Pujian Theo

3K 275 28
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

Sesuai dengan ajakan dari Mbak Ranisa saat di Kertanegara beberapa waktu yang lalu, hari ini, Maisa menepati janjinya untuk datang ke acara buka puasa bersama yang diadakan oleh Partai Demokrasi, pimpinan Mas Agis.

Maisa datang dengan mengenakan kaftan putih yang ia padukan dengan pashmina berwarna senada.

Di gedung utama Partai Demokrasi itu, Maisa bisa melihat banyak orang-orang penting yang Mulai dari petinggi Partai Demokrasi, para jajaran pejabat pemerintah, sampai petinggi partai koalisi Indonesia Maju yang lain pun turut serta hadir.

Maisa sedikit merasa minder dengan kehadirannya. Ayolah, dirinya bukan siapa-siapa bila harus disandingkan dengan para tokoh-tokoh besar ini.

"Eh, hai, Maisa~" Sapa Mbak Ranisa ketika melihat kehadiran Maisa ditengah-tengah ramainya tamu undangan.

"Hai, Mbak...."

Mbak Ranisa tersenyum manis, "Ayo, ayo. Ikut aku. Kita duduk didepan, ya?" Ajaknya yang langsung saja menarik lembut lengan Maisa.

Maisa digiring menuju ke salah satu meja, posisinya tak jauh dari panggung kecil. Maisa juga sempat melirik kearah meja-meja lain, salah satunya meja paling depan yang sudah ditempati oleh Pak Yudhana beserta kedua putranya, Mas Agis dan Mas Edhy.

"Mbak Ranisa, kenapa enggak gabung sama Bapak dan Mas Agis?" Tanya Maisa hati-hati.

"Obrolan pria mana bisa aku paham, Mai? Lebih baik aku disini, kan? Sama kamu. Ada temannya, deh." Sahut Mbak Ranisa.

Maisa mengangguk paham, ketika ingin kembali membuka suara. Maisa dikejutkan dengan kehadiran Mas Agis.

"Sayang, kita ke depan, yuk. Pak Pradana sudah mau sampai." Ajak Mas Agis.

Mas Agis melihat kearah Maisa sebentar, "Lho, Maisa rupanya sudah datang. Ikut ke depan, yuk? Pakde kamu sudah mau datang."

"Enggak apa-apa, Mas?"

"Enggak apa-apa, dong. Ayo, ikut saja, ya. Temani Ranisa." Ajak Mas Agis kembali.

Maisa mengiyakan ajakan itu, lantas bergabung dengan Mas Agis, Mbak Ranisa dan juga Pak Yudhana untuk menyambut kedatangan rombongan Pak Pradana.

Maisa juga sempat menyapa Pak Pradana, menyalami Jenderal bintang empat yang sangat Heru kagumi itu.

"Heru itu, salah satu prajurit terbaik yang dimiliki negara ini, ananda Maisa. Karier nya selama ini, membuktikan seberapa luar biasanya Heru di angkatan darat. Lulus dengan predikat terbaik di Akademi Militer. Dan, hingga akhir hayatnya, beliau menjadi komandan yang luar biasa berjasa untuk pasukannya di timur sana." Ujar Pak Yudhana mengingat-ingat tentang Heru.

Maisa tersenyum manis. Seandainya Heru masih disini, ia yakin Ayahnya itu akan berseru kencang ketika namanya disebut dan dipuji oleh salah satu Idolanya.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang