Bagian-20

292 48 28
                                    

— 𝙋𝙐𝙕𝙕𝙇𝙀 𝙋𝙄𝙀𝘾𝙀 —

"Kenapa belum tidur?"

Yuju mengedarkan pandangannya, saat dirasa tidak ada siapa-siapa selain dia dan Sowon, barulah dia mendekat. Yuju juga tidak tahu kenapa Sowon belum tidur, sehingga ketika ia keluar dari kamar malah berpapasan dengannya.

Sowon melihat ke pintu kamar yang baru saja ditutup oleh Yuju, ia sedikit bingung sekaligus bertanya-tanya sebab Yuju tidak keluar dari kamarnya. Jelas bahwa Yuju baru saja meninggalkan kamar Sinb.

"Apa yang kau lakukan di kamar Sinb?"

"Apa jika aku mengatakan yang sebenarnya, Eonnie akan mempercayaiku?"

Sowon mengangguk, mana mungkin dia tidak percaya pada adik-adiknya.

"Sinb baik-baik saja, kan?" tanya Sowon. "Soalnya, dia—"

"Ayah memukulnya, dia terluka cukup banyak, itu terjadi setelah rumor Ayah trending di mana-mana," beber Yuju, ia meraih kedua lengan Sowon. "Dengar, dia tidak bersalah, kan? Semua rumor itu bukan Sinb yang buat, iyakan?"

"Dipukuli?" Sowon menoleh dengan cemas. "Apa kau sudah mengobati luka-lukanya? Biarkan aku—"

"Eonnie, tunggu!" tahan Yuju. "Aku sudah mengobati sebagian lukanya, Ayah memukulnya begitu keras. Itu karena dia tidak menurut pada Ayah, kan?"

Sowon menyibak rambutnya ke belakang, ia menarik Yuju ke samping guna memberinya ruang memasuki kamar Sinb. Dengan perlahan Sowon membuka pintu, di ambang pintu kamar ini dia bisa melihat Sinb yang terlelap di balik selimut tebalnya.

"Pergilah ke kamarmu, Eonnie akan menemani Sinb," kata Sowon.

"Baiklah."

Yuju melenggang pergi dengan tenang, tahu akan ada yang menemani Sinb. Sowon menutup pintu perlahan, ia berjalan dengan hati-hati agar tidak mengganggu waktu tidur Sinb. Dari raut wajahnya saja, Sinb sudah kelihatan lelah. Dia seperti tidak mendapat istirahat selama beberapa bulan.

Suatu hari nanti, mungkin gadis ini akan terus terbaring dengan segala keterbatasannya. Suatu hari nanti, gadis ini akan ditangisi karena keadaannya yang tidak sama seperti dahulu lagi. Bahkan mungkin saja, orang-orang yang jahat padanya akan memohon. Bisa memohon kesembuhannya, bisa juga memohon untuk kematiannya saja.

"Kenapa Ayah hanya memukul aku?"

Sowon terkejut. "Sinb yya, maaf. Eonnie tidak bermaksud mengganggu tidurmu, hanya saja—"

"Kenapa hanya aku?" tanya Sinb dengan mata yang masih terpejam. "Kenapa aku? Kenapa hanya aku? Kenapa aku tidak disayang seperti yang lainnya? Kenapa?"

"Sinb," panggil Sowon.

"Aku juga lelah~"

"Hei, Sinb." Sowon menepuk pipinya perlahan. "Hei, sadarlah."

"Kenapa aku? KENAPA HANYA AKU?"

Sinb tersentak sesaat setelah ia berteriak, ia kontan beranjak duduk dengan napas tidak beraturan. Sowon merangkul bahunya dari samping, memeluknya yang diselimuti rasa khawatir.

"Tunggu, Eonnie ambilkan air dulu," ucap Sowon.

Sinb menunduk, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sebab rasa khawatir yang makin membuatnya berdebar. Jantungnya berdebar, ditambah dadanya yang terasa sesak.

"Ini minumnya, Sinb."

"Pergi dari sini."

"Minum dulu, baru—"

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang