5🦋~Butterfly~

151 90 33
                                    

Senna berjalan sambil mengedarkan pandangan matanya keseluruh pekarangan rumah untuk mencari keberadaan kelinci kesayangan, namun sayang sekali ia tidak menemukan binatang peliharaannya itu. Senna memutuskan untuk menelusuri jalan gelap yang mencari kelinci diluar kompleks.

Dalam langkahnya Senna merenung. Ia tengah memikirkan kemana kelinci peliharaannya pergi. Angin di malam hari membuat baju dan rambutnya tertiup kencang. Senna melihat kelinci sebrang jalan.

"BUNNY!"

Senna berlari ke arah Bunny nama kelincinya. Ia refleks menatap kelinci kesayangan tersebut. Senna berjalan mundur dengan takut.

"Ee-ngga ini mimpi kan?" Ucap Senna tidak percaya sambil tertawa, Senna menjatuhkan tubuhnya menutup kedua mata karena gadis itu takut dengan darah.

Seorang laki-laki berjalan cepat mendekati Senna, laki-laki dengan penampilan acak-acakan itu memeluk tubuh Senna.

"Tutup mata."

Suara ini sepertinya pernah Senna dengar. Senna mengangkat wajahnya untuk memeriksa siapa pemilik suara tersebut, dan dia adalah Ardian. Laki-laki itu mengangkat tubuh kelinci yang sudah berlumuran darah.

"Hiks hiks hiks."

"Ini kelici punya kamu?" Tanya Ardian.

Senna mengangguk sambil menangis tersedu-sedu. "Rumahnya di mana?" Tanya Ardian.

Senna menunjuk rumah tingkat di seberang sana. Kaki nya bergetar. Sesampainya di halaman rumah, Senna membeku di depan gerbang dengan tatapan kosong.

"Ardian?" Tanya Regan yang baru saja keluar rumah. Regan menatap mayat kelinci yang di gendong Ardian. "Gw ambil pacul dulu," ucap Regan lalu pergi untuk mengambil pacul.

Baju putih Ardian sudah terkena darah banyak hingga tidak memungkinkan ia untuk memakai baju tersebut. "SINI!!" Teriak Regan.

Ardian melangkah ke arah Regan. Laki-laki itu tengah menggali tanah untuk menguburkan kelinci tersebut. Sepuluh menit lamanya kini mereka sudah menguburkan Bunny, mengorbankan baju warna putih Ardian untuk menjadi penutup tubuh kelinci tersebut.

Senna terduduk di atas rerumputan ia menangis tanpa suara, Regan dan Ardian menghampiri gadis itu. "Udah lo ikhlasin, nanti gue beli lagi," ucap Regan tidak berperasaan.

"BUNNY JANGAN TINGGALIN SENNA!!!"

Regan mengangkat tubuh Senna ala bridal style. "Berisik!" Ucap Regan.

"Bang Gue pulang dulu ya," ucap Ardian.

"Pulang mata lo peang, cepat masuk nanti yang ada lo masuk angin," sentak Regan dan memerintahkan Ardian untuk masuk, karena laki-laki itu hanya memakai baju dalam.

Tanpa penolakan apapun Ardian mengikuti langkah Regan lalu mereka masuk ke dalam rumah. Regan menjatuhkan tubuh Senna di atas sofa.

"Gue sumpahin burung nya pada mati!!" Ucap Senna kemudian pergi meninggalkan Regan dan Ardian.

"Adik laknat!" Pertengkaran antara saudara kini di mulai, Ardian hanya menjadi penonton di antara mereka.

"Dasar burung jelek! Sama kaya yang punya nya jelek petot lagi," ucap Senna gadis itu kini berada di atas anak tangga.

"Awas ya kalau lo mau duit engga bakal gue kasih!" Ancam Regan. Senna terdiam lalu masuk ke dalam kamar.

"Bang?" Panggil Ardian.

"Diam lo, gue mau ambil baju," sentak Regan lalu pergi meninggalkan Ardain yang sedang duduk di ruang keluarga.

Senna menutup pintu dengan keras lalu menguncinya, ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur lalu menangis sekuat tenaga. "Hiks hiks hiks Bunny jangan tinggalin Senna, Bunny, Senna minta maaf, ayo Bunny hidup lagi, Senna mau terus jagain Bunny!!!"

Butterfly (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang