Hallo guys 🔥
Bantu vote dan komennya ya mentemen :)
Happy Reading!
.
.
.
.
________________¤♡¤________________
"Naura, sayang! Udah siap belum?!"
"Sabar, bun! Bentar lagi!" teriak Naura dari dalam kamarnya.
Tak lama kemudian, Naura keluar dengan sebuah koper berwarna merah muda di tangan kanannya, dan jaket kulit ditangan kirinya "Yok! gass, Pa!"
Yudha menautkan alisnya tak mengerti
"Gas? Udah diganti kok sama bi Imah, kemarin. Ya kan, bun?"Salma tertawa mendengar penuturan suaminya "Gas yang dimaksud Naura tuh, kayak, ayo berangkat. Gitu kan nak?" tanya Salma pada Naura
"Good job bun" Naura mengacungkan kedua ibu jarinya.
Sedangkan Yudha hanya ber oh ria. Jangan salahkan dia, karena zamannya dan anaknya itu berbeda. Bagaimana bisa dia mengerti bahasa gaul.
"Bentar, emangnya harus ya Ra dianter? Naura kan bisa bawa mobil sendiri, atau gocar mungkin?" Tanya Naura pada papa dan bundanya.
"Harus dong sayang. Kan, kamu kesayangan bunda sama papa, Jakarta tuh gak deket loh ya. Kalo kenapa napa, gimana coba?"
"Iya. Papa sama Bunda kan juga mau sekalian pamitan sama Oma dan yang lain juga" Yudha mengimbuhi perkataan sang istri.
"Oooo. Tapi, berarti mobil Naura ditinggal?"
"Iya dong. Emang Ra mau bawa mobil sendiri?"
Naura menggeleng mendengar pertanyaan sang papa, jujur saja pertanyaan itu terasa horor di telinganya.
Memang, dari kecil dia lebih suka mengendarai motor bukan mobil. Tapi, meski begitu Naura juga bisa menyetir kok, sebelum terjadinya sebuah kejadian yang membuatnya tidak mau menyetir mobil lagi. Alhasil, mobil itu hanya dijadikan pajangan oleh Naura.
"Yaudah, yuk berangkat. Ntar, kalo Naura udah sekolah papa beliin motor baru, iya kan pa?" Salma meminta persetujuan sambil merangkul bahu Yudha.
Beberapa detik kemudian Yudha mengangguk. Seketika senyum Naura mengembang. Tapi, tiba tiba senyumnya luntur "Perasaan, dari dulu papa bilang mau beliin Naura motor. Tapi, Naura malah dibeliin mobil"
Yudha tergelak lantas mengusap pucuk kepala anaknya itu "Iya deh, kali ini gak bohong"
"Janji?" Naura mengacungkan jari kelingking nya pada sang papa, berharap papanya mau menepati janjinya kali ini.
Masih dengan senyum yang tidak luntur, Yudha menautkan jari nya dengan jari putrinya "Iya, janji"
Mendengar itu mata Naura lantas berkaca kaca. Salma yang melihat tingkah putrinya itu akhirnya mencubit pipi Naura dengan gemas "Kok cemberut sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini tentang NaRa
Teen FictionRumah kedua itu benar adanya. Bukan hanya dalam bentuk tempat untuk berteduh dari terik matahari ataupun hujan yang menerjang. Tetapi, juga tempat dimana kita dapat merasakan kehangatan, dimana kita tidak mendapatkannya di bangunan yang kita sebut...