Semilir angin sendu yang datang dari langit mendung malam itu. Rasa dingin pun datang seolah semakin menekan bumi, kumpulan awan menebal hitam di atas langit yang pekat, lalu tak berselang lama, tetesan air turun dengan derasnya. Membantu memberikan kenyamanan dua insan yang kini tengah memadu kasih setelah banyaknya rentetan kejadian yang kurang menyenangkan yang mereka terima.
Bibir manis yang beradu di bawah cahaya temaram obor api kecil yang sayup-sayup menerangi, suara decapan kian menggema seisi ruangan, tidak perduli apakah dinding itu bertelinga atau tidak.
Ujung indera penciuman sang empu pun mulai menelusuri setiap garis kulit si gadis yang kini hanya bisa pasrah oleh kungkungannya, menengadahkan kepala tak berdaya dengan mulut kecil yang tak sanggup berhenti mendesah. Ia kalah, sungguh kalah dalam peperangan ego ini.
Temali hanbok yang tadinya sangat rapat mengikat tubuh Damaya, kini perlahan ditarik sampai terlepas.
Dengan kesadaran penuh, Damaya mengizinkan dirinya untuk di jamah oleh sang raja dinasti ini, pikirannya mungkin tidak lagi berjalan dengan logika, karena kalah telak oleh nafsu birahi yang mungkin membawa tujuan lain selain daripada ingin memiliki satu sama lain.
Tangan berurat sang pria sempat ditahan saat akan menurunkan pakaian dalamnya, namun tatapan pria itu sungguh memabukkan, menghipnotisnya seolah tangan itu dapat disingkirkan dengan mudah.
"Ini salah yang mulia" rintih Damaya mencoba mempengaruhi sang empu, tetapi tidak berefek samsekali.
"Tidak ada yang salah dalam cinta Damaya"
"Tapi ini nafsu, bukan cinta" Damaya meneteskan air mata, namun suara pemberontakannya tak dapat didengar oleh Sugyon, mengingat hal mengerikan hari ini yang hampir membuatnya gila. Ia tidak akan membiarkan siapapun memiliki Damaya selain dirinya.
Pria itu melepas semua yang menempel di tubuh sang gadis, hingga tidak ada sehelai kain pun, sejenak Sugyon mengangumi isi di dalamnya yang luar biasa indah, ia belum pernah melihat keindahan yang nyata seperti itu.
"Aku mohon jangan menangis Damaya" bisiknya.
"Bagaimana jika setelah ini yang mulia membuangku? Posisiku bukan siapa-siapa" keluhnya berkata jujur akan kekhawatiran yang ia rasakan.
"Percayalah, aku mencintaimu lebih dari yang kau tau" Sugyon mengusap air mata sang gadis.
Sugyon segera turun memberikan kecupan di bagian-bagian indah itu, menyentuhnya dengan tangan gemetar, meraba benda yang selama ini belum pernah ia lihat selain daripada dari lembaran-lembaran buku yang ia pelajari.
Kini ia dapat menyentuhnya secara ril, merasakan lembut dan halus kulit sang gadis, ada perasaan senang saat mulai meremasnya, kenyal dan menggiurkan, seakan ia ingin memakannya habis-habisan.
Damaya mulai terbawa lagi, meneguk ludahnya ketika merasakan sentuhan sang empu di atas sintalannya, tubuh yang selama ini tak pernah ada yang menyentuh, kini merasakan ada tangan besar yang tengah merabanya.
Bibir yang mulia raja akhirnya mendarat di atas benda bulat nan indah itu, ia mulai tertarik untuk mencicipinya daripada hanya menyentuh. Indra pengecapnya bahkan mulai menelusuri benda kecil yang malu-malu muncul disana.
"Eumh" eram Damaya saat merasakan pucuk sintalnya terasa basah, geli dan ada perasaan lebih dari sekedar nyaman.
Seolah permen yang manis, Sugyon terus bermain-main di area itu, ia menyapu bulatan kecil pink kecoklatan tersebut dengan lembut, memutar-mutar benda tak bertulangnya teramat lihai, hingga menimbulkan sesuatu yang keluar semakin banyak dari pangkal paha sang gadis.
Damaya meremat spray kasur tipis itu dengan mata tertutup, nafasnya terus berderu bersamaan dengan jantung berdebar hebat, rasa yang membuatnya menggila dan mulai kehilangan arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Majesty
Fanfic°Dark romance° 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐬𝐮𝐫 𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐠𝐮𝐥𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐤𝐞𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧𝐚𝐧 🔞 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐡𝐚𝐲𝐮𝐤 𝐬𝐞𝐠𝐞𝐫𝐚 𝐠𝐚𝐝𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧, 𝐛�...