NARA 2

327 17 0
                                    

Pagi ini cuacanya sangat cerah. Aku merasa tidak ingin bangun dari tempat tidurku. Aku ingin tinggal lebih lama didalam selimutku yang hangat ini.

"Alkira Darmawan. Apa kamu tidak ingin bangun? Ayo berangkat sekolah dan jangan lupa hari ini pulang sekolah kamu langsung pergi untuk latihan Vocal". Teriak ibuku sambil membereskan beberapa pakaian didalam lemariku.

Iya begitulah keseharianku. Ibu dan Ayahku menemukan bakatku ketika aku berusia tiga tahun. Mereka bilang saat usia tiga tahun aku sering sekali bernyanyi dan memainkan beberapa alat musik. Sampai diusiaku sekarang tujuh tahun mereka benar – benar protektif tentang bakatku. Mereka menyuruhku untuk mengikuti kegiatan les Vocal, Violin dan Piano. Ini sedikit membuatku hampir menjadi gila.

Bukan karena aku tidak menyukainya tapi karena kegiatanku ini mengurangi waktu tidurku. Seperti yang kalian tau aku benar – benar sangat menyukai tempat tidurku. Bahkan jika diberi waktu satu hari libur. Aku ingin berada dikamarku menutup pintu rapat selama 24 jam. 

Menghabiskan waktu seharian dengan tidur, mendengarkan musik, makan beberapa cemilan kesukaanku yaitu Popcorn Jagung dengan Rasa Caramel dan minuman jasmine tea, aku tidak begitu menyukai minuman yang manis. 

*16 TAHUN KEMUDIAN*

16 Tahun berlalu begitu cepat. Aku Alkira Darmawan anak perempuan dari Bagasditya Darmawan yang merupakan sosok ayah yang begitu penyayang pada anaknya, yang begitu di damba - dambakan begitu banyak orang karena Pekerjaannya. Tanpa orang lain ketahui perubahan besar telah menyelimuti hidupnya. sampai mempengaruhi hidupku.

Aku tidak menyangka Rabu 20 SEPTEMBER. Pada hari itu aku sedang mengikuti perlombaan bernyanyi. Saat diatas panggung aku menjadi sedikit gugup. Aku bernyanyi dengan memainkan Piano yang berada tepat dihadapanku. mulutku bernyanyi mengikuti lantunan gerakan piano yang digerakkan oleh tanganku. Sedangkan Mataku terus mencari kedua orang tuaku dengan harapan mereka akan hadir. Melihatku tampil diatas panggung ini. Keduanya sedang sibuk berkerja. Ayah ku dengan dunia Entertaimentnya dan Ibuku sedang sibuk dengan pameran bukunya. Aku ditemani oleh Pak Rudi dia sudah menjagaku dari aku masih kecil, dia adalah sosok orang kepercayaan kedua orang tuaku.

Aku tidak menyangka pada hari itu aku bisa memenangkan perlombaan dengan predikat Juara 1. Aku begitu senang sampai tidak sabar untuk kembali kerumah lalu berteriak kepada ayah dan ibuku sambil menunjukkan Piala yang aku pegang dengan begitu bangganya.

Setelah acara selesai aku dan Pak rudi keluar dari gedung menuju tempat parkir untuk mencari mobil yang kami kendarai. Diseberang Jalan dengan samar – samar dari kejauhan aku melihat sosok ibuku meneriakki namaku. Aku terkejut dan bergegas berlari menuju arah ibuku dengan memegang piala.

"Mami...... Alkira Juara 1. Mami...... lihat ini". teriakku sambil berlari tanpa melihat keadaan di sekelilingku.

"Kira hati – hati". Teriak ibuku yang begitu khawatir.

Benar saja, entah datang aku tidak menyadarinya mobil mini bus itu melaju begitu cepat menuju kearahku. Kakiku gemetar ketakutan, sampai aku merasa tubuhku terjatu terlempar jauh. Aku berusaha membuka mataku tapi ini terlalu berat. semua menjadi gelap dan hening.

Beberapa hari kemudian. Aku membuka mataku, kepala seperti berat sekali. Aku menatap sekelilingku. Aku membenci bau ini. bau obat – obatan yang begitu menyengat. Apa ini? apa aku sedang berada dirumah sakit? Tidak aku ingin pulang aku tidak suka dengan bau ini. aku mencoba mengangkat seluruh tubuh dengat sekuat tenaga. Tapi terasa begitu berat dan kepalu menjadi pusing.

"dek..kamu sudah sadar". Tanya perawat disampingku. Ia lalu memanggil dokter untuk memeriksa keadaanku.

"mami.... Dimana mami ku? Aku ingin pulang. Papi apa kalian melihatnya?". Aku berusaha bertanya pada perawat dan dokter itu.

NADA UNTUK KIRA ( FREENBECKY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang