Bagian-17

281 42 10
                                    

— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —

"Apa ini?"

"Park Sinb, apa-apaan ini?"

"Cepat bangun!"

Sowon sudah mengguncang tubuhnya, dia sudah menepuk lengannya, dia bahkan sudah menarik tangannya agar segera pindah dari sana. Bangku panjang ini tidak akan membuatnya tidur dengan nyenyak, tapi Sinb yang sudah terlanjur sakit tidak memiliki pilihan lain selain terbaring di sana.

"Kau tidak mendengar-ku?"

Sowon meraih kepala Sinb, suhu tubuhnya yang terasa begitu tinggi tentu membuat Sowon makin khawatir. Melihat matanya yang terpejam dengan tenang bahkan setelah diguncang berkali-kali, menunjukkan dia sedang tidak sadarkan diri saat ini.

"Astaga, kau ini merepotkan sekali."

Sowon tidak punya pilihan lain, dia menuntun tubuh Sinb untuk duduk dan mulai menariknya perlahan ke punggung. Hanya dengan menggendongnya Sowon bisa menyelamatkan Sinb dari ketidaksadarannya saat ini, membawanya ke ruangan untuk segera diperiksa.

Setelah dirasa nyaman, barulah Sowon bergegas pergi untuk memberinya pertolongan pertama. Suhu tubuh Sinb tidak bisa disebut normal, Sowon saja seperti terbakar ketika menggendong tubuhnya.

Sowon membaringkan tubuh Sinb di ranjang rumah sakit yang berada di salah satu ruangan. Hal pertama yang dia lakukan adalah memeriksa denyut nadinya terlebih dahulu, selanjutnya dia membutuhkan peralatan agar mengetahui tekanan darahnya.

"Mengapa denyutnya begitu lemah?"

Pintu ruangan terbuka setelah beberapa menit Sowon menunggu, suster yang ia hubungi datang membawa peralatan yang dibutuhkan. Sowon bertindak seperti ketika ia bekerja sebagai seorang dokter, bedanya sekarang dia tidak menggunakan seragam kedokteran itu.

"Tekanan darahnya begitu rendah," gumam Sowon. "Apa yang sedang dia pikirkan?"

Sowon memasangkan infusan di lengannya, melihatnya serba kekurangan tidak mungkin jika dipaksakan tanpa bantuan. Beberapa detik setelah dipasangkan infusan itu, barulah Sinb terusik dari ketidaksadarannya.

Sinb mengerjap pelan, ia sedikit mengernyit sebab cahaya yang datang padanya. Dia mulai mengedarkan pandangannya, dan dilihatnya Sowon sedang berdiri sambil memasang raut wajah khawatir.

"Kenapa kau di sini?" tanya Sinb serak.

"Sudah, tidak usah sok kuat!" kata Sowon. "Beristirahatlah."

"Tanganku tidak bisa bergerak."

"Apa?"

"Tanganku masih tidak bisa bergerak."

Sowon mengerutkan dahinya bingung, kemudian ia meraih salah satu lengan Sinb untuk diangkat. Begitu dilepas, tangan Sinb jatuh dengan sendirinya.

"Kau bercanda?"

Sinb tersenyum getir. "Ya, aku bercanda."

"Tidak lucu!" cetus Sowon sembari menarik paksa lengan Sinb, kemudian melihat tak ada respon membuatnya tidak jadi lanjut marah. "Kau sungguh hanya bercanda, kan?"

Sinb hanya bergeming.

"Tidak, apa yang membuat tanganmu tidak bisa bergerak?" tanya Sowon.

Sinb menatap Sowon. Apakah dia harus terus terang kepadanya sekarang? Setidaknya, ada satu orang yang mengetahui penyakitnya, bukan?

"Aku akan lumpuh," ungkap Sinb. "Aku tidak akan sembuh."

"Apa?"

"Eonnie, aku sakit!" pekik Sinb dengan amarah. "Aku sakit! Aku akan lumpuh, aku akan cacat, aku tidak akan sembuh!"

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang