First Date

2.3K 88 3
                                    

Salma mengencangkan tali maskernya. Memakai Hoodie over size, celana kulot crinkle, dan sendal jepit swallow adalah usaha maksimal untuk penyamarannya.

Rony di sebelahnya. Penyamarannya: Kemeja lama kotak-kotak yang lusuh, rambut natural bangun tidur tanpa styling, celana training hitam merah, dan sendal jepit swallow. Tak lupa ia memakai topi hitam.

Mereka kini berjalan di pinggiran sungai Warakas, senja hari. Beruntung tidak terlalu ramai orang. Setelah memarkirkan motor pinjaman teman Rony. Mereka berniat menghabiskan waktu bersama di sore hari.

Langkah mereka berhenti di sebuah kursi di pinggir sungai yang kosong. Beberapa pedagang Cilok dan starling melengkapi.

Sal memesan cilok, beberapa gorengan, dan 2 es kopi. Rony menunggu membelakangi keramaian. Hamparan sungai adalah pemandangan yang tepat di sore hari.

"Nih,"Salma menyodorkan es kopi.

Rony celingak celinguk memastikan keadaan aman. Lalu menyedot es kopi itu, lalu menggigit tempe goreng.

"Wih, asyik juga ya Ron pemandangannya." Salma membenarkan hoodienya. Ia tak malu lagi berpakaian yang nggak banget. Awalnya sih uring-uringan. Tapi demi kelancaran kencan pertama, ia rela.

"Nggak asyiknya kalau hujan."Rony menatap Salma. Salma memukul lengannya kesal.

"Ntar, gimana kalau beneran hujan. Woy-lah."

Rony nyengir karena berhasil menggoda Salma.

"Ntar dulu Sal, gua takut ada paparazi asli'." Mata Rony jelalatan.

Salma meyakinkan Rony untuk menikmati Sunset dan melupakan beban itu. Mereka jauh-jauh ke sini untuk healing 'kan.

🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟

"Si Rony kemana?"

Bang Jo mulai menyadari ketidakberadaan adiknya. Seketika itu, Bang Jo mengirim pesan ke Rony.

🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟

Rony sibuk dengan handphonenya. Salma memperhatikannya kesal. Salma mengingatkan untuk meletakkan handphonenya saja. Namun, Rony tak patuh.

Salma merebut handphone dari tangan Rony saat sedang asyik mengetik.

"Dibilangin dari tadi lho..."Rengek Salma.

Rony menghela nafas. Dan meminum es kopinya.

"Baru bales Bang Jo nyariin."Ungkap Rony. Namun tak mengubah raut muka gadis itu.

Tak berapa lama, handphone Salma yang berbunyi panggilan masuk. Dengan secepat kilat Rony mengambil handphone Salma dan menyimpannya di saku.

"Ck, pinjam dari siapa dulu?"Pinta Salma.

Rony melihat layar handphone dan matanya menangkap tulisan Diman di sana.

"Diman?!"Jelas Rony penuh penekanan.

Salma memohon pengertian Rony, meskipun kedekatannya dengan Rony mulai berjalan. Ia tetap tak bisa melupakan Diman, satu-satunya teman yang bisa diandalkan bahkan sampai saat ini.

"Sini dulu Ron, pinjam, ku balas dia WA apa, cepeeet."

Tangan Salma mencoba meraih saku celana Rony. Namun dengan cepat Rony mengangkat tangannya ke atas.

Salma merapatkan duduknya untuk meraih handphone dari tangan Rony.

"Nggak usah di balas. Biar aja dia nyari."Rony mengangkat handphone itu di atas kepalanya.

Salma tak berhasil, ia pun enggan melanjutkan perdebatan itu.

Handphone Salma berbunyi lagi. Salma sudah tidak tertarik lagi. Namun Rony malah menerima panggilan itu.

"Halo, gua Rony. ada apa Dim?"

Salma menatap tajam ke Rony. Rony melanjutkan percakapannya.

"Dim, nanti gua WA..."Teriak Salma berharap suaranya terdengar.

Rony menutup sambungan telepon itu. Tersenyum puas karena berhasil mengerjai Salma.

"Bilang apa dia?"Salma melahap gorengannya.

"Nggak ada bilang apa-apa. Kan yang ngomong gua."

Diman pasti kaget. Tidak pernah sebelumnya Rony dan Salma sedekat itu sampai pergi berdua.

"Nanti gua jelasin pas kita sleep call an aja."Salma merebut handphonenya.

Rony menegang mendengar jawaban Salma. Memang saat ini status mereka bukan officialy pacaran. Tidak ada komitmen apa pun yang ingin mereka mulai dari hubungan ini. Selain saling mengenal satu sama lain secara lebih intens lagi.

"Terserah Lu." Rony mengeluarkan rokoknya. Salma agak terkejut membuat Rony urung melakukannya. Ia kembali memasukkan rokoknya ke tas.

"Kok nggak jadi Ron."

"Nggak papa. Ntar lu ke ganggu asapnya."Rony menatap Salma.

"Iya gua bisa pindah di kursi itu dulu."Salma menunjuk kursi di ujung lain agak jauh.

"Nggak usah. Nanti kita jauhan."Rony mengatakannya sambil membuang muka dari Salma. Malu.

Melihat hal itu. Ujung bibir Salma terangkat sebelah. Ia menahan senyumannya.

"Ron.."panggil Salma.

"Sal..."jawab Rony.

"Ron..."

"Sal..."

Salma berhenti. Rony menatapnya aneh meminta penjelasan. Salma hanya tertawa.

"Lu pernah ciuman sama Bunga?"

Rony meraup mukanya. Matanya melirik Salma yang menunggu jawaban.

"Gua bukan Paul."Jawab Rony enteng.

"Mas suci." Salma tertawa. Sedikit ada rasa kecewa di sana.

Salma terdiam. Ia menoleh ke pemandangan sunset. Ia anggap ini sebagai penawar rasa kesal pada sikap Rony barusan.

Salma membuka matanya yang terpejam saat Rony tiba-tiba menyentuh tangannya.

"Jauh-jauh ke Warakas. Cuman pengen nanyain itu?"Rony menatap manik mata Salma dalam.

Salma menghela napas. Satu tangannya menyentuh pipi Rony. Rony memejamkan mata, menikmati sentuhan itu. Salma berbicara,

"Ron, gua lupa mau ngomong apa?" Rony tertawa.

Rony membawa tangan Salma ke dadanya. Tatapannya tak pernah lepas.

"Kalau sampai Ahhh lagi, gua gampar ya." Salma memberi ultimatum. Rony tersenyum.

"...'itu' terjadi sangat singkat, nggak perlu Lu pikirin. Perasaan gua sekarang, nggak bisa disamain dengan yang telah terjadi dulu. Lebih berharga berkali-kali lipat, asal Lu tahu..."

Salma terbahak. Ia paling tidak bisa melihat Rony versi Romantis.

Salma mendekatkan wajahnya, hidung mereka hampir bersentuhan. Lalu ia berbisik,

"...bacot... gua nggak semudah itu, Lu taklukkan..."

Rony mengendus kesal. Sambil mengigit bibir bawahnya, ia menerima kekalahan itu.

Salmon HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang