Notes:Ini lanjutan yang bab RaJu kemarin ya gess, disini kita bakal tau apa penyebab Juan gak nemuin Rara waktu itu.
Happy Reading!
.
.
.
.
_______________¤♡¤_______________
"Juan, mau makan apa? Biar Eyang masakin ya?" Tanya eyang pada Juan yang sudah berpakaian rapih dan wangi.
Hari ini dia berjanji akan bermain dengan Naura lagi. Jadi, dia bangun sepagi mungkin agar tidak terlambat lagi. Kemarin dia datang terlambat karena bangun kesiangan.
Sekarang, Juan hanya berdua saja dengan Eyang, karena papanya baru saja pergi karena ada rapat mendadak.
"Juan mau makan roti aja, Eyang" balas Juan, dia duduk tak tenang di meja makan.
"Jangan dong. Eyang lagi pengen masakin cucu Eyang, pagi ini. Terakhir" ucap Eyang
Juan awalnya merasa sedikit aneh dengan sikap Eyang. Terlebih lagi setelah mendengar kalimat 'terakhir' yang keluar dari mulut Eyang. Tapi, cepat cepat Juan buang semua pikiran itu, mungkin hanya perasaannya saja "Yaudah deh, kalo gitu Juan mau nasi goreng sosis"
Dengan senyum yang sangat lebar, Eyang mengangguk lalu menuju dapur. Saat semua bahan sudah disiapkan, Eyang beralih menghidupkan kompor.
Cetek
DUAR!
"ARGHHH"
"EYANG!"
Suara ledakan itu berasal dari kompor yang eyang nyalakan barusan, semua nya terjadi begitu cepat. Juan pun sempat terkena percikan api yang dahsyat itu. Seluruh ruangan kini sudah terbakar.
"Uhuk.. Eyang!" Ucap Juan terbatuk,
Bocah itu mencoba mendekati tubuh Eyang yang entah masih hidup atau tidak karena sudah terbaring di lantai dengan banyak luka bakar di sekujur tubuhnya. Juan tidak peduli, yang penting dia bisa memeluk raga Eyangnya itu.
"Tolong!" Teriak Juan sambil terus berjalan ke arah eyang dengan langkah tertatih.
Saat sudah hampir sampai, tiba tiba saja ada kayu yang terbakar jatuh menimpa tubuh Juan, tepatnya di bagian bahu "Argh!"
Kini dia sudah tidak berdaya, nafasnya sudah sangat sesak, semuanya terasa panas dan pandangannya sudah mulai mengabur.
"Eyang...." lirihnya.
Disisa tenaganya, ia mengulurkan tangan mungilnya itu.'Eyang, jangan tinggalin Juan' Batinnya
Samar samar dia mendengar suara pintu yang dibuka dengan kasar, lebih tepatnya didobrak. Juga suara orang orang meneriaki nama papanya.
Juan masih berusaha mempertahankan kesadarannya di tengah tengah nafasnya yang sudah sangat sesak, dua kali lipat lebih sesak dari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini tentang NaRa
Teen FictionRumah kedua itu benar adanya. Bukan hanya dalam bentuk tempat untuk berteduh dari terik matahari ataupun hujan yang menerjang. Tetapi, juga tempat dimana kita dapat merasakan kehangatan, dimana kita tidak mendapatkannya di bangunan yang kita sebut...