NARA 9

103 8 0
                                    

POV NADA

Aku berjalan keluar dari rumah. Mengendarai mobil dengan pandangan lurus tanpa memperdulikan kendaraan lain disekelilingku. Lalu tiba – tiba aku menghentikan laju mobilku, sepertinya ada yang lupa.

Aku kembali lagi kerumah. Aku melihat handphone milikku. Satu persatu aplikasi di handphone aku buka.

Lalu aku berjalan menuju kamarku dan menyalahkan televisi. Aku mengganti channel satu ke channel yang lainnya entah apa yang akan aku tonton. Sepertinya aku sendiri kebingungan apa yang aku lakukan.

aku merenung. Aku akhirnya memainkan handphone ku lagi.

Tiba – tiba disampingku ada seorang perempuan. Perempuan itu memeluk erat pinggulku dari belakang. Sesekali aku mengusap kepalanya. Aku dan perempuan itu pun tertawa bersama.

Handphone ku pun berbunyi lagi, segera aku membaca pesan masuk disana dan aku melihat kearah perempuan itu sambil tersenyum. Ternyata itu hanyalah mimpi saat aku tertidur.

"babe, maaf sepertinya hari ini aku tidak bisa datang".

"kenapa hmmm...? Aku nungguin kamu daritadi".

"ada meeting mendadak sama biyan babe".

"sayang pulang dari meeting. Langsung kerumah, aku tunggu".

"babe...aku tidak bisa".

Membaca pesan dari kira membuat aku marah. aku segera mencoba menelepon biyan.

"Hallo biyan. Kenapa meetingnya dadakan?".

"meeting? Hari ini aku tidak ada kerjaan nad".

"kamu sekarang dimana biyan?".

"aku lagi diluar membeli makanan sama manda".

"oh.. okey. Makasih yaa biyan. Maaf mengganggu kalian".

Setelah mendengar dari biyan tidak ada meeting. Dan sadar kekasihku itu berbohong dengan cepat aku menekan tombol panggilan video. Aku ingin tau keberadaannya sekarang dimana.

"Hallo babe. kenapa menelepon?".

"memang kenapa? Tidak boleh?". Tanyaku dengan nada sedikit merajuk.

"kamu lagi apa? Kenapa masih tiduran dikasur? Katanya kamu ada meeting sama biyan. Kenapa belum bersiap?".

"meetingnya masih lama babe. sekarang aku masih mau tiduran dikasur".

"jangan bohong. Aku tadi menelepon biyan katanya tidak ada meeting. Kamu dimana sayang?".

"aku...aku...Hhehehe...aku tidak enak badan babe. kepalaku sedikit pusing".

"kamu dimana? Aku kerumah sekarang".

"babe aku dirumah biyan".

"apa? Kirimkan aku alamat rumah biyan. Sekarang alkira". Pintaku. Dengan cepat aku berlari menuju mobilku. Dan aku segera pergi kerumah biyan.

Sesampai dirumah biyan. Aku menekan tombol bel. Dan pintu rumah biyan dibuka oleh sosok perempuan paruh baya. Aku pun segera bertanya padanya tentang keberadaan kekasihku itu.

Setelah diizinkan kekamar yang kira tempati. Aku berlari dan tanpa mengetuk pintu aku masuk kekamar dengan cepat. Aku melihat kekasihku ini terbaring diatas kasur dengan ditutupi selimut. Aku melihat wajahnya yang sedikit pucat dan terpasang plester kompres penurun panas di keningnya. Aku pun mendekat kearahnya. Menempelkan punggung tanganku kearah leher kekasihku. "panas. Apa dia sudah minum obat". kataku didalam hati.

"babe kamu kesini? Aku baik – baik babe. Cuma butuh istirahat sebentar".

"kenapa memilih kerumah biyan bukan kerumahku?. Kataku dengan suara ketus.

POV KIRA

Semalam aku sedang bersantai dikamarku. Tapi, tiba – tiba ada suara ayahku memanggil namaku dibalik kamar. Dengan cepat aku membuka pintu kamarku. Betapa terkejutnya aku raut wajah ayahku dengan memasang ekspresi wajah menyeramkan. Dahinya berkerut. Matanya memerah seakan ingin menelanku hidup – hidup.

Ayahku berjalan mengarahku. Aku perlahan melangkah mundur. Aku bisa melihat tangannya berusaha melepaskan ikatang pinggang itu. Fikiranku mulai panik. Tanganku gemetar hebat. Bibirku seakan menggigil kedinginan. Dan kedua kaki ku melemas seketika. Kakiku tidak sanggup lagi menopang berat badanku hingga membuatku jatuh terduduk dilantai.

"Dasar anak sial. Banjingaaan. Semua ini karena kamu. Bahkan aku sudah mengatakannya kepada mereka kalau ini salahmu. Tapi mereka tidak mau mengerti. Kamu harus merasakan rasa sakitku. Aku tidak akan pernah menyesal telah melakukan ini kepadamu mengerti". Teriak ayahku sambil memukuliku menggunakan ikan pinggangnya.

"paapii berhenti. Aku mohon stop pap!! Ini menyakitkan. Aku mohon berhenti...". Lirih ku sambil memohon agar ayahku menghentikan tindakkannya. Namun yang membuatku terkejut lagi. ayahku menarik tanganku untuk masuk ke kamar mandi. Dikamar mandi ayahku meletakkan tubuhku dibawa guyuran air shower yang dia nyalahkan. Terkadang air dingin. Panas, dingin dan panas lagi. aku merasakan tubuhku seakan terbakar dan dengan teganya ayahku menampar menendangku berkali kali hinggai dia merasa puas. Ayahku meninggalkanku sendirian dibawah guyuran air yang masih menyalah.

Penyakit enxiety tiba – tiba kambuh. Aku merasakan getaran yang hebat diseluruh tubuhku. Aku merasakan sakit kepala yang hebat. Dan rasa sesak nafas yang tidak bisa aku kendalikan. Dengan sekuat tenaga aku berjalan menuju kasurku. Dengan cepat aku menelepon biyan untuk membawaku lari dari rumah ini.

Biyan pun segera datang menjemputku. Biyan membawaku kerumahnya. Beruntungnya ayah dan bunda sedang ada pekerjaan diluar kota. Jadi, tidak ada yang tau tentang apa yang terjadi. Tanpa menunggu lagi biyan langsung menelepon dokter pribadinya. Dokter pun datang dan memeriksaku. Setelah memberiku suntikan. Dokter langsung bepamitan untuk pulang. dokter taku jika aku tidak diberi suntikan penenang, aku akan melukai diriku sendiri.

Aku masih ingat bagaimana bau alkohol yang masih menempel dipakaian ayahku itu tercium dengan jelas dihidungku. Luka memar disekujur tubuhku yang tidak dapat aku rasakan lagi. seakan semuanya terasa mati rasa.

"Papi... aku anakmu Alkira Darmawan. Bahkan namaDarmawan masih tertera disana".

 Bahkan namaDarmawan masih tertera disana"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NADA UNTUK KIRA ( FREENBECKY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang