NARA 43

75 7 1
                                    

SKENARIO HIDUP KIRA PART 1



"Heng? APA YANG KAMU LAKUKAN DIKAMARKU!". Teriak kira tersontak kaget mendapati heng berada dikamarnya dengan keadaan mabuk.

"Bersenang – senang. Mari kita nikmati malam panjang ini Bersama sayaaang". Jawab heng menarik tangan kira hingga berada dipelukannya.

"LEPASKAN BAJINGAN! PERGI DARI SINI!". Ucap kira panik berusaha melepas pelukan tersebut.

"AYO LAH! Nikmati saja". Heng memegang tengkuk leher kira mencium kasar bibir kira lalu mengigit bibir bagian bawah kira membuat kira terpaksa membuka mulutnya, heng pun memasukkan lidahnya kedalam mulut kira. Melumat habis bibir itu.

Kira yang tak terima perlakuan heng mencoba memberontak mendorong tubuh heng hingga mengenai dinding.

"BRENGSEK!".

PLAK! PLAK! PLAK!

Bunyi tamparan menggema disetiap sudut ruangan. kira menggeram wajahnya berubah menjadi merah padam, bisa terlihat dengan jelas air keringat yang keluar dikeningnya. Mata kira memerah melotot seperti ingin keluar. Kira melayangkan tangannya sekali lagi kearah pipi milik heng namun dengan cepat heng menangkup tangan kira dan menarik kuat tangan kira menuju tempat tidur.

"HHAHAHA.... Ayo sayang berbaringlah". Heng berhasil membaringkan tubuh kira ketempat tidur.

"Le-Lepaskan! A-ku mohon H-heng!". Pinta kira yang mulai merasakan panik luar biasa.

Heng mengunci tangan kira dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya berusaha membuka celana kira hingga membuat kira setengan telanjang. Dengan tersenyum sinis heng segera membuak resleting celanannya lalu menggesekkan miliknya dengan milik kira.

Kira yang merasakan sesuatu menyentuh bagian bawahnya pun memejamkan matanya airmatanya mengalir deras. Kira benar – benar ketakutan saat ini.

"Bukankan ini enak sayang? Keluarkan suaramu untukku sayang. Mendesahlah". Heng mengalungkan satu tangan kira dilehernya. Kira menggeleng -gelengkan kepalanya menolak.

"Ah.. Kira aku akan memasukkannya". Heng melebarkan paha kira mencoba memasukkan miliknya.

Kira yang mulai panik dan ketakutan mencoba memberontan dan mendorong heng namu tidak bisa.

"Kira tahan sebentar...". Ucap heng yang mendekatkan miliknya kearah milik kira.

Kira yang melihat itu berusaha meraba – rabakan tangannya mengambil lampu tidur yang berada dimeja sebelah tempat tidurnya. Lalu menghantam lampu itu ke kepala heng. Hingga mengeluarkan darah, heng meringis kesakitan.

Dengan tenaga yang tersisa kira mendorong tubuh heng hingga terjatuh ke lantai. Kira memakai kembali celananya bergegas berlari kearah dapur.

Kira yang sudah berada didapur berusaha mengatur nafasnya, menyalakan keran air lalu membasuh wajahnya dengan air.

"Kira syang kamu disini. Kamu mau kita bermain didapur?". Peluk heng dari belakang membuat kira sontak terkejut.

"HENTIKAN HENG KAMU GILA!". Kira membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan heng.

"YA. AKU GILA. SEMUA INI TERJADI KARENA KAMU KIRA! AKU SEPERTI INI KARENA KAMU!". Heng mencengkeram kuat wajah kira. Membuat kira kesakitan.

"Memang apa yang aku lakukan. Katakan heng katakan".

"Kamu mau tau. Hem....". heng mencium paksa kembali bibir kira.

Mata kira terbelalak, amarahnya kini sudah di ujung ubun -ubun. Kira menggoreskan pisau kea rah tangan heng.

"Awwhhss..... KIRA!". Heng menghentikan ciuman tersebuat dan refleks memegang luka goresan yang dilakukan oleh kira.

"Menjauhlah... Pergi dari sini!". Kira menancapkan pisau ke pundak heng.

Heng yang mulai ketakutan pun mencoba berlari menjauh.

"Dasar wanita gila. Pantas saja kamu ke pskiater ternyata benar kamu tidak waras!". Ucap heng berlari keluar Villa yang mendapati kira terus berjalan dengan membawa pisau dihadapannya.

Dan heng pun pergi.

Kira kini berada dikamar mandi mengguyur seluruh tubuhnya dengan air shower. Memukul – mukul dadanya mengingat apa yang telah terjadi.

Sebenarnya sekarang kira berada diluar kota menginap di Villa milih keluarga Biyan. Kira keluar kota bertujuan untuk bertemu dengan clientnya menjalin kerja sama. Untungnya pertemuan tersebut berjalan lancar. Dan kira bermaksud pulang besok namun karena ulah heng kira harus membatalkan kepulangannya. Karena dia tidak mau mon curiga tapi disisi lain kira menceritakan semua kejadian itu kepada biyan. Biyan yang mendengar kabar tersebut mencoba mencari keberadaan heng sampai dapat.

***

"Kalau kamu bekerja terus pulang dalam keadaan sakit seperti ini. Harusnya aku tidak mengizinkanmu untuk pergi honey". Omel mon serius sambil menyodorkan sendok berisi obat sirup kearah mulut kira. Kira lalu membuka mulutnya dengan sedikit memejamkan matanya karena merasa sedikit pahit.

"Sayang berhenti mengomeliku, aku sakit sayang tapi kamu daritadi tidak berhenti mengomel. Aku pusing".

"Anya lihatlah mommy mu, mommy nakal anya".

"Mommy janyan malah malah cama ibu. Cini ibu anya peyuk". Anya pun berdiri dan memeluk ibunya kira.

"Hum... anak kesayangan ibu memang baik sekali".

Cup! Cup!

"Kamu mau coklat atau eskrim nanti ibu belikan?"

"Mau pelmen cucu ibu".

"Siap komandan! Nanti ibu belikan".

"ALKIRA! Awas kamu yaa. Tidak ada coklat, eskrim apalagi permen. Ingat itu!". Teriak mon lembut kepada kira.

"Mommy pelit".

"Iya mommy peyit".

"APA?". mon melebarkan matanya menatap wajah istri dan anaknya. Membuat istri dan anaknya menundukkan kepala.

"Maaf mommy". Sesal kira dan anya bersamaan.

***

"Ra. Ayo pulang". Ajak nam yang melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul lima sore.

"Sebentar aku bereskan dulu berkas ini. Kamu kalau mau duluan tidak apa".

"Kamu yakin ra? Baiklah aku duluan yaa..".

"Iya. Hati – hati nam".

Langit sudah berubah menjadi gelap sekarang jam menunjukkan pukul tujuh malam. Kira bergegas pulang kerumah. Saat diperjalanan tiba – tiba ban mobil kira kempes. Saat kira keluar untuk memeriksa ban mobilnya tiba – tiba kira merasakan ada yang memukulnya dari belakang hingga membuat kira tak sadarkan diri.

Entah berapa lama kira pingsan. Namun saat ia membuka matanya ia terkejut mendapati dirinya dalam keadaan terikat. Kira juga bisa melihat dirinya saat ini sedang berada di sebuah kapal berukuran sedang.

Saat kira mengarahkan pandangannya ke sisi lain, kira terkejut melihat orang yang berdiri tepat didepannya. Orang itu tersenyum lebar dengan menunjukkan barisan gigi yang tersusun rapi.

"Heng? Dokter Richard?". Ucap kira dalam hati.

*Kalau kalian inget, Dokter Richard adalah Daddy mon*

NADA UNTUK KIRA ( FREENBECKY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang