("Pesta selamat datang: Acara untuk menyambut anak baru, sekaligus menyambung kenangan yang terputus")
Selepas orientasi, Seruni menghelat pesta selamat datang kecil-kecilan dengan mengajak Gusti dan Herman ke Malaychan, restoran makanan Melayu dekat kampus yang menyediakan menu halal. Herman sempat berbicara pelan pada Gusti: jauh-jauh ke Jepang kok malah makan makanan Asia Tenggara? Gusti mewanti-wanti bahwa dirinya bisa saja berubah jadi psikopat dan tidak segan mengganti jempol kaki Herman dengan jahe, jika temannya itu terus berisik tidak sopan.
"Buat pemanasan, kita makan di sini dulu ya. Next time, Uni bakal ajak kalian makan ramen," ucap Seruni setelah mendengar ucapan Herman. Herman tersenyum dan langsung memesan dua porsi roti canai kari kambing. Gusti memelotot.
Seruni tak sendiri, dia ditemani Mila, sahabatnya yang gemuk, sehat, dan berkerudung. Kini mereka duduk di salah satu sudut restoran, membuka forum keakraban dengan metode bayar masing-masing.
Debaran jantung Gusti masih belum bisa santai ketika melihat senyum Seruni yang merekah, yang membawanya balik ke masa lalu. Sudah lama dia tidak berjumpa dengan ekspresi itu. Tidak banyak perubahan dari Seruni kecuali ada highlight cokelat di rambut, seakan menunjukkan bahwa pujaan hatinya sudah menjadi manusia dewasa yang bebas. Pujaan hati? Gusti menggeleng untuk membuyarkan pikiran. Rasanya terlalu lancang.
Gadis itu lalu mengeluarkan sebuah boneka kecil berkupluk merah dan berkacamata. Mungkin salah satu tokoh anime, pikir Gusti. Bertambah heran ketika Gusti melihat kawan lamanya itu mendudukkan boneka tersebut di ujung meja, lalu memotretnya.
"Itu apa?" Daripada terjebak dalam asumsi sendiri, Gusti bertanya.
"Ini anak pertama Uni, Gus. Lucu kan?" jawab Seruni.
"..."
Gusti salah, Seruni sekarang bukanlah yang dulu. Anak pertama? Dia jadi bertanya-tanya, apakah Seruni habis menikah dengan boneka mampang?
"Kaget ya, Gus?" Mila yang menangkap ekspresi Gusti mencoba menjelaskan, "Uni tuh BTS army garis lo-senggol-gua-colok. Itu tuh boneka Kim Jong Un."
"Kim Tae Hyung!" ralat Seruni keras.
"Tuh kan, ngamuk."
Gusti lega. Ternyata Seruni tidak sedang dalam pengaruh makhluk halus. Itu hanya bentuk dukungan dan ekspresi kecintaan pada sesuatu. Tidak ada yang salah, sebab Gusti pun mengidolai benda yang menginspirasi seperti—misalnya—minyak angin.
"Jadi, ini tahun kedua kalian?" Herman menyumbang tanya sambil membuka gulungan handuk hangat kecil di meja, yang disediakan restoran untuk membasuh tangan.
"Iya, Pak."
"Anduk ini bisa buat muka enggak ya? Biar aku lebih mudaan."
Seruni jadi tak enak mendengar nada bicara Herman.
"Herman seumuran sama kita kok, Ni," terang Gusti.
"Serius lo?" sambar Mila, tidak percaya bahwa ternyata dirinyalah yang paling tua di forum ini, walau selisihnya cuma setahun.
"Dirimu memang konco kentelku, Gus."
"Tapi mukanya memang kurang efisien, Mil."
"Wedhus*!"
Seruni kemudian menjelaskan bahwa dia dan Mila menempuh program master penuh di XZ. Secara angkatan, mereka sama dengan Gusti dan Herman, hanya beda program saja. Start mereka berbarengan. Bedanya, Gusti-Herman memulai di dalam negeri, Seruni-Mila langsung terjun di XZ.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cilok dan Ramen (TAMAT)
RomanceGusti kaget waktu Lian bertanya, "Gus, mungkin enggak persahabatan kita berakhir ke pelaminan?" Jelas Gusti terkejut. Sebab, Lian adalah sahabatnya sejak remaja. Sahabat kental! Belum tahu harus menjawab apa, pertanyaan itu Gusti biarkan menggantung...