— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —
"Ibu di sini, ya."
"Katakan, katakan pada Ibu, siapa yang sudah membuatmu seperti ini."
"Sinb yya, Ibu pastikan orang itu tidak akan selamat. Jadi, katakan pada Ibu."
"Hei, kau mendengar Ibu, kan?"
Sembari menggenggam tangan Sinb, Jessica menatap putri satu-satunya dengan penuh harap. Dia tidak terima, Sinb diperlakukan seperti bukan manusia, disiksa hingga ditinggalkan begitu saja.
"Kau mendengar Ibu, kan?" tanya Jessica sekali lagi. "Katakan, katakan siapa yang sudah membuatmu seperti ini."
"A-yah."
Genggaman erat itu perlahan mengendur, jantungnya seperti berhenti berdetak. Benar dugaannya, Si Brengsek yang disebut oleh Sinb sebagai ayah itulah pelakunya. Pria tak berperasaan itu tidak pantas hidup.
"Baiklah, berhenti menyebutnya dengan sebutan itu," ucap Jessica. "Tenanglah, Ibu akan membalaskan semua perbuatannya. Dia tidak akan hidup dengan tenang, pria tak berperasaan itu pantas untuk mati!"
Ketika Jessica melepasnya, tangan Sinb spontan jatuh tak merespon. Gadis ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa, sekujur tubuhnya kaku. Masih diberi kesempatan bernapas saja sudah menjadi keberuntungan bagi dirinya.
"I-bu," panggil Sinb.
"Ya?"
Jessica tidak melanjutkan niatnya untuk pergi, mendengar Sinb yang memanggilnya dengan sebutan ibu benar-benar membuat hatinya tersentuh. Bahkan dua matanya itu mulai berkaca-kaca, pantaskah dirinya dipanggil ibu sementara hampir seumur hidup Sinb tumbuh tanpa dirinya.
Wanita itu menyeka air matanya yang jatuh begitu saja, dia tidak bisa menyembunyikan senyum bahagia begitu Sinb memanggilnya dengan sebutan ibu.
Gadis yang terbaring di ranjang rumah sakit itu adalah putrinya, gadis yang saat ini memanggilnya dengan sebutan ibu adalah putrinya. Dia membiarkan putrinya hidup bersama seseorang yang tidak berperasaan. Betapa Jessica menyesal, dia menyesal telah membiarkannya tetap hidup bersama Si Brengsek itu.
"Ada apa?" tanya Jessica, dipandanginya wajah Sinb yang nampak begitu pucat dengan selang oksigen di hidungnya. "Ada apa, hm? Apa kau lapar? Baiklah, Ibu akan siapkan makanan untukmu, tunggu sebentar, ya?"
Sinb memejamkan matanya, di saat seperti ini dia sudah tidak ingin menutupi keinginannya mendapat perhatian dari Sang Ibu. Buliran kristal mengalir begitu saja dari pelupuk matanya.
"Tidak." Jessica menyeka air matanya. "Tidak, jangan menangis. Putri Ibu yang cantik, jangan menangis dulu, ya? Ibu di sini, Ibu tidak akan pergi lagi, mengerti?"
Sinb mengangguk dengan pelan, kemudian ia mendapat pelukan hangat dari Sang Ibu yang selama ini tidak pernah menemui dirinya. Sungguh pedih, di saat sudah seperti ini mengapa baru datang?
"I-bu, a-aku, me-ngan-tuk."
Jessica mengangguk paham. "Baiklah, baiklah Sayangku, kau boleh tidur. Tapi, kau harus bangun lagi, ya?"
"Ya."
"Putriku, tidurlah. Bermimpi yang indah-indah, agar bangun dengan perasaan yang senang," bisik Jessica seraya membelai surai hitamnya. "Beristirahatlah, jangan lupa bangun lagi."
— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —
Jika Sinb pergi, maka mereka tidak akan lengkap. Kenyataannya mereka adalah enam bersaudara, mereka saling melengkapi satu sama lain sebab terhubung oleh status Se-Ayah. Berkat mereka pula, para ibu mulai akrab satu sama lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece
Fanfiction[COMPLETED] Park Siwon merupakan bangsawan terpandang, ia menjadi panutan orang-orang di sekitarnya. Namun, tidak ada yang tahu betapa tidak berperasaan nya pria tersebut. Ia menikah bukan dengan satu wanita saja. Tapi kisah ini bukan milik Park Siw...