Mungkin, satu-satunya hadiah ulang tahun yang kamu harapkan adalah hati yang terang-benderang
"Tokyo! Finally!!"
Lian menyelamati dirinya sendiri ketika mendarat di Bandara Haneda. Wajahnya penuh cahaya bak suami yang akhirnya mendapatkan izin istri untuk membeli playstation seri terbaru. Fakta bahwa ini adalah kali pertama Lian menjejakkan kaki di Jepang memang bikin dia semringah. Namun, kenyataan bahwa dirinya akan bertemu Gustilah yang bikin Lian melayang-layang.
Rencananya, Lian akan berada di Tokyo selama seminggu. Dari hasil kalkulasinya, seminggu adalah durasi optimal untuk mendapatkan benefit maksimal tanpa mengganggu stabilitas finansial. Kedai kopi Gondosuli sudah diserahkan sementara pada Riska dengan garansi jika terjadi huru-hara, baristanya itu bersedia dihukum menemani makan siang Harimau Sumatera di Ragunan.
Sekelebat muncul bayangan di kepala Lian tentang bagaimana Gusti akan terkejut sekaligus girang ketika menerima kejutan berupa kemunculannya. Pasti mukanya bakal bego, pikir Lian semena-mena. Namun, itulah yang dia rindukan.
Ah, aku enggak sabar.
****
Setelah melakukan perjalanan via kereta listrik dari bandara ke hotel, Lian merebahkan dirinya di kasur. Gusti benar, Tokyo memang luar biasa. Sepanjang perjalanan Lian mengagumi tata dan kebersihan kota ini. Tak lupa pula wanita itu melakukan perbandingan Indonesia-Jepang yang berbuntut kritikan terhadap pemerintah sendiri. Mirip Gusti dan Herman waktu pertama kali datang. Lian kemudian mengambil ponsel dan mengirim sebuah pesan pada Gusti.
Lian: Naryo, agendamu apa aja hari ini?
Gusti membalas sepuluh detik kemudian.
Gusti: Ngampus sampe malem. Latihan presentasi.
Cocok! Lian juga ingin melihat kampus mewah itu secara langsung. Tapi sebelum ke sana, dia akan mampir ke Yamada Denki Ikebukuro, salah satu retailer elektronik besar di Tokyo. Dari hasil penerawangan lewat google serta penyelaman dari berbagai forum daring, swalayan itu menyulap lantai teratasnya menjadi Gundam Store, area yang khusus menjual berbagai varian Gunpla (Gundam Plastic Model). Banyak netizen yang merekomendasikannya. Di sana, Lian akan membeli Gunpla kit sebagai hadiah ulang tahun sosok kesayangan. Gusti pasti bakal senang sekali.
Lian: Aku punya kenalan dukun, Gus. Butuh enggak jampi-jampinya buat sidang?
Gusti: Ga usah. Dukunmu kan dukun bayi.
Lian: :p
****
Dua puluh sembilan taiyaki
Sore itu, Seruni dan Mila merapat di stasiun Ikebukuro setelah menghabiskan waktunya memotret bunga matahari di taman Tachikawa. Hidup di Jepang selama hampir dua tahun mengubah mereka jadi pecandu bunga kelas berat. Sangat kontradiktif dengan kala masih di Indonesia, di mana bunga mereka pandang sebagai flora biasa saja.
"Beneran enggak apa-apa, Kak?" tanya Seruni lagi. Dia khawatir melihat Mila yang sedari tadi berjalan agak pincang. Usut punya usut, ternyata kemarin Mila tertabrak sepeda saat lari pagi. Bukannya marah, dia malah pengin ditabrak lagi karena pelakunya ganteng.
"Santai, Un. Konon katanya, cowok-cowok Jepang suka ama cewek pincang."
"Kata siapa?"
"Kata gue."
"Dih."
Sambil berjalan, Seruni membeberkan rencana perayaan ulang tahun kecil-kecilan kekasihnya. Jika pasangan lain memberi kejutan pada pukul 12 malam, Seruni memilih tidak melakukannya. Menurutnya, bergadang itu tidak sehat. Seruni juga sengaja belum mengucapkan apa pun kepada Gusti sebagai bagian dari rencana. Lokasi kejutan akan dilaksanakan di tempat kesayangan mereka—rooftop kampus—seraya menikmati turunnya matahari sebagaimana referensi dari beberapa serial romantis Jepang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cilok dan Ramen (TAMAT)
Roman d'amourGusti kaget waktu Lian bertanya, "Gus, mungkin enggak persahabatan kita berakhir ke pelaminan?" Jelas Gusti terkejut. Sebab, Lian adalah sahabatnya sejak remaja. Sahabat kental! Belum tahu harus menjawab apa, pertanyaan itu Gusti biarkan menggantung...