SS 2 Part 16: I'll get you

23 3 2
                                    

"Kita kapan balikannya?"
Itu adalah pertanyaan wajib setiap malam yang harus Langit ajukan ke Biru. Yang ditanya hanya menghela napas panjang sambil membenamkan wajahnya ke bantal.

"Lo nanya itu terus tiap malem, nggak bosen apa?"

Langit, yang sedang berbaring di sampingnya, hanya tersenyum miring. "Nggak. Sampai lo kasih jawaban yang gue mau."

Biru mendengus, masih enggan menatap Langit.
"Jawaban yang lo mau, ya?"

"Eum."

Hening sebentar. Langit tahu Biru sedang berpikir. Ia tidak ingin memaksa, tapi di sisi lain, hatinya selalu terasa kosong setiap kali pertanyaan ini dibiarkan menggantung.

"Gue nggak tahu," katanya pelan. Langit tau Biru akan menjawab seperti itu karena ini bukan pertama kalinya.

Keheningan yang cukup lama menyelimuti kamar mereka, maksudnya kamar Langit. Sampai Langit bertanya lagi.

"Lo mau nggak janji sama gue kalau lo gak bakal ninggalin gue lagi?"

Biru yang sudah hampir tertidur di dekapannya terdiam. Selain matanya yang sudah berat ia juga tak mempunyai jawaban untuk itu. Ia hanya mengubah posisinya jadi membelakangi Langit. 

Tak mendapat jawaban, Langit memeluk Biru lebih erat dari belakang dan mengulang pertanyaannya. Kali ini pun masih sama. Biru tak mengatakan sepatah kata pun. 

"Biru, jawab. Kalau nggak jawab gue cium."

Ancaman Langit tetap membuat Biru bergeming. Dia hanya menggeser tangan Langit agar tak memeluknya terlalu erat.

"Dikira bercanda kah?" batin Langit.

Langit ingin membuktikan ancamannya. Ia menatap punggung Biru yang masih membelakanginya. Bibirnya membentuk senyum tipis.

"Baiklah," gumamnya pelan.

Ia mendekatkan wajahnya ke tengkuk Biru, sengaja menghembuskan napas hangat di sana. Biru langsung menggeliat kecil, tapi tetap tak berkata apa-apa.

Langit makin tertarik untuk menguji batas kesabaran Biru. Ia menempelkan bibirnya sekilas di belakang leher Biru, tidak lama, hanya sentuhan ringan. Tapi itu cukup untuk membuat Biru kaku di tempat.

"Lo nggak mau jawab, ya?" Langit berbisik tepat di telinga Biru dengan suara sedikit menggoda.

"Oke, gue lanjut."
Kali ini langit menggigit telinga Biru pelan.

Biru mengerang pelan dan akhirnya berbalik dengan wajah setengah mengantuk, setengah kesal.

"Lo emang gak bisa diem, ya?"

Langit tertawa kecil. "Tinggal jawab apa susahnya."

Biru menatapnya lama karena masih belum menemukan jawaban. Lelah masih tersirat di matanya.

Langit menyentuh pipi Biru dengan lembut. "Gue nggak butuh janji panjang lebar. Gue cuma mau tahu kalau lo nggak akan ninggalin gue lagi kayak dulu. Apapun yang terjadi lo harus cerita sama gue, kita hadepin sama-sama."

Biru menelan ludah. Ia ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan Langit, sesuatu yang bisa menyampaikan kalau tentu saja ia tak akan pergi lagi, tapi kata-kata terasa berat di lidahnya karena Biru juga tak bisa mengontrol masa depan.

Alih-alih menjawab, ia malah mendorong dada Langit pelan.

"Gue ngantuk," gumamnya, lalu kembali membalikkan badannya.

Langit menghela napas, tapi senyum masih menghiasi wajahnya. 

"Oke," katanya akhirnya. Ia menarik Biru ke dalam dekapannya lagi, kali ini tidak terlalu erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] Langit dan Biru || lokal bxbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang