangan semakin menambah keributan! aku rasa Jusang memanglah raja yang bijaksana dan perduli terhadap semua orang di istana" peringat nenek suri pada ibu suri yang selalu saja sengaja menyulut api.

"Aku minta tinggalkan kami berdua" sang raja yang meminta semua orang untuk pergi, hanya meninggalkan dirinya dan Seoran saja, berdua dalam ruangan itu.

MajestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang