Hallo guys 🔥
Jangan lupa vote dan komen
ya 🍃Happy Reading!
.
.
.
._______________¤♡¤_______________
Pukul 05.20 WIB
Seorang gadis dengan piyama dengan motif kelinci menggeliat di atas kasur. Matanya perlahan terbuka, memandangi langit kamarnya. Kemudian, dia duduk, berusaha mengumpulkan kesadarannya sambil menoleh jam dinding "Jam setengah ena- Anjir! Gue belum sholat subuh!"
Dengan terburu buru, Naura segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat. Selesai shalat, dia keluar kamar dan menemukan mbak Imas sedang membuat sarapan.
"Wah, baunya enak nih. Pasti rasanya gak kalah enak" ucap Naura sambil menuangkan air putih ke dalam gelas.
Mbak Imas terkekeh mendengarnya, "Bisa aja nih, Non Naura"
"Oh iya, Mbak. Denis udah sholat?" Tanya Naura.
Pasalnya, tadi saat dia melewati kamar Denis, pintunya sudah terbuka. Tapi, pemiliknya tidur dan masih menggunakan sarung.
"Oh.. mbak kurang tau, Non. Soalnya, Mas Denis biasanya sholat di kamar. Yang suka sholat di Musholla cuma Oma, Mas Satria, Mas Radit dan Mas Yudha"
"Sepi ya mbak, Mas Radit mana? Om Sat juga mana?"
"Ma-"
"Radit gak pulang" Lelaki dengan rambut yang masih basah memotong perkataan Mbak Imas.
"Udah, ah. Seisi rumah aja kamu absen, Ra. Gak sekalian tanya Bi Surti, Iyem, sama Pak Bejo juga kamu tanyain?" Canda Satria
"Apasih!"
Satria hanya tertawa. Setelahnya, Naura kembali berbicara "Om, ntar anterin Ra ke sekolah ya?"
Satria mengerutkan keningnya "Biasanya kamu bawa motor, Om naik mobil loh, emang kamu mau?"
Naura terlihat berfikir sejenak "Iya sih. Tapi, gak ada pilihan lain, males banget bawa motor sendiri" ucapnya sambil mencomot roti tawar di depan Satria.
"Mandi dulu gih, baru makan"
"Emang belum mau makan, Om. Naura cuman mau minum doang tadi"
"Dih, alesan. Itu di tangan kamu apaan coba?"
Naura melihat roti di tangannya "Ini tadi ada semutnya, mangkanya Naura ambil"
"Muasa?"
"Dih! Gak percaya banget deh"
"Yaudah, sana mandi. Bau iler, e- arghh"
Satria mengerang kesakitan saat pahanya dicubit sangat kencang oleh Naura"Syukurin! Wleee"
Ejek Naura lalu berlari menuju lantai atas****
Rabu pagi yang cerah, secerah wajah perempuan yang berjalan menelusuri koridor sekolahnya.
Naura terlihat lebih manis hari ini dengan gaya rambut yang dia gunakan. Tapi senyum cerah yang ia tampilkan sedari tadi sirna saat melihat tiga siswi perempuan yang sedang berbincang di ujung koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini tentang NaRa
Roman pour AdolescentsRumah kedua itu benar adanya. Bukan hanya dalam bentuk tempat untuk berteduh dari terik matahari ataupun hujan yang menerjang. Tetapi, juga tempat dimana kita dapat merasakan kehangatan, dimana kita tidak mendapatkannya di bangunan yang kita sebut...