Asyahadu

1.9K 130 11
                                    

Probolinggo

Setelah selesai beberes dan mengantarkan kepulangan Rony dan keluarga.

Salma menghambur ke pelukan Mamanya dan menatapnya penuh mesra. Kilatan mata bisa terlihat oleh Mama Ita.

"Ngopo a dek?"

"Hehe. Mama kok tiba-tiba berubah pikiran? Dulu Mama paling anti Rony."

Mama melepas pelukannya.

"Ya habisnya kamu bandel dek. Dibilangin nggak pernah manut kamu itu. Udah jadi watak kamu, buktinya sekarang kamu jadi penyanyi hebat kan. Itu juga berkat kebandelan kamu."

Salma meringis. Ia ingat betul di ruangan yang sama, saat-saat ia di sidang kedua orang tuanya, gara-gara tetap bersikeras kuliah musik dibanding mengambil jurusan lain.

"Mama melihat Rony semakin ke sini semakin menunjukkan keseriusannya. Jujur saja, Mama lega saat dia sendiri bilang ingin belajar dan memeluk Islam."

Mama memegang tangan Salma sambil menatap anak semata wayangnya itu.

Sambil sedikit terisak Mamanya melanjutkan, "nanti Salma ajarin Rony ya, belajar bareng supaya rumah tangganya sakinah mawadah warohmah, sabar dan ikhlas dengan apapun yang terjadi setelahnya. Karena ini adalah pilihan mu sendiri. Kamu harus bertanggungjawab ya Sayang."

Salma tak kuat menahan air matanya tumpah. Ia memeluk erat Mamanya dan menangis sesenggukan di pelukannya.

"Makasih Ma, Salma akan ingat betul pesan Mama."

🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟

Pagi harinya

Rony mengambil air wudhu, lalu pergi masuk ke dalam masjid bergabung dengan Mas Suci dan Ustadz Iman Abdillah beserta saksi lainnya.

Ia mencoba untuk tetap tenang, meskipun sebenarnya ia pun gugup juga. Beberapa kali Mas Suci menepum bahunya untuk menenangkan.

"Mas aku boleh telpon Mamak Bapak dulu nggak?"Rony mengeluarkan handphonenya.

"Lho buat apa lagi Ron."Mas Suci sedikit panik karena dari tadi Rony menundukkan gelagat ragu.

"Minta ijin untuk yang terakhir kalinya. Minta restu juga."jawab Rony.

Mas Suci mengiyakan. Rony pun langsung melipir ke belakang dan menyambungkan sambungan telepon.

"Mak, halo."

"Iya Ron. Gimana udah selesai?"

"Belum Mak. Baru mau mulai inih."

Rony terdiam.

"Mak, doakan Rony ya."

"Iya Rony, semoga lancar ya mualafnya. Syahadatnya."

"Makasih Mak. I love you pull."

Mamanya tertawa ringan. Rony memutuskan telepon dan kembali ke dalam masjid.

Saat masuk ke dalam masjid, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Kesejukan hati dan kenyamanan yang ia cari selama ini.

Ia duduk bersila dan mengikuti pengarahan dan doa sebelum pengucapan syahadat.

"Rony Parulian nanti lafalkan syahadat sendiri bisa ya. Nanti setelah itu kita doakan."kata Ustadz Iman Abdillah.

Rony mengangguk.

Ustadz memberikan aba-aba,

"Asyhadu ala ila ha illah, wa asyhadu ana Muhammad Rasulullah. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Alloh. Dan aku bersaksi nabi Muhammad utusan Alloh."

Keringat bercucuran di pelipis Rony.

"Takbir!"teriak salah seorang saksi.

"Alhamdulillah. Selamat datang. Muhammad Rony Parulian."

Ustadz Iman menjabat tangan Rony dan memeluknya. Suasana haru menyelimuti masjid Al Ikhlas kala itu. Sebentar lagi dhuhur tiba. Dan ini adalah sholat pertama yang akan Rony lakukan setelah mualaf.

🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟

Salmon HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang