Bagian-15

236 43 23
                                    

— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —

"Ibu di sini, Ibu di sini, Umji yya~"

Yoona menggenggam tangan Umji erat, luka di sekujur tubuh Umji tak membuatnya kehilangan kesadaran dengan mudah. Putri bungsu Park Siwon saat ini berada di ambang sadar dan tidak sadar. Sorot matanya benar-benar sudah kosong, antusias untuk menemui Sang Ibu sudah tidak lagi terlihat. Padahal, orang yang telah membawanya ke rumah sakit ini adalah ibu kandungnya, Umji ditemani oleh Ibu Yoona hingga sampai di rumah sakit.

"Umji yya~" lirih Sowon begitu melihat kondisi mengenaskan Umji.

Eunha dan Yuju tidak lagi memiliki kata melihat sekujur tubuh Umji yang jauh dari kata baik-baik saja. Terlebih di bagian wajahnya, ada banyak luka terbuka sekaligus lebam yang menjadi pertanda bahwa pelakunya telah menyiksa dia dengan tanpa perasaan.

Beberapa suster menahan mereka saat Umji dibawa masuk ke ruang pemeriksaan, Yoona menyibak rambutnya ke belakang dan berjongkok sebab lututnya mulai lemas. Eunha mendekat, ia memeluk Ibunya berusaha untuk menenangkan atas ketakutan.

"Eunha yya, dia Adikmu," ucap Yoona gemetar. "Ibu bukan tidak menyayanginya, dia akan baik-baik saja, bukan?"

Sowon melangkah maju ke depan pintu ruangan, ia memperhatikan para medis yang mulai melakukan pemeriksaan.

"Kalian berdua pembawa sial!" tunjuk Yuju. "Semenjak kalian berdua hadir, ada begitu banyak kesialan di keluarga ini!"

Sowon menoleh ke arah Yuju, kemudian pandangannya teralihkan pada Sinb yang berdiri dengan raut wajah tenangnya. Namun, bukan ketenangan Sinb yang menjadi sorotan, tetapi darah kering di sekitar dagu adiknya.

"Jika sampai terjadi sesuatu pada Umji, kalian berdua harus dihukum!" tandas Yuju.

"Ibu menyesal~" isak Yoona dalam pelukan Eunha. "Ibu menyesal karena sudah mengabaikan Umji, Ibu menyesal~"

Eunha makin memeluk Ibunya, dia bahkan bergerak cepat melindungi Sang Ibu saat Yuju hampir melayangkan pukulan. Pukulannya tidak sampai, sebab Sowon bergerak maju seperti akan melerai. Tetapi Sowon melangkah bukan untuk melerai, dia menghampiri Sinb yang hanya berdiri.

"Kau bersamanya?" tanya Sowon.

"Iya."

Sowon memegang kedua bahu Sinb, ia mengguncangnya hingga membuat tubuh Sinb terhentak sampai dua kali, kuatnya cengkraman Sowon di bahu Sinb tak membuat gadis itu mengubah ekspresinya. Dia masih dengan ketenangannya.

"Katakan, katakan jika Umji—"

"Tidak baik-baik saja," potong Sinb. Dia melepas kedua tangan Sowon dari bahunya. "Wanita sialan!"

Sinb mengumpat sembari melangkah maju menghampiri Yoona, ia mendorong Eunha jauh-jauh dari tubuh Ibunya karena ingin membalaskan semua yang terjadi saat ini. Sinb dengan berani mencengkram kerah baju Yoona, ia mendorong dada Eunha yang mendekat ingin melindungi Ibunya.

"Kau—"

Belum sempat dia mengucap sumpah serapah atas semua yang terjadi pada Umji, jemarinya yang lemas melepas sendiri cengkraman itu. Kedua tangannya kembali tidak merasa lagi, Sinb seperti tidak memiliki kekuatan untuk bertindak sesuai dengan keinginannya.

"Umji yya!"

Seruan itu berasal dari Siwon, pria Park datang dengan langkah terburu-buru. Dia langsung saja menuju ke pintu yang terbuat dari kaca itu, saat itulah dia bisa melihat bagaimana para medis bertindak melakukan perawatan terhadap Umji.

Siwon membalik tubuhnya, dia melihat Yoona yang sedang menyeka air mata atas penyesalan telah mengabaikan Umji selama ini. Kemudian, Siwon melihat ke arah Sinb yang berdiri tepat di hadapan Yoona.

"Apa yang terjadi?" tanya Siwon.

Sinb menggelengkan kepalanya, ia tidak menatap siapa pun yang ada di sana, hatinya berkata untuk segera pergi saja dari hadapan semua orang. Siwon hendak mengejarnya meminta penjelasan, tapi Yoona menahan dan memeluknya mengungkap segala rasa penyesalan.

Sementara itu, Sinb akhirnya hilang dari pandangan mereka.

"Sialan!"

"Sialan!"

"Bodoh!"

"Tidak berguna!"

Tubuhnya merosot seiring lamanya ia membiarkan punggung itu menyandar pada tembok. Sinb berlari dari semua orang dan bersembunyi di balik tembok lorong rumah sakit ini. Dia terus mengumpat, tapi tangannya kembali mati rasa hingga tidak bisa digerakkan sama sekali.

Air matanya mengalir begitu saja, Sinb menangis tersedu-sedu tanpa ada yang tahu. Sudah menjadi kebiasaan baginya seperti ini, terlihat tenang di depan semua orang, kemudian menjadi sangat rapuh ketika sendirian.

"Maafkan aku~"

— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —

Yerin tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini, dia sudah berteman dengan gelap. Meski begitu, dia terbangun saat Sowon sudah berada di ruangan, bahkan Sowon langsung kembali untuk menggenggam tangan Yerin. Sowon tidak akan membiarkan Yerin terbangun dengan sepi, cukup baginya gelap.

"Di mana semua orang?" tanya Yerin.

"Ada," jawab Sowon.

"Tapi aku merasa kosong di sini," kata Yerin. "Apa orang-orang pergi setelah tahu aku buta?"

Sowon menggeleng, ia mengecup punggung tangan Yerin dengan penuh kasih sayang. Kecupan itu menyalurkan ketenangan dalam diri Yerin, membuatnya merasa bahwa dia tidak sendirian.

Di saat seperti ini, dada Sowon tiba-tiba saja menjadi sesak, dia bahkan sampai batuk-batuk yang membuat genggaman tangan mereka terlepas.

"Eonnie," panggil Yerin.

"Se-ben-tar!" pekik Sowon terbata, sebab ia kembali terserang batuk-batuk.

Sowon menarik beberapa helai tisu, jemarinya dibuat gemetar melihat bercak darah menempel pada tisu. Dia melamun dalam waktu yang cukup lama, kemudian disadarkan oleh benda jatuh yang disebabkan oleh gerakan tangan Yerin.

Yerin meraba-raba, dia khawatir saat Sowon terus batuk lalu tidak ada suara apa-apa. Terlebih Sowon tidak menyahut ketika dia terus memanggilnya.

"Hati-hati!" pekik Sowon, ia bergerak cepat menghampiri Yerin yang hampir jatuh dari ranjangnya. "Tunggu sebentar, Eonnie tersedak."

"Eonnie, jangan tinggalkan aku sendirian," mohon Yerin. "Eonnie baik-baik saja, kan? Tidak terluka, kan?"

Sowon memaksa senyum, meskipun dia tersenyum pun Yerin tidak akan tahu. Bibir Sowon begitu pucat dan kering sekarang, ia membiarkan kedua tangan Yerin bergerak meraba wajahnya. Rasanya Sowon ingin menangis, adik kecilnya tidak lagi melihat dirinya.

"Yerin ah," panggil Sowon serak, ia menahan gerakan tangan Yerin di wajahnya. "Kau tahu Eonnie menyayangimu, bukan?"

Yerin mengangguk sebagai jawaban.

"Maka dari itu, jangan menyerah." Sowon menaruh pipinya pada telapak tangan Yerin. "Eonnie akan menjadi sepasang mata untukmu, duniamu tidak akan pernah berhenti."

Sepasang mata Yerin berkaca-kaca, dia sangat terharu dengan kakaknya yang selalu mendukung serta melindungi dirinya. Mereka termasuk beruntung, sebab Ibu Yuri tidak memisahkan hingga mereka tumbuh bersama dari kecil.

"Berjanjilah untuk melihat dunia untukku, Eonnie," pinta Yerin.

Sowon mengecup telapak tangannya. "Berjanji. Jadi, Yennie tidak boleh bersedih, apalagi sampai menyerah, okay?"

"Terima kasih, Sowonnie."

Sowon merengkuh tubuh Yerin, dia tahu apa yang sedang Yerin butuhkan saat ini. Dan ketika berpelukan seperti ini, keduanya meneteskan air mata haru atas kehangatan yang selalu menyertai.

Berharap saja semua akan sesuai dengan perjanjian mereka.

— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang