15 |The Villain

247 76 35
                                    

Yang baca 170 dan 130 an di dua eps sebelumnya, tapi yang vote 50 ajah gaada :( se susah itu ya pencet bintangnya..

Serius aku ga semangat bngt 😭 apakah kalian ga suka sm wp ini? Lain kali aku gamau up kalau ga 60 vote 😭🥹

...

Bola mata kecokelatan yang amat tajam, kini terfokus pada satu titik bidik. Di balik kain penutup mulut, gadis itu bergumam lirih, ntah apa yang ia ucapkan. Ia menatap seorang pria paruh baya, yang tengah menyeduh teh dengan santai, ditemani oleh istrinya dari kejauhan.

Tiba-tiba dalam hitungan detik, pria paruh baya yang tadinya tertawa dengan sang istri, kini tampak sangat kesakitan, darah terus muncrat dan mengucur dari leher yang tertusuk anak panah hingga menembus ke bagian belakang lehernya. Sang istri pun kalang kabut berteriak panik, melihat suaminya skaratul maut secara mengerikan, dengan darah yang sangat banyak keluar dari mulut dan tenggorokannya.

Gadis itu tersenyum senang, menyaksikan bagaimana tua bangka itu melewati ajalnya. Saking mahirnya dalam memanah, ia bahkan membidik dengan jarak hampir 100 meter dari target.

"Nikmatilah pembalasanku, tua bangka!" balas Damaya dengan rasa puas di hatinya, sudah lama sekali ia menahan diri untuk tidak bertindak, tetapi kali ini ia akan menyusun rencana yang lebih rapi lagi, sampai tujuannya benar-benar terpenuhi.

Gadis itu kembali setelah menyelesaikan satu misinya. Ia bahkan berubah menjadi gadis baik nan polos lagi dihadapan teman dan ibunya. Seolah ia hanya gadis biasa saja.

"Eommaaa......" panggil Damaya dengan manja pada sang ibu dari kejauhan.

"Damaya, kau sudah pulang?" teriak wanita paruh baya di sana dengan senyum yang merekah di bibirnya, mendengar sang anak gadis satu-satunya itu akhirnya kembali, setelah berpamitan akan pergi ke hutan bersama Meokju.

"Eomma tau, aku dan Meokju berencana akan memasak hasil buruan siang ini, kami mendapatkan ikan dan burung lumayan banyak, dan kami akan memasak makanan yang sangat lezat" tutur Damaya dengan suasana hati yang teramat gembira.

"Berapakali eomma memperingatimu untuk tidak menggunakan senjata sekalipun berburu, eomma tidak akan memaafkan siapapun kalau kau sampai terluka!" marah wanita paruh baya itu pada sang putri semata wayang.

"Eommaaa....aku tidak berburu menggunakan senjata, kami pakai batu dan ketapel, ya kan Meokju!!" bohong Damaya seraya menyenggol lengan Meokju agar ikut berbohong.

"Y-ye, eommanim, Damaya pakai batu untuk berburu, lagipula darimana kami mendapatkan panah atau senjata lainnya, panah orabbeoniku sudah patah sejak lama" timpal Meokju, berusaha meyakinkan.

"Aigo, baiklah, yang terpenting kalian baik-baik saja sekarang" wanita buta itu berjalan perlahan seraya meraba-raba sekitar.

"Tentu, eomma, jangan hawatir kami sudah dewasa" Damaya kemudian memeluk ibunya, hanya wanita itu satu-satunya yang ia miliki.

Singkat cerita, sebelum Damaya pergi untuk membunuh seseorang, ia menyuruh Meokju membersihkan hasil buruannya terlebih dahulu, dan meminta gadis itu menunggunya sebelum membawa hasil buruan mereka ke rumah Damaya.

Tidak hanya itu, Damaya bahkan semalam, sudah melenyapkan penjaga yang merawat ibunya, karena Damaya sudah tak membutuhkanya lagi.

"Apa kau benar-benar sudah tidak kembali bekerja di rumah bangsawan itu lagi, nak?" tanya sang ibu, yang hanya tau kalau putrinya selama ini bekerja di rumah bangsawan, bukan di istana.

"Mereka sudah tidak menginginkan tenagaku, jadi aku lebih baik merawat eomma saja disini, aku masih bisa menghasilkan uang dengan kembali menganyam jerami, walaupun tidak banyak uang di dapat, asal selalu dekat dengan eomma, aku akan sangat bahagia" rayu Damaya selagi ingin mengalihkan topik.

MajestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang