Dua Hati Saling Isi

860 103 6
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

Satu minggu sudah Maisa merajuk. Dan selama itu juga Theo dibuat kelimpungan.

Maisa benar-benar mendiami laki-laki itu. Tak menjawab telefon bahkan ketika Theo datang, Maisa tak mau keluar dari kamarnya.

Pikir Maisa, salah siapa berbohong? Salah siapa tak jujur dari awal. Ini semua salah Theo. Bukan salahnya.

"Mai, kamu ini kenapa? Dari kemarin Theo datang kamu cuma diam di kamar. Kalian bertengkar?" Tanya Veve yang pada akhirnya jengah melihat tingkah sang putri.

"Mah, aduh. Jangan bahas-bahas Mas Theo dulu, ya? Kepala aku lagi pening ini."

"Enggak! Harus dibahas sekarang! Kamu kenapa? Kalau ada masalah itu dibicarakan baik-baik. Jangan malah menghindar."

Maisa memejamkan matanya sebentar, menahan rasa pusing dan kesal, "Mah, bukan salahku. Salah Mas Theo yang enggak pernah mau terbuka dan jujur sama aku."

"Tapi kamu juga salah, nak. Theo dari kemarin selalu datang ke rumah, mau jelaskan sesuatu sama kamu. Tapi kamu nya begini. Kasihan lho dia. Pulang kerja langsung kesini, sampai sini usahanya malah sia-sia."

Maisa mendengus sebal, "Aku enggak minta Mas Theo untuk datang juga, Mah."

"Maisa, jangan gitu. Jangan sampai nanti Mamah yang tanya ke Pakde kamu ya? Apa yang sebenarnya terjadi kemarin."

"Mah, sudah, ya? Aku betulan enggak punya tenaga untuk bahas masalah ini. Aku lagi capek." Ujar Maisa sekali lagi.

Veve berdecak sebal, "Tadi Theo telefon Mamah. Sore nanti dia mau kesini. Kamu temui dia, jangan lari dari masalah."

Setelah mengucapkan itu, Veve pun beranjak keluar dari kamar Maisa. Meninggalkan Maisa yang hanya bisa mengacak rambutnya kesal.

"Dasar nyebelin! Theooo! Lo manusia paling nyebelin!" Ucap Maisa mencak-mencak sendiri.

*****

Dan, benar saja. Seperti apa yang Veve sampaikan tadi. Theo benar-benar kembali datang sore hari.

Dengan mengenakan kemeja berwarna maroon, Maisa tau laki-laki itu baru saja selesai bekerja.

"Maisa ada di kamarnya, Theo."

"Maisa masih belum mau temui Theo ya, Mah?"

Maisa yang berada di tangga, samar-samar  mendengar percakapan Theo dan Veve di ruang keluarga.

"Mau Mamah panggil? Biar dia temui kamu." Tanya Veve memberikan tawaran.

"Enggak perlu. Aku sudah disini." Celetuk Maisa.

Theo dan Veve sontak menoleh kearah sumber suara. Dengan raut yang sedikit berbinar, Theo tersenyum melihat kehadiran Maisa.

"Nah gitu, temui lho ini Mas mu. Mamah tinggal dulu, ya? Selesaikan masalah kalian baik-baik." Ucap Veve lalu berlalu pergi.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang