Hallo guys 🔥
Bantu vote dan komennya ya 🍃
Happy Reading!
.
.
.
_______________¤♡¤_______________
Turnamen olahraga akan diselenggarakan dua hari lagi. Artinya, besok mereka yang terpilih harus berangkat sebagai perwakilan dari masing-masing sekolah.Persiapan tim Rasya sudah sangat matang. Tapi, masih ada hal yang menggangu pikiran sang kapten tim.
'Naura or turnamen?'
Perkataan Rakha selalu terngiang-ngiang di kepala Rasya, tiba-tiba dia jadi bimbang.
"Lo masih mikirin omongan Rakha kemaren?" Tanya Vano. Cowok itu duduk di samping Rasya.
"Tapi, jujur. Gue juga jadi agak khawatir sih. Apalagi, waktu itu sempet ada yang ngikutin Naura sama Rasya, kan? Ya, walaupun kayaknya udah enggak lagi" timpal Denis dengan ekspresi khawatir tanpa dibuat-buat.
"Egois banget. Masa cuman gara-gara cewek, pada mau mundur. Ngapain kita capek-capek ikut seleksi kalo akhirnya mundur gitu aja" gerutu Bagus, rekan satu tim Rasya.
Sebenarnya Bagus tidak berbicara langsung tapi telinga BlueSky kelewat tajam. Karena perkataannya barusan, Bagus mendapat tatapan tajam dari Vano dan Denis. Membuat nyalinya jadi menciut seketika.
Sedangkan Rasya hanya menghela nafas kasar.
"Oh iya!" Ucap Doni, sumber informasi terpercaya di tim Rasya. Semua atensi tertuju padanya "Gue baru inget kalo peserta tahun ini lebih banyak, hampir dua kali lipat dari tahun lalu"
Rasya memijat keningnya, lalu berdiri dari duduknya dan meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan apapun lagi.
Saat keluar dari ruangan itu, ia dikagetkan dengan sosok Naura yang berada disana, entah sudah berapa lama. Tatapan mereka beradu "Lo-"
"Kantin, yuk!" potong Naura, memberi tahu tujuan awalnya.
"Kita masih ada latihan bentar lagi, Nau. Lo minta temenin Azka sama Dino aja ya?" Sahut Vano, menghampiri Rasya dan Naura.
"Oke" balas Naura, langsung berbalik hendak pergi.
Belum sampai dua langkah, Rasya sudah menahan Naura. Rasya tahu, Naura pasti mendengar semuanya. Rasya sudah membaca raut wajah Naura yang dipaksa untuk biasa biasa saja "Lo kenapa?"
Naura menghela nafas pelan, lalu melepaskan tangan Rasya yang memegang lengannya "Kalo lo aja udah milih mundur, terus yang lain gimana?"
"Mereka bisa lanjut tanpa gue"
Naura menggeleng tanda tidak setuju dengan pernyataan Rasya barusan "Gak semua hal bisa sesuai kemauan kita"
"Ra,-"
"Sya, gue laper. Lo tega liat gue kelaperan?Gue ke kantin ya, bye!" Potong Naura lalu berlari pergi darisana.
Saat sudah hampir sampai di pintu masuk kantin, Naura bertemu dengan Dinda. Posisi mereka sedang berhadapan sekarang "Minggir"
"Kalo kita gak mau?"
Naura memutar bola matanya malas "Lo pikir ini jalan bapak lo? Seenak jidat aja ngehalangin jalan orang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini tentang NaRa
Ficção AdolescenteRumah kedua itu benar adanya. Bukan hanya dalam bentuk tempat untuk berteduh dari terik matahari ataupun hujan yang menerjang. Tetapi, juga tempat dimana kita dapat merasakan kehangatan, dimana kita tidak mendapatkannya di bangunan yang kita sebut...