Bagian-4

261 47 17
                                    

— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —

Lima tahun yang tidak sia-sia.

Park Sinb. Nama itu tertera pada barisan nama-nama trainee yang akan debut tahun ini. Mungkin sekitar akhir tahun, mengingat untuk debut memerlukan banyak persiapan.

Sinb sudah yakin kalau namanya akan masuk ke dalam daftar, mengingat ia merupakan trainee cukup lama di agensi. Kemampuan bernyanyi dan menarinya sudah diasah sejak kecil, dan mulai dikembangkan setelah memasuki Namsan Entertainment.

"Ayah, kau sudah melihat artikelnya?"

"Aku akan debut tahun ini."

"Jika Ayah tidak percaya, maka lihatlah artikel ini baik-baik."

Bruk!

Jatuhnya Sinb baru memberhentikan langkah Siwon, pria itu berbalik dan menatap tidak habis pikir pada Sinb yang kini tersungkur di lantai.

"Ceroboh!" hardik Siwon. "Cepat bangun!"

"A-yah, tanganku," ucapnya gugup.

Siwon berkacak pinggang, ia mengerutkan dahinya tidak mengerti maksud dari ucapannya. Dia bahkan sampai menghela napas kasar, sebab Sinb sama sekali tidak bergerak dari tempatnya.

"Bangunlah, Park Sinb. Sekarang bukan waktunya untuk bermain-main, Ayah sibuk!" tandas Siwon. "Lagipula, mengapa kau datang ke kantor sekarang? Bagaimana kalau karyawan lain melihat ini dan—"

"Bantu aku dulu, Ayah," pinta Sinb.

"Makanya kalau jalan itu lihat-lihat!"

Siwon membungkuk, dia tidak tahu mengapa Sinb meminta bantuannya sedang dia bisa bangun sendiri. Darah mengalir dari mulut dan hidungnya, mungkin karena wajahnya yang jatuh lebih awal.

"Astaga, kau ini ceroboh sekali," komentar Siwon. "Ayo ikut Ayah, lukamu harus diobati."

Langkah kaki lebar Siwon menarik paksa Sinb yang mati-matian menahan nyeri di wajahnya. Sampailah mereka di ruang pribadi Siwon, rupanya di dalam sudah ada Sowon dan Yerin yang sering datang kemari. Mereka itukan sudah diketahui identitasnya, jadi bagi mereka datang kemari bukanlah hal yang sulit.

"Kebetulan kau ada di sini, Sowon," ucap Siwon. "Obati adikmu, dia sangat ceroboh."

"Aigo, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Yerin di sela menikmati kue kesukaannya. "Eonnie, cepat obati dia, aku ingin makan dengan tenang."

Sowon menatap Sinb dengan heran, kemudian menarik lengan gadis itu untuk duduk di sofa. Namun, sebelum Sowon berhasil menariknya, Sinb jauh lebih cepat menepis.

"Apa-apaan ini?!" protes Sowon. "Kau mau diobati atau tidak?"

"Tidak perlu!" tolak Sinb. Ia menyeka noda darah di wajahnya. "Ayah, aku pulang sekarang."

"Yak, Park Sinb!" tandas Siwon tegas dan lugas. "Jangan bertingkah, duduk dan biarkan saudarimu mengobati luka itu."

Yerin mengernyit. "Lagipula mengapa bisa begitu? Perasaan kalau aku jatuh tidak sampai melukai wajah."

Sowon mencekal lengan Sinb, menahan langkah Sinb yang hendak pergi. Sinb memberontak, melepas dengan keras genggaman tangan Sowon dari lengannya.

"Aku tidak butuh bantuan mu!" tekan Sinb.

"Baiklah, pergi dari sini sekarang!" usir Sowon. "Sana pergi!"

"Fuck!" umpat Sinb seraya mengacungkan jari tengahnya.

Siwon menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, dia tidak pernah terpikir kalau Sinb akan tumbuh menjadi anak seperti itu. Tidak mencerminkan keturunan keluarga Park yang dikenal sangat ramah.

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang