Bagian-3

286 45 17
                                    

— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —

Eunha dan Umji benar-benar pergi ke pameran berdua. Mereka diantar sopir mengingat Umji baru sembuh dari demam yang tiba-tiba menyerangnya semalam. Biasanya Umji minta naik taksi saja, tapi daripada dilarang pergi ke pameran, jadi dia menurut saja pada perintah Ayah Park.

Ada banyak orang yang datang, mereka sama-sama datang untuk melihat lukisan.

Umji itu pecinta lukisan, dia banyak menghabiskan waktu luangnya untuk melukis di kamar. Lukisannya juga tidak dibuang begitu saja, Park Siwon memberikan satu ruangan khusus untuk menaruh lukisan-lukisan karya Umji. Ada tempatnya, dan yang boleh masuk ke sana hanya orang yang Umji setujui.

"Kau suka melukis tidak?" tanya Eunha. "Eonnie suka melukis soalnya, tapi tidak pernah ada bahannya."

"Ya?"

"Apa jika meminta pada Ayah, Eonnie akan dikasih alat dan bahan melukis?" tanya Eunha. "Umji yya, kita punya selera yang sama."

Umji tersenyum kikuk, benarkah demikian?

"Dulu Ibu seorang pelukis, tapi dia tidak bisa melanjutkan mimpinya karena keadaan," tutur Eunha. "Wah, lukisan ini, lihat. Eonnie baru pertama kali melihatnya secara langsung."

"Ya?"

"Kau bisa mengambil gambarku di sini?" pinta Eunha. "Ini ponselnya, ayo lakukan."

Umji yang pada dasarnya anak yang penurut, dia mengambil ponsel Eunha dan mengarahkan kamera padanya. Eunha menghadap ke arah lukisan yang menurutnya sangat menarik, dan Umji memotretnya.

"Sudah?"

"Ya."

"Mana, Eonnie ingin lihat!"

Umji tidak tahu kalau kakaknya ini sangat pandai dalam mencairkan suasana canggung. Sejauh ini, Umji baru menemukan sesosok kakak yang benar-benar menyukai hal yang sama seperti dirinya. Kalau mengajak yang lain ke sini, raut wajah mereka pasti menunjukkan rasa bosan.

"Eonnie benar-benar menyukai lukisan?" tanya Umji.

Eunha mengangguk mantap. "Ayo berdiri di sana, kau juga harus mendapatkan fotonya."

"Tapi—"

"Cepat, Eonnie selalu melakukan ini dengan Ibu, supaya saat menua nanti bisa mengenangnya."

"Baiklah."

"Ah, cantik sekali, bagus!" puji Eunha ketika Umji mulai berada di kamera ponselnya. "Adikku memang cantik, pasti banyak yang menyukaimu."

"Hentikan, jangan berlebihan seperti itu."

Eunha tertawa kecil. "Ayo, kita lihat-lihat yang lain juga."

"Baiklah."

Eunha merangkul lengan Umji akrab, hanya perlu hitungan menit saja Eunha bisa menjadi akrab dengan adiknya. Tidak diragukan lagi, sih. Sepertinya gen ibu dari mereka benar-benar memenuhi raga keduanya.

"Memang tidak masalah kau tidak sekolah tapi pergi ke sini?" tanya Eunha.

Umji menggeleng. "Tidak apa-apa, Ayah sudah mengirim surat izin lewat email."

"Setelah dari sini, kita pergi cari makan, yuk!"

"Oh? Iya, boleh."

Eunha makin merangkul lengan Umji. Dia pikir semua orang di rumah Ayah Park itu sama saja. Tapi sepertinya tidak, dia punya Umji yang memiliki hati lembut.

— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —

Duk!

Duk!

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang