Bagian-14

312 39 13
                                        

— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —

"Kenapa tidak pergi besok saja?"

"Ini kesempatan untukku bertemu dengan Ibu, karena kalau besok takutnya Ibu pergi bekerja atau apa."

"Kita harus berhati-hati, perasaanku tidak enak sejak menginjakkan kaki di tempat ini."

Umji melipat kedua tangan di bawah dada, kakinya berhenti melangkah dengan dagu yang terangkat menunjukkan keangkuhan. Sinb jadi ikut berhenti, dia menatap Umji mempertanyakan mengapa tiba-tiba saja berhenti.

"Sana pulang saja, aku itukan tidak minta ditemani," kata Umji. "Lagipula, aku bisa sendiri. Kau mana tahu bagaimana menjadi aku yang sangat ingin bertemu dengan Ibuku."

"Aku hanya—"

"Apakah kalian membutuhkan bantuan?"

Umji terperanjat, sedangkan Sinb langsung saja bertindak mencekal lengan Umji dan menariknya ke belakang. Ada sekitar empat pemuda menahan langkah mereka, tercium pula aroma alkohol yang khas. Mereka terlihat seperti orang tidak benar, dari segi penampilannya saja sudah kelihatan.

"Satu untuk bersama?" tanya salah satu dari mereka.

"Kita berempat, bawa saja keduanya," balas salah satu dari mereka.

Umji menelan ludahnya dengan susah payah, ia terlihat sangat takut saat ini. Sementara itu, Sinb masih mempertahankan raut wajah datarnya seperti ia tidak takut pada mereka. Kini berganti menjadi Umji yang memegang lengan Sinb.

"Aku takut~"

"Tidak apa-apa, sekarang mundur dan berlari."

"Ba-baiklah."

Sinb dan Umji melangkah mundur bersamaan, empat pemuda itu tersenyum haus sembari melangkah maju tak akan membiarkan dua gadis yang mereka temui pergi begitu saja. Dari cara mereka memandang pun, sudah membuktikan jika mereka terpengaruh minuman keras.

"Berbalik," bisik Sinb. "Sekarang!"

Sinb membalik tubuhnya lebih awal, kemudian ia menarik lengan Umji dan membawanya berlari sekencang mungkin. Dua dari pemuda itu malah saling bertabrakan hingga tersungkur, sedang dua pemuda lainnya langsung saja berlari mengejar.

"Tolong!!!" jerit Umji.

Brak!

Akh!

Sinb jatuh tersungkur, dagunya yang lebih awal menyentuh tanah membuat rasa sakit teramat sangat.

"Sinb, bangun!" pekik Umji panik. "Kenapa di saat seperti ini kau begitu ceroboh, hah?!"

"Pergi!" perintah Sinb. "Sekarang!"

"Tidak!!!"

"Pergi sekarang, Park Umji! Telepon polisi atau siapa pun itu!"

"Mereka lewat sini, cepat!"

Umji melepaskan Sinb setelah mendengar suara para pemuda itu, dia tidak ingin meninggalkan Sinb tetapi Sinb terus mendesaknya untuk pergi.

Sinb menggerakkan tubuhnya ke samping, ia mengatur napasnya yang tidak beraturan setelah berhasil menemukan tempat persembunyian. Sialnya, kedua tangan yang harusnya berfungsi, tiba-tiba saja mati rasa. Dia harus berguling hingga sampai pada persembunyian ini, dengan darah yang bercucuran di dagunya.

Dua pasang kaki terlihat oleh Sinb, mati-matian dia menahan suaranya sebab dia yakin dua pasang kaki itu milik para oknum. Beruntunglah ada tempat sampah besar yang terdapat kolong di bawahnya, meskipun kotor tapi bisa menyelamatkannya.

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang