22

1.5K 13 2
                                    

Sudah satu bulan berlalu laras lewati seorang diri namun dirinya selalu saja merasa mual dan sering kali memuntahkan kembali isi perutnya bahkan perutnya kian membuncit membuat ia sedikit khawatir.

"Sepertinya aku harus cek ke dokter kandungan untuk memastikan". Ucap laras sambil bersiap untuk pergi menggunakan supir pribadi yang telah disiapkan alex sebelumnya dan sebuah blackcard khusus untuknya

Selama perjalanan laras hanya terdiam meskipun beberapa kali tersenyum kearah handphonenya namun sebuah ringtone membuyarkan pandangannya dan dengan cepat mengangkatnya.

"Aku sedang keluar rumah"

"....."

"Hanya jalan jalan sebentar tentunya sama pak budi juga di antar".

"....."

"Kamu akan sebulan lagi disana?".

"....."

"Baiklah,aku tidak papa menunggu lebih lama".

"...."

"Aku juga mencintaimu".

Telepon pun berakhir dan laras hanya terdiam dan mengusap perutnya pelan sambil tersenyum hangat,mereka akhirnya tiba di sebuah klinik dan dengan cepat laras langsung mendaftarkan diri lalu diminta untuk menunggu terlebih dahulu. Laras memandangi beberapa calon ibu dan ayah yang tengah menunggu giliran dengan wajah sumbringah berbeda dengan ia yang hanya datang seorang diri.

"Saudara laras silahkan masuk". ucap suster

Laras mulai memasuki ruangan dan mulai mengikuti prosedur dengan baik hingga akhirnya dokter mengecek kandungannya.

"Selamat ya bu, bayinya sehat dan sudah jalan tujuh bulan". Ucap dokter dengan senyuman

"Jadi kemungkinan saat suami saya pergi berarti sudah jalan dua bulan ya dok?".

"Betul sekali,kalo boleh tau suaminya dimana bu?". tanya dokter sambil menuliskan resep obat

"Sedang dinas keluar kota dok".

"Jangan lupa kabarkan keadaan ibu sudah pasti dia akan senang". Ucap dokter dan laras hanya tersenyum

Laras mulai mengambil obat dan bergegas kembali rumah meskipun sesungguhnya ia begitu merindukan alex namun ia harus kuat karena ini adalah kejutan yang akan membuat alex senang,ia mulai melangkahkan kakinya menuju ruang tamu namun sebuah tatapan tajam kembali ia dapatkan dari sosok yang telah lama menghilang.

"Tante". Ucap laras pelan

"Dasar jalang tidak tau diri ternyata kamu hamil!". Teriak ibunda alex sambil menujuk kearahnya

Laras langsung memegangi perutnya pelan sambil berusaha mengatur emosinya karena ia tidak ingin bayinya terkena dampaknya.

"Maafkan aku tante tapi aku harap tante sabar dulu sembari menunggu alex pulang bulan depan". Tutur laras

"Kamu sudah jalan berapa bulan?". Ucapnya menyela

"Tujuh bulan jalan delapan". Jawab laras perlahan

Ibunda alex terlihat begitu marah hingga akhirnya mengeluarkan sebuah amplop coklat yang begitu tebal dan melemparnya kearah laras dengan kasar.

"Pakai untuk aborsi bayi haram yang ada di kandunganmu jalang". tuturnya sambil menjentikkan jarinya

"Tapi ini cucu tante". Ujar laras sambil meneteskan air mata

"Cucu? Bahkan kamu bukan menantu saya dan ingat kamu hanyalah maid yang berperilaku menjadi jalang dan menggoda anak saya".

"Aku mencintai anak tante dengan tulus bahkan bayi ini tidak berhak diperlakukan seburuk itu". laras mulai menangis dengan tersendu karena hatinya tidak bisa bohong bahwa ucapannya benar bahwa ia hanyalah seorang jalang yang hamil tanpa status pernikahan

"Ambil uang itu dan pergi dari hadapan saya dan jangan pernah menganggu anak saya atau kamu akan menerima akibatnya". Ucap ibunda alex dengan tegas

Laras dengan perlahan mengambil ambil amplop itu dan menatap wajah perempuan yang tengah melihatnya dengan jijik.

"Saya akan menikahi alex dengan seorang perempuan konglomerat dan tentunya masih bersih dan seharusnya kamu sadar diri".

"Menikah?". Tanya laras seakan tidak percaya seakan berapa kali alex membatalkan pernikahannya ibundanya tidak pernah berhenti melakukan hal yang sama berulang kali

"Saat alex kembali kesini ia akan saya nikahkan jadi sekarang kamu pergi dari hadapan saya atau saya akan aborsi bayi haram itu". Ucapnya sambil membalikkan tubuhnya dan duduk di atas sofa

Laras yang masih terkejut hanya bisa terdiam dan berjalan perlahan ke arah kamarnya lalu berkemas semua barangnya,laras meletakkan ponselnya dan blackcard dari alex namun ia tidak mengecek beberapa hal disana karena baginya yang terpenting saat ini adalah pakaiannya saja.

"Maafkan aku alex padahal aku sudah berjanji akan menunggumu tapi aku tidak bisa diam saja terutama ibumu mengancam akan mengaborsi bayi kita". Ucap laras sambil nangis tersedu sedu

Laras mulai berjalan melewati ibunda alex yang tengah teruduk di ruang tamu namun sebuah teriakan membuat ia langsung menghentikan langkahnya.

"Pak budi, antarkan laras ke terminal bisa dan pastikan ia naik ". Ucapnya sambil melirik ke arah laras

Pak budi mulai menjalankan mobilnya dan sesekali melirik ke arah kaca dasboard.

"Neng yang sabar ya buat sekarang lebih baik menjauh dulu dari nyonya besar karena saya tau betul kalo eneng sangat menyayangi bayi itu". Ucap pak budi yang seketika membuat laras kembali menangis dan mengusap perutnya pelan

Pak budi menurunkan laras di sebuah terminal dan dengan perlahan ia mulai berjalan ke arah sebuah bis dengan tujuan sebuah kota yang dulu laras tau betul yaitu tempat ia tinggal sebelum akhirnya di pungut oleh alex

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pak budi menurunkan laras di sebuah terminal dan dengan perlahan ia mulai berjalan ke arah sebuah bis dengan tujuan sebuah kota yang dulu laras tau betul yaitu tempat ia tinggal sebelum akhirnya di pungut oleh alex.

"Terimakasih pak budi untuk semuanya ".

"Hati hati dijalan ya neng". Jawab pak budi sambil menatap laras yang semakin menjauh menuju pintu

Bis itupun mulai berjalan dan laras hanya bisa terdiam serta sesekali melirik ke arah kaca.

"Aku akan kembali ke tempat itu, tempat yang membuat aku membenci segala hal dan dengan keadaanku telah hamil besar tentunya akan semakin di cemooh". ucap laras dalam hati

Perjalan begitu lambat bahkan membuat laras kembali tertidur dengan keadaan menangis dalam diam seakan tidak percaya bahwa nasipnya akan begitu buruk.

"Sabar ya sayang". tuturnya sambil mengusap perut buncitnya

Tubuhku Milik Bosku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang