Debat Capres

3.3K 300 21
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

Debat Capres putaran terakhir akan dilaksanakan malam ini di Jakarta Convention Center, Senayan. Maisa sudah janji pada Pak Pradana bahwa dirinya akan datang untuk menonton secara langsung.

Ah, iya. Maisa sudah kembali ke rumahnya setelah sempat menginap seminggu di rumah Kertanegara. Ada sedikit drama ketika Maisa berpamitan untuk pulang pada para bujang.

Seperti Agam dan Raja yang tak rela ditinggal rekan biduannya, Resky dan Derry yang kehilangan juru masak mereka. Hingga, Theo yang merasa sepi karena tak bisa bertemu Maisa lebih leluasa lagi.

Dan, malam ini, setelah hampir dua minggu tidak bertemu Mayor itu, hanya berkomunikasi via messenger dan panggilan video, akhirnya mereka akan jumpa kembali. Rindunya.

"Adek, nanti Mas Bio duduk dekat dengan Mbak Gracia. Jangan jauh-jauh dari, Mas Bio, ya." Ucap Mas Bio mewanti-wanti.

"Iyaa~"

Mas Bio menggandeng tangan Maisa menuju backstage, dilihatnya beberapa para tokoh yang sangat Maisa kenali. Ada Pak Rizwan, mantan Gubernur Jawa Barat, Pak Emir Menteri BUMN, dan Mbak Ranisa istri dari Pak Agis ketua umum partai Demokrasi.

"Hai, Maisa..."

Maisa menolehkan kepalanya, melihat Mbak Silvi, orang yang memanggilnya tadi.

"Hai, Mbak. Sehat?" Sapa Maisa ramah.

"Sehat, alhamdulilah. Aduh, kamu cantik banget pakai dress bluesky kayak gini."

Maisa mengulum senyumnya malu, "Aduh, jadi malu aku di puji sama yang lebih cantik."

"Nanti kamu duduk sama aku dan Mas Dito, ya?" Ajak Mbak Silvi.

"Aku di belakang saja, Mbak. Enggak enak sama yang lain." Tolak Maisa halus.

"Lho, enggak apa-apa dong."

Mbak Silvi masih berusaha membujuk Maisa agar nanti ikut duduk dekatnya.

"Aku sama Mas Bio, Mbak. Sudah di wanti-wanti tadi, supaya enggak jauh-jauh dari beliau."

"Ooo, yasudah kalau gitu. Eh, aku ke Gian dulu, ya. Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi, oke..."

"Siap, Mbak."

Setelah itu, Maisa melangkahkan kakinya menuju kursi Pak Pradana. Menghampiri Paman tercintanya itu. Berusaha memberikan afirmasi positif dan semangat untuk Pak Pradana yang akan debat.

"Pakde~"

Maisa berdiri tepat dihadapan Pak Pradana, dengan menampilkan senyum manisnya, Maisa memberikan kalimat penyemangat yang mampu membuat Pak Pradana ikut menyunggingkan senyumnya.

"Pakde semangat, ya? Tetap tenang, jangan sampai kebawa emosi. Maisa yakin, Pakde pasti bisa. Terus, harus fokus juga ya, Pakde. Yakin banget, malam ini pasti Pakde akan memberikan yang terbaik, deh..."

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang