13 | Fire Early

267 68 38
                                    

Satu bulan kemudian,

Situasi di istana mulai jauh dari kata huru hara, permaisuri dan nenek suri tidak lagi tertarik untuk mengusik Damaya, selain karena peraturan telah ditetapkan, mereka berdua sepakat untuk tidak mencampuri kesenangan sang raja.

Kini, permaisuri pun mulai memiliki kesenangan sendiri, ia tidak mau pusing bersaing dengan wanita rendahan itu. Tetapi, bukan berarti ia tidak berusaha untuk mendapatkan perhatian raja, ia tetap menjajakan dirinya pada sang raja sekalipun masih di tolak mentah-mentah.

Yang sedang permaisuri usahakan adalah memiliki kesempatan untuk bermalam dengan raja agar bisa melahirkan putra kerajaan. Damaya pun bukan gadis bodoh yang tidak mengerti taktik permaisuri, ia mencoba mengambil hati sang raja dengan sikap sok pengertiannya itu, dan Damaya yang paling merasakan perubahan permaisuri, sehingga membuatnya harus waspada, lengah sedikit raja bisa saja tertarik pada permaisuri.

Bagi Damaya, permaisuri adalah wanita murahan yang rela menjatuhkan harga dirinya demi pria yang tak menginginkannya. Terkadang Damaya merasa miris melihat hal tersebut. Bagaimana bisa wanita sekelas bangsawan justru menjajahkan diri pada pria yang jelas-jelas menolaknya, sekalipun itu adalah suaminya sendiri.

Begitupun sebaliknya, bagi permaisuri, Damaya adalah gadis bodoh yang mau saja menjadi mainan gratis bagi sang raja, gadis itu tidak memiliki posisi apapun, melainkan hanya kekasih gelap yang bebas dimasuki kapanpun saat raja ingin. Miris sekali melihat wanita kasta rendah yang sudah tidak dihormati secara strata, dan bertingkah layaknya pelacur murahan pula.

Sedangkan pria yang tengah diperebutkan itu, kini sedang mengamati luasnya air tenang yang mengelilingi istana, ia masih menerka-nerka apa yang di inginkan Damaya sejauh ini, gadisnya itu bahkan tidak keberatan untuk menjadi budak seumur hidup saat ditanyai soal status yang mungkin di inginkan olehnya, hal tersebut lah yang semakin hari menjadi sebuah kejanggalan bagi Sugyon.

"Ehm!" Damaya memeluk sang raja dari belakang, sehingga refleks Sugyon menyunggingkan senyum sumringah sebelum ia memutar tubuhnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan yang mulia?" tanya Damaya penasaran, tampaknya pria itu sudah berjam-jam berada di sana.

"Tidak ada yang ku pikirkan, hanya saja aku masih bingung denganmu, dengan sikapmu" balas Sugyon menoel hidung Damaya walau tatapannya penuh intimidasi.

"Apa yang harus kau bingungkan jeonha?" Damaya memberi sedikit jarak agar bisa melihat wajah sang raja dengan jelas.

"Kau tau, aku sangat ingin menikahimu, tapi ntah kenapa kau tidak bersedia, dan anehnya kau juga sangat cemburu jika permaisuri datang ke kamarku, situasi itu yang masih tidak ku mengerti hingga saat ini, Damaya-shi" jemari Sugyon menelisik, mengelus pipi sang gadis dengan lembut, berusaha menginvasi pikiran Damaya.

"Kenapa harus dipikirkan, cinta tidak harus memiliki status bukan? aku hanya ingin menikmati saja hidup seadanya seperti ini, maksudnya, aku tidak perlu di kenal oleh siapapun, tetapi aku jelas memiliki pengaruh besar untuk kehidupan sang raja, bukan begitu, yang... Mulia?" Goda Damaya mengedipkan mata genit sehingga membuat Sugyon tersenyum sampai gigi-giginya terlihat.

Gadis itu benar-benar membuatnya kehilangan akal untuk berpikir jernih.

"Tapi aku juga ingin dunia tau, kau adalah wanitaku dan aku mencintaimu" balas Sugyon lembut, lalu menyertakan kecupannya di pipi sang gadis.

"Dunia lain tidak perlu tau, kenapa mereka harus mengakui, kalau sebenarnya dunia kita ini hanya ada aku dan dirimu saja, itu sudah cukup bagiku.. terlalu banyak manusia yang tau tentang kehidupan kita, perasaan kita, apa yang kita lakukan, bagaimana cara kita hidup itu benar-benar melelahkan. Karena kau tau yang mulia...?" Damaya menghendikan bahunya dan mulai bersikap manja.

MajestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang