Jantung Hati

1.9K 184 54
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

"Di dalam ramai orang, ya?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Maisa ketika melihat ramainya kediaman Kertanegara.

"Iya, silahturahmi kader Partai, Mai. Ada pengurus baru, namanya Mbak Shana." Jelas Raja.

"Oh ya? Pengurus baru partai?"

Raja mengangguk, "Staff nya Pak Bio."

Raja mempersilahkan Maisa untuk segera masuk kedalam. Sesuai dengan ajakan Pak Pradana beberapa waktu yang lalu.

Maisa diminta main ke Kertanegara dengan alasan bahwa Pak Pradana merindukan keponakan perempuannya itu.

"Mas Theo ada?"

"Ada tuh, tadi lagi ngobrol sama Mbak Shana." Ujar Raja.

Setelah mengantar Maisa masuk kedalam, Raja pun pamit dengan alasan ingin menghampiri Agam dan juga Resky.

Maisa melangkahkan kakinya ketika netranya melihat sosok yang ia cari. Theo. Yang betul kata Raja, sedang berbincang dengan kader Partai baru itu.

"Hai, Mas." Sapa Maisa.

Theo sedikit terkejut melihat kehadiran Maisa, "Lho, Mai? Sama siapa kesini?" Tanya Theo.

"Sendiri. Kemarin diminta Pakde untuk datang."

Theo mengangguk paham, diliriknya perempuan berbaju biru disebelahnya, "Mai, kenalkan, ini Shana. Staff nya Pak Bio."

Maisa tersenyum tipis, mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Shana, "Halo, saya Maisa."

Tentu hal itu disambut hangat oleh Shana, "Halo, Mbak Maisa. Saya Shana."

"Shana, Maisa ini keponakannya Pak Pradana. Anak dari adiknya Bapak." Ujar Theo.

Shana membulatkan matanya, "Ooo, ya ampun... Maaf ya, Mbak. Aku enggak tau kalau Mbak Maisa keponakannya Bapak."

"E-eh, enggak apa-apa kok...." Sahut Maisa santai.

Shana tersenyum hangat menanggapi, "Mbak Maisa umur berapa? Kayaknya masih muda, ya."

"Dua puluh enam."

"Wah, sebaya kita. Aku panggil nama saja enggak apa-apa, ya?" Tanya Shana.

Maisa mengangguk singkat, "Boleh, dong."

Theo berdeham pelan, "Shana, saya tinggal dulu, ya? Saya mau mengantar Maisa ke Bapak dulu."

"Oh, iya. Sampai nanti, Maisa." Jawab Shana tersenyum manis.

"Sampai nanti, Shana."

Theo menarik lengan Maisa meninggalkan Shana seorang diri. Sebetulnya Maisa sedikit bingung, dirinya kan tidak meminta Theo untuk mengantarnya?

"Mas Theo mau ngapain antar aku ke Pakde? Aku bisa sendiri padahal." Ucap Maisa.

"Enggak apa-apa, biar ada alasan buat berduaan sama kamu." Sahut Theo.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang