Anak Mamah Veve

1.2K 118 13
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

"Hampir seminggu kita enggak ketemu, ya? Kangen enggak sama saya?"

Maisa yang mendapat pertanyaan tiba-tiba itu pun terkekeh geli, "Enggak sih, biasa saja."

"Masa? Berarti cuma saya sendiri nih yang kangen sama kamu?"

Dari sambungan video call itu, Maisa bisa melihat wajah Theo yang sedikit menekuk.

Kesibukan keduanya akhir-akhir ini, ternyata mampu menyita waktu mereka untuk bertemu. Baik Maisa dan Theo, keduanya sama-sama sedang fokus dengan pekerjaan masing-masing. Theo yang semakin sibuk menemani Pak Pradana sebelum pelantikan, dan Maisa yang juga sibuk liputan kesana-kemari.

"Iya, kayaknya cuma Mas Theo yang kangen sama aku, deh..."

"Yah, saya sedih deh jadinya. Padahal saya kangen berat sama kamu."

Sudut bibir Maisa sedikit terangkat mendengar ucapan Theo barusan, "Duh, Mas Theo. Kalau Mas Theo gangguin aku terus, nanti artikel aku enggak selesai-selesai ini..."

Terdengar suara tawa Theo yang mengalun, "Habis katanya kamu enggak kangen sama saya. Mana fokus banget lagi sama artikel."

"Maaf deh.. Kerjaanku lagi banyak banget akhir-akhir ini, Mas. Banyak banget berita yang harus terbit." Keluh Maisa.

"Kan sudah saya bilang waktu itu, etos kerja di kantormu itu jelek. Resign saja." Sahut Theo kelewat santai.

"Terus aku nganggur gitu!?" Jawab Maisa galak.

"Enggak gitu, sayaaaang. Kamu kan nanti bisa lamar kerja ke kantor berita yang lain. Yang etos kerjanya lebih bagus, dan lebih menghargai kinerja karyawan." Ucap Theo.

Maisa melirik ponselnya yang menampilkan wajah Theo yang memenuhi layar ponsel. "Cari kerja zaman sekarang tuh susah, Mas. Masih untung sekarang aku sudah jadi karyawan tetap. Mulai dari awal lagi juga enggak mudah."

"Tapi keluarga besar kamu pasti punya channel banyak, Mai."

"Enggak mau, Mas Theo. Aku enggak suka kalau apa-apa harus pakai nama keluarga. Lagipula, kalau aku bisa berdiri di kakiku sendiri, rasanya jauh lebih membanggakan."

Senyum manis Theo tersungging, ucapan Maisa tadi mampu menyihir dirinya. Maisa yang tumbuh di keluarga yang terlihat begitu sempurna, nyatanya masih mau berusaha untuk melakukan semuanya sendiri alih-alih dengan nama keluarganya.

Dan, untuk kesekian kalinya, Theo dibuat bangga dengan wanitanya itu.

"Besok saya kerumah, ya?" Ucap Theo tiba-tiba.

"Mau apa? Bukannya Mas Theo lagi sibuk banget akhir-akhir ini? Katanya lagi urus acara di batalyon juga."

"Mau lepas rindu, lah."

"Enggak capek emangnya kalau pulang kerja langsung kesini? Istirahat yang cukup, Mas. Biar kamu enggak drop."

Theo hanya mengangguk sekali sebelum akhirnya kembali membuka suara, "Ketemu kamu itu istirahat buat saya, Mai. Kalau sudah lihat kamu, capeknya saya langsung hilang tau."

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang