Liputan Makan Hati

1.8K 192 37
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading! 

°
°
°
°

Liputan.

Salah satu hal yang tak akan pernah bisa lepas dengan kehidupan Maisa sebagai seorang jurnalis.

Meliput kegiatan di sana-sini, menjelajahi banyak tempat, mencari informasi sebanyak-banyaknya, sepertinya sudah menjadi makanan Maisa sehari-hari.

Dan hari ini, Maisa ditugaskan untuk ikut liputan ke daerah Senayan. Bersama beberapa rekan kerjanya, Maisa akan turun meliput kegiatan rapat terbuka yang diadakan oleh salah satu pimpinan Komisi Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan Menteri Pertahana dan para jajarannya.

"Di percepat ya, semua. Hari ini Pak Narendra akan ikut liputan bareng kita. Tolong di check jangan sampai ada yang tertinggal. Tanda pengenal juga jangan lupa dipakai, ya." Ucap salah satu senior Maisa memberi arahan.

Setelah menyiapkan semua peralatan liputan, team bincang news room pun langsung segera bergegas menuju Gedung beratap hijau di Senayan.

Dengan mobil operasional kantor, perjalanan memang tak memakan banyak waktu mengingat jarak yang mereka tempuh tak terlalu jauh.

"Disana, sebelum masuk ke ruang rapat, kita harus lewati beberapa protokoler penjagaan sebelum nanti diarahkan kembali oleh staff. Saya minta tolong jangan ada yang berpencar, ya. Disana akan banyak jurnalis dari media lain juga." Ujar Narendra membuka suara.

Mereka, team liputan hari ini mengangguk paham mendengar penuturan Narendra. Lagipula siapa yang mau berpencar di area yang seluas itu?

"Sesuai dengan briefing tadi pagi, saya harap berjalan lancar. Jangan membuat kesalahan, jaga nama baik media kita." Sekali lagi, Narendra memperingati team yang ia bawa.

Maisa melirik kecil Narendra yang duduk di kursi sebelah supir. Melihat laki-laki itu yang sepertinya sedang dalam suasana hati yang tak begitu buruk.

Tak ingin ambil pusing, Maisa lebih memilih untuk membuka ponselnya, membaca beberapa pesan-pesan masuk yang belum sempat ia buka.

Mobil operasional itu berhenti tepat di depan gerbang hitam yang tinggi menjulang, sempat ditahan beberapa provost sebelum diperbolehkan masuk ke dalam area yang sudah ditentukan.

Ketika mereka turun dari mobil, Maisa bisa melihat beberapa awak media dengan seragam yang berbeda-beda. Beberapa dari mereka ada yang Maisa kenali.

Setelahnya, mereka yang sudah mendapatkan arahan pun berjalan beriringan menuju ruang rapat. Maisa sempat merasa gugup. Entahlah. Ada yang tak enak dengan perasaannya.

"Awak media bisa ambil posisi disini, ya. Jangan terlalu mendekat kearah anggota rapat. Dan mohon tetap jaga suasana agar tetap kondusif." Ucap salah satu Staff sebelum pamit.

Mereka mengambil posisi masing-masing, berusaha mencari spot terbaik untuk mereka tampilkan nanti.

Maisa berdiri paling ujung, posisinya didekat salah satu staf. Berdiri dengan seragam safari berwarna putih setidaknya mampu membuat Maisa terlihat cukup mencolok dibandingkan jurnalis yang lain.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang