NARA 3

211 15 1
                                    

Aku mulai memikirkan tentang pekerjaanku. Aku mencoba melamar pekerjaan di beberapa Cafe untuk bernyanyi secara live disana. Dan aku mendapatkannya. Hampir setiap sore sampai malam hari aku bernyanyi disebuah Café yang bernama "Cafe Rindu".

Aku sangat senang dengan pekerjaanku sekarang. Dan nada masih tetap mengamen. Sepertinya dia sangat menyukai perkerjaannya.

Setiap malam Nada selalu menjemputku didepan Café tempatku berkerja. Dia benar – benar menjagaku. Aku merasa nyaman berada didekatnya. Aku merasa tidak akan bisa apa - apa tanpanya.

"Kamu sudah selesai? Hari ini melelahkan. Mataharinya begitu terik badanku sepertinya akan gosong. Aku ingin pulang kerumah dan mandi". Aku melihat wajahnya dipenuhi keringat. Sesekali aku membersihkan wajahnya dengan tissu.

"lalu kenapa kamu tidak langsung pulang? aku bisa pulang sendiri. Aku sudah besar bukan anak kecil lagi". Jawabku sambil berjalan menggandeng tangannya.

"Tidak aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri. Kita sudah lama bersama aku mengenalmu. Bagaimana kamu berani sendirian? Tidur sendiri saja kamu takut Hhhaha...". Tawa Nada mengejekku. Tentu saja trauma masa kecilku masih terus menghantuiku. Aku masih merasakakan ketakutan sampai dengan saat ini.

"Baik seperti ini. Karena kalau kamu tidak menjemputku aku akan merindukanmu. Kamu tidak merindukan ku?". Tanyaku kepada nada sambil menggodanya.

"Tentu saja aku sangat merindukanmu". Nada menarik erat tanganku dan mengisyaratkan untuk cepat pulang kerumah.

Entah apa yang ada dipikiran orang lain. Tapi hubungan ku dengan Nada terjalin begitu saja. Aku sudah terbiasa dengannya. Dan Nada pun begitu. Kami merasa semakin dekat tiap harinya. Ketakutanku kepada sosok Ayahku membuatku sedikit trauma pada laki – laki. Dan Nada entahlah aku merasa hampir setiap detik dia tertarik padaku. Terkadang dia merasa cemburu. Terkadang juga dia terlalu marah dan bersikap kasar.

"Apa kamu ingin memakan sesuatu?". Tanyaku kepada nada yang sedang memijat bahunya dengan menggunakan tangan kanannya. Nada terlihat sangat kelelahan.

"yah...aku ingin kamu. Bisakah?". Jawabnya dengan suara memohon.

"Tidak. Aku tidak mau. Aku sekarang benar – benar lapar. Aku ingin memakan banyak sekali makanan. Kemarin malam café begitu ramai aku tidak sempat untuk makan. Aku berfikir pagi ini aku ingin makan yang banyak".

"Apa kita mencari makan diluar saja?".

"ide yang bagus. Aku juga ingin membeli jasmine tea. Aku ingin membeli banyak sekali."

"Apa kamu akan memenuhi rumah dengan jasmine tea mu itu. Aku tidak akan membiarkannya. Aku tidak mau kamu terlalu fokus pada jasmine tea yang kamu minum itu".

"kamu cemburu? Bahkan dengan minuman? Nada bagaimana kalau suatu hari aku diambil orang lain. Aku tidak berada disisimu lagi. apa kamu akan tetap seperti ini? Aku berharap kamu mendapatkan orang yang bisa menjagamu bukan seperti diriku yang hanya bisa merengek kepadamu. Menurutku kau juga butuh seseorang seperti itu".

"Kamu berfikir untuk pergi dariku? Jika kamu pergi aku akan mengejarmu dan mencarimu sampai ketemu jika tidak aku akan melukai diriku karena aku menyesal telah membiarkanmu pergi".

"Apa kamu suka bayi? Aku menginginkannya karena aku menyukainya".

"bayi. Apa ini? Sungguh kamu berfikir kesitu. Kalau kamu ingin pergi. Pergilah sekarang juga. Aku tidak akan perduli". Nada memalingkan wajahnya kepadaku dan berjalan meninggalkanku.

***

"Alkira. Kamu lihat ini? Ayo cepat ikut dan daftar". Danang salah satu temanku diCafe menyodoriku sebuah brosur yang berisi Audisi bernyanyi.

NADA UNTUK KIRA ( FREENBECKY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang