4🦋~Butterfly~

190 96 56
                                    


Senna masih sibuk dengan barang bawaannya, ia buru-buru karena sebentar lagi bel masuk sekolah berbunyi, di depan ruang piket kepala sekolah memanggilnya hingga tak mau Senna harus menghampiri sang kepala sekolah.

"Senna," panggil Bapak kepala sekolah.

"Iya Pak," ucap Senna sopan.

"Kamu bawa apaan, itu banyak banget?" Tanya Bapak kepala sekolah.

Senna tersenyum manis lalu membuka tas yang terisi penuh ia mengambil salah satu bingkisan lalu ia memberikannya pada Bapak kepala sekolah itu. "Ini Pak, oleh-oleh dari Papah Saya, baru pulang dari Bali," ucap Senna.

"Wah ini kain batik Motif Sekar Jagad Bali iya kan? Terimakasih ya Sen, ini buat istri saya pasti suka," ucap Bapak kepala sekolah.

Bel masuk berbunyi.

"Ya sudah kamu masuk kelas, cepat sebelum pengawas datang," perintah Bapak kepala sekolah. Senna tersenyum lalu pergi meninggalkannya. Senna masuk kedalam kelas lalu ia duduk di kursinya.

"Lo bawa apaan di tas kembung banget?" Tanya Eva.

"Bawa Bom," Jawab Senna.

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kelas lalu ia duduk di kursi membawa aura mistis. Senna bangkit lalu mengambil kertas ujian dan langsung membagikannya.

"Ini kenapa berantakan banget coba duduk yang benar," ucap Guru itu bernama Bu Maria.

Mereka semua bangkit merapihkan kursi masing-masing lalu kembali duduk. "Kalian tuh udah dewasa harus ngerti sendiri, jangan seperti tadi saya enggak suka lihat nya datang-datang kelas berantakan," tegas Bu Maria.

Marven yang duduk di belakang sedang meledeki Bu Maria, Senna mencubit tangan Marven hingga membuat laki-laki meringis kesakitan.

"Shhh," Marven meringis.

Senna memelototi Marven agar tidak bersuara. "Kamu kenapa Marven?" Tanya Bu Maria.

"Parah Bu, si Senna malah cubit tangan Aven kan Atit," Jawab Marven lebay.

"Gimana mau jagain cewe, di cubit aja bilang sakit," ucap Bu Maria. Ibran, Rian, Kevin dan Syahrul mencoba menahan tawa.

Hari ini adalah hari terakhir semester pertama membuat semua siswa-siswi bernafas lega karena sudah menyelesaikan ujiannya, mereka percaya bahwa akan mendapatkan hasil yang terbaik apapun itu walaupun mengerjakannya cuma mampu menghitung kancing.

Bu Maria mondar-mandir ia memperhatikan siswa laki-laki yang menghitung kancing ia tersenyum miring. Kemudian memperhatikan Senna yang tampak fokus mengerjakan soal ujian.

Empat puluh lima menit lamanya akhirnya mereka selesai semua namun ada satu pelajaran lagi setelah istirahat. Senna mengambil satu persatu kertas ujian setelah terkumpul semua ia meletakkan di atas meja Guru di hadapan Bu Maria.

"Yang mau makan dulu silahkan," ucap Bu Maria sambil merapihkan kertas ujian.

Senna mengambil satu kain batik lalu memberikannya pada Bu Maria. "Ibu ini di terima ya, maaf kalau semua guru enggak ke bagian, ini tiga lagi buat Bu Hani, Pak Hartoyo sama Bu Indri," ucap Senna.

"Wah makasih ya Sen, bagus banget kain batiknya," Ucap Bu Maria.

"KM di tunggu di Aula," ucap salah satu siswa perempuan di depan kelas XII IPS 5.

"Yaudah sok kamu kumpulan dulu, makasih ya Sen," ucap Bu Maria, Senna tersenyum manis. "Mari Bu," ucap Senna lalu pergi meninggalkan kelas XII IPS 5.

Senna berjalan santai menuju aula lalu ia masuk keruangan itu yang sudah terpenuhi para Ketua kelas, Senna duduk di kursi paling belakang, ia mendengarkan apa yang ketua OSIS bicarakan. Gadis itu meletakkan dagunya di atas meja.

Butterfly (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang