Kampanye Akbar GBK

3.6K 325 27
                                    

Hellooo~

PART INI SUPER PANJANG! BACA PELAN-PELAN YAAA.

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

Hari terakhir masa Kampanye pada pemilu tahun ini. Tepat hari ini, tanggal sepuluh februari, pasangan Capres dan Cawapres nomor urut kosong dua akan melakukan Kampanye Akbar terakhir mereka di Stadion Gelora Bung Karno, di Senayan, Jakarta.

Tentu Maisa tak ingin menyia-nyiakan kesempatan hari ini, ketika ditawari untuk ikut bergabung liputan, Maisa langsung mengiyakan ajakan dari rekan-rekannya.

Maisa sudah siap dengan kemeja putih satin yang ia padukan dengan celana panjang hitam serta flatshoes berwarna hitam.

"Yang turun liputan hari ini, siapa saja?"

Narendra, laki-laki bertubuh jangkung itu menghampiri team yang ia tugaskan untuk turun meliput kegiatan Kampanye Akbar.

Sean, laki-laki yang ditugaskan sebagai produser lapangan hari ini membuka suara, "Untuk di team saya ada Gelia, Marco dan Maisa, Pak."

"Oke, jaga diri kalian masing-masing. Jangan sampai terpencar, jaga barang bawaan kalian dengan baik." Titah Narendra.

Setelah selesai breafing sebentar, Maisa beserta team nya lantas pamit mengundurkan diri agar bisa segera berangkat menuju Gelora Bung Karno.

Pasalnya, dari informasi yang beredar, open gate akan di mulai tepat pada pukul setengah satu siang, dan saat ini jam menunjukkan pukul sepuluh.

"Semoga enggak macet..." Ucap Gelia pelan.

"Kata gue, sih, kita pasti kejebak macet. Ini, di maps merah semua jalan sekitar stadion." Sahut Marco yang duduk dikursi samping kemudi.

Maisa melihat jalanan kota Jakarta yang mulai padat. Betul apa yang Marco katakan, belum sampai dekat stadion saja, macetnya sudah lumayan parah.

"Ini sih, kalah kita stuck nunggu jalanan lancar enggak akan mungkin. Mau enggak mau harus jalan kaki." Ujar Maisa.

Mendengar penuturan Maisa, ketiga rekannya itu mengangguk setuju, "Tapi, mobil mau di parkir dimana, Mai? Enggak mungkin kita tinggal disini, kan?"

"Iya juga, sih. Terus mau gimana? Waktunya enggak akan ke kejar, Co. Atau gini, deh. Lo sama Sean tetap naik mobil, gue dan Gelia jalan kaki sampai gbk. Gimana?" Tawar Maisa yang disetujui oleh Gelia.

Tapi tidak dengan kedua laki-laki itu, mereka menolak mentah-mentah. Takut terjadi apa-apa dengan Maisa dan Gelia.

"Jangan, lah, anjir."

"Tapi kalau kita diam-diam disini nungguin jalanan lancar juga bukan ide yang bagus, lho. Waktu kita mepet banget."

Sean yang bertugas sebagai ketua team pun akhirnya mau tidak mau mengalah, dengan memberikan perintah agar kedua perempuan itu tetap harus saling menjaga.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang