NARA 12

109 7 0
                                    

POV NADA

Setelah selesai melakukan siaran langsung. Aku berencana untuk menghubungi kekasihku. Tapi, tanpa sadar ada notif pesan masuk darinya. Dengan cepat aku membaca pesan itu. Aku terkejut. Berani sekali dengan mudahnya dia mengirimiku pesan seperti itu. Beberapa kali aku berusaha menghubungi. Jawabannya tetap sama, tidak aktif. Aku mencoba menanyakan kabar kekasihku itu ke biyan. Dan biyan pun menceritakan semua kejadian yang menimpa kekasihku itu. Tanpa berfikir panjang aku datang kerumah sakit. Dan menemuinya.

"selalu saja aku orang terakhir yang tau keadaan kamu". Sambil mengelus tangan Kira dengan lembut. Kini kekasihku itu sedang tertidur pulas.

***

"Kamu disini?".

"Hmm... dari semalam. Aku tau dari biyan. Kenapa aku tidak dikasih tau?".

"kamu sibuk nad".

"aku mau Jadi orang yang bisa kamu andalkan. tapi kamu selalu saja seperti ini".

"seperti apa? Biyan? Nad. Bahkan sebelum kenal kamu aku sudah lebih dulu bertemu biyan".

"sayang bukan seperti itu. Aku Cuma mau jadi orang yang bisa kamu andalkan dalam hal sekecil apapun itu. aku mau jadi orang pertama yang tau segala hal tentang kamu".

"aku mau kasih tau nad. Tapi kelihatannya kamu sibuk dengan partner barumu itu".

"jadi ini alasan kamu minta putus? Kamu cemburu? Sayang aku dan Rayyan hanya sebatas profesional kerja, tidak seperti apa yang ada didalam fikiran kamu".

"Nad, aku bisa lihat dari sorotan matanya, dari cara dia melihat kamu, itu berbeda. Aku takut nad. Setelah kehilangan mami. Aku juga kehilangan kamu. Aku cuma punya kamu dan biyan. Aku tidak tau bagaimana cara mengatasi rasa trauma ini. Rasa yang menyesakkan membuat aku susah bernafas hiks...hiks...hiks...".

"kamu tau, kamu tidak akan kehilangan aku. bukan hanya kamu. Aku juga tidak mau kehilangan kamu". Aku memeluk kira dengan erat sembari mengelus pundaknya.

"lepaskan nad. Memilih terus bersamaku itu bisa membuat kamu kesulitan".

"tidak mau!!!". 

POV KIRA

aku tau pembicaraan kami ini mungkin membuat kekasihku kesal dan merajuk, makanya kenapa akhirnya dia memilih untuk pulang. Sejujurnya mungkin aku terlihat egois. Aku tidak berusaha membiarkan hatiku berusaha memahami di posisi nada saat ini. Dia adalah seorang aktris sekarang, bukankah itu hal yang wajar.

Disaat aku sedang termenung memikirkan hubungan kami. tiba – tiba pintu ruangan kamarku terbuka. Sosok laki – laki itu dengan santainya berjalan ke arahku. Menunjukkan senyuman lebar diwajahnya.

"tau darimana aku disini?".

"itu tidak penting. Kenapa bisa sakit sampai harus dirawat? Kita barusaja bertemu alkira dan kamu meninggalkanku begitu saja. Kamu takut hah?". Ucap laki – laki itu sambil menarik wajahku kearah wajahnya.

"sejak kapan? Selama ini aku fikir sibuk bekerja. Ternyata... papi tau, Aku fikir dengan memberi ruang papi terus berkerja setidaknya itu bisa menyembuhkan luka kehilangan mami. Ternyata aku salah".

"semua ini terjadi memang karena kesalahanmu. Hhaha...Hhaha... semua salah kamu brengsek!". Papi menampar wajahku secara berulang – ulang. Aku merasa panas dibagian pipiku, dan juga merasa perih dibagian sudut bibirku. Aku berusaha menyentuh tangannya agar papi bisa menghentikan tindakannya itu. Tapi, tenaga papiku terlalu kuat hingga aku tidak bisa melawannya.

"hentikan ini papi! Aku mohon! Ini sakit. Ini bukan sepenuhnya kesalahanku kecelakaan itu terjadi begitu saja".

"jadi kamu menyalahkanku hah? Ini kesalahanmu bukan aku. Semalam sebelum kejadian itu, kami memang bertengkar. Aku sudah minta maaf kepada mamimu. Tapi dia tidak mau mendengarkanku".

"sejak kapan papi bertemu dengan perempuan itu? Dan anak laki – laki itu kenapa dia memanggil papi dengan sebutan daddy? Papi... Hiks...hiks...hiks... jadi selama ini papi?".

"Aku sudah bilang padanya, aku bisa membuat kehidupanmu dan mamimu itu dengan layak tanpa harus aku meninggalkan Naya. Tapi, malam itu mamimu marah besar dan tidak mau rumah dan cintanya terbagi dengan orang lain. Aku tidak bisa meninggal Naya begitu saja. Mereka juga keluargaku. Sampai aku mendapatkan kabar mamimu kecelakaan. Dirumah sakit saat mamimu dirawat aku fikir dia bisa memaafkan semua kesalahanku ternyata mamimu itu berkata jika dia matipun dia tidak akan pernah menerima siapun masuk kedalam rumahnya. Dia tidak akan mau melihat anak perempuan satu satunya mengetahui rumah tangga orangtuanya hancur. Kamu tau alkira? Karena perkataan mamimu itu menghantuiku sampai dengan sekarang. Aku tidak bisa membawa Naya dan Kenny tinggal Bersama dirumah".

"pi.. selama ini aku hidup penuh dengan penyesalan. Aku fikir apa yang papi katakan padaku dulu memang benar aku yang salah atas kematian mami. Sampai aku menerima pukulan – pukulan yang selalu papi berikan kepadaku. Ternyata... papi cuma menjadikan aku alat untuk mengobati luka yang papi buat sendiri".

"setiap aku melihat rumah itu, setiap aku melihat wajahmu. Semakin membuat perasaan bersalah ini semakin besar. Aku tidak ingin merasakan rasa bersalah ini sendirian. Kamu juga harus. Kamu paham hah? Itu membuatku merasa puas".

"papi sadar papi sudah membuat rasa trauma yang begitu besar padauk. Setiap hari aku hidup dengan rasa ketakutan dak penyesalan. Dan sekarang papi menambah lukanya lebih dalam lagi Hiks..hiks..hiks...". ucapku sambal bergetar. Rasa sakit ini tidak bisa aku tahan lagi. Rasa kecewa yang muncul sekarang telah menambah luka ini semakin perih.

"kamu memang pantas mendapatkannya". Ayahku menarik rambutku dengan menggunakan tangan kanannya, dan tangan satunya lagi dengan sigap melepaskan jarun infusan yang ada ditanganku. Ia menyeretku masuk kekamar mandi. Memukuliku, Menendang, menyiramku dengan air dingin bahkan ia juga membenturkan kepalaku didinding kamar mand. ia memukuliku sampai ia merasa puas. Hingga ayahku melihat tubuhku melemah lalu ia meninggalkanku.

Dengan nafas terengah – engah aku berusaha untuk berdiri. Dan ketika aku ingin berjalan keluar kamar mandi aku melihat seseorang.

"babe... kamu kembali". aku tersenyum tapi, Tiba – tiba semuanya menjadi gelap. 

NADA UNTUK KIRA ( FREENBECKY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang