I HOPE YOU ENJOY TO MY NOVELS-------------------------------------------------------------
Setelah kemarin ia dibuat salah tingkah oleh Gran, ia tak berani lagi mengirim laki laki itu pesan lagi. Bahkan, ketika Gran mengiriminya pesan ia acuhkan dan menghidupkan privasi tanda baca dan ia juga mengarsipkan chat Gran.
Mari lupakan salah tingkahnya dengan Gran.
Sekarang, Sheila sudah bisa masuk ke sekolah barunya dan sesuai apa yang Bianca bilang. jika, ia akan pindah jika Sheila juga pindah.
"Kangen poll aku karo koncoku iki" Gemas Bianca sembari memeluk Sheila yang baru saja masuk ke dalam kawasan sekolah. [Kangen banget aku sama temen ku ini]
"Sesek, Ca" Rintih Sheila.
Bianca pun melepaskan pelukannya, dan ia pun meneliti kondisi Sheila dari atas ke bawah, dari depan kebelakang. Memastikan tidak ada luka atau kekurangan sedikitpun dari temannya itu.
"Wes! Aku apik apik ae! Gak usah di ngunuk no!" Kesal Sheila yang sedari tadi badannya terus di putar putar. [ udah! Aku baik baik aja! Gak usah diginiin! ]
Bianca pun memutuskan untuk berhenti memutar mutar badan Sheila.
"Wes ayo melbu" Ajak Sheila [ udah, ayo masuk ]
"Sek, ngenti arek siji. Ket maeng suwe pol padahal nek kene kunu tok" gerutu Bianca karena ia sudah sejak pagi stay di sekolah hanya untuk menanti temannya yang baru saja kembali dari luar negeri. [ bentar, tunggu anak satu. Dari tadi lama banget, padahal cuma sana sini doang ]
Tak lama kemudian sebuah mobil Lamborghini berwarna hitam masuk ke dalam halaman sekolah membuat para siswa/i menghentikan langkahnya karena penasaran dengan siapa yang membawa mobil mewah itu.
"Murid baru?"
"Iya, katanya dari SMA Airlangga"
"Ada berapa murid?"
"Tiga"
"Gue tebak kalo yang nyetir pasti ganteng"
"Sotoy lu!"
Begitulah bisik bisik yang terdengar di sekitar mereka.
Tak lama kemudian, sepasang kaki yang di balut sepatu fantofel mengkilap turun dari mobil.
Sheila sudah bisa menebak siapa yang turun itu. Ia pun menghela nafas berat. Masa sekolahnya akan sedikit terancam dengan adanya.
A
rion Rezaksa Geraldo, teman Sheila dan Bianca yang memiliki kekayaannya pribadi dan perusahaan nya pribadi. Ia juga teman Sheila dan Bianca yang sedikit protektif dan posesif terhadap kedua gadis di kehidupannya.
"Ca, lapo kok arek iku iso pindah nak kene seh" Keluh Sheila dengan nada memelas. [Ca, kenapa kok anak itu bisa pundak ke sini sih]
Bianca cengengesan. Saat itu Sheila ingin menangis saja rasanya. Dan ia bisa menebak jika Rion akan satu kelas dengannya begitu pula dengan Bianca.
Rion menghampiri kedua temannya dan mengambil tas mereka berdua lalu membawanya dan ia pun berlalu pergi.
Bianca menyeret Sheila yang lemas untuk mengikuti langkah lebar Rion.
Sesampainya di kelas, Arion meletakkan tas kedua temannya di depan bangkunya. Ia melakukan itu agar dapat mengawasi apa yang di lakukan kedua temannya.
"Astaghfirullah, Ca. Di awasi malaikat maut" Keluh Sheila.
"Pasrah ae" Kata Bianca dengan entengnya.
"Enak men congormu ngomong 'pasrah ae'! " Kesal Sheila. [ enak aja mulutmu bilang 'pasrah aja'! ]
"Gak usah bisik bisik, aku krungu" Kata sebuah suara yang menginterupsi merek berdua dengan nada datar namun tegas. [ gak usah berbisik, aku dengar ]
Sheila tersentak kaget lalu menoleh ke arah Rion yang ada di belakangnya. "Nggih pak, kulo manut" Kata Sheila dengan senyuman lebar. [ iya, pak. Saya nurut ]
Setelah itu Sheila pun berbalik dan ia ingin menangis saat itu juga. Ia lebih baik menghajar kakak kelas daripada di awasi okeh Rion. Aura kebapakan yang posesif membuat Sheila tertekan.
Bel pun berbunyi dan pertanda bahwa pelajaran akan di mulai. Dan sebelum memasuki pelajaran, guru di mapel itu menyuruh Sheila, Bianca, dan Rion untuk berkenalan.
Sesi belajar mengajar di lalui ketiganya dengan baik dan ketika Bianca dan Sheila tidak paham, mereka akan bertanya kepada Rion yang memang lebih pintar dari keduanya.
• • • •
Bek istirahat pun berbunyi membuat Bianca dan Sheila berseru kesenangan.
Mereka berdua pun dengan cepat membereskan buku buku yang tergeletak di meja dan setelah itu mereka keluar dari kelas menuju kantin dengan Rion yang mengikuti mereka dari belakang sudah seperti bodyguard kedua nona bangsawan.
Sesampainya di kantin, Sheila dan Bianca mencari tempat duduk sedangkan Rion, ia memesan makanan untuk kedua teman perempuannya dan juga dirinya.
"Ca, aku kadang heran karo Rion. Kok gelem di dadek no babu" Heran Sheila. [ Ca, aku kadang heran sama Rion. Kok mau aja di jadikan babu ]
"Kon iki loh koyok gak ngerti Rion. Barak an yo dek e seng gelem padahal awak ndewe gak ngongkon" jawab Bianca. [ kamu ini loh kek gak ngerti Rion. Lagian dia yang mau. Padahal kita juga gak nyuruh ]
Sheila menganggukkan kepalanya membenarkan perkataan Bianca tentang Rion.
Tak lama kemudian Rion datang dan mereka pun menyantap makanannya.
Ah, ya. Jangan harap mereka bisa request untuk makanan yang Rion pesan. Semuanya akan di tentukan oleh laki laki itu. Tapi masalahnya, yang di pilihkan okeh Rion adalah menu yang penuh sayur, daging, tanpa sambal. Membuat Sheila bosan.
»»--⍟--««
Sidoarjo, 25 Maret 2024
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual Boyfriend [End]
Novela JuvenilHVTL ( Hubungan Virtual Terhalang Layar). pacaran secara Virtual? bukannya itu hubungan yang cuma modal kuota sama kamera bagus ya? dan lagi cuma berupa ketikan aja udah bisa bikin salting berguling guling. tapi, banyak anak gen z yang masih betah s...