Kepalaku berat, nyeri sekali wajah dan badanku. Aku masih terpejam dan mulai mengingat apa yang baru saja ku alami. Beberapa suara memanggil manggil namaku membuatku tersadar bahwa aku baru saja tertabrak. Sengaja ditabrak lebih tepatnya.
"Kau sudah sadar? Kau baik baik saja," terdengar suara laki laki didekatku. Suaranya asing sekali.
Aku masih mencoba membuka mataku. Rasanya pusing sekali.
"Nona sudah sadar?" Kali ini aku mengenali suara itu.
"Nea, cepatlah sadar," kali ini suara Kim Tan.Pelan pelan mataku terbuka. Tepat di hadapanku aku melihat seorang laki laki berkulit putih, rambutnya hitam lebat, dan matanya indah sekali.
"Apa aku sudah mati? Aku pasti sudah mati. Aku sudah bertemu malaikat," kataku terbata.
"Apakah aku terlihat seperti malaikat?" Jawabnya.
Aku tersadar penuh. Aku sudah bisa membuka mataku dan mengenali orang orang di sekelilingku. 3 laki laki Korea, Kim Tan, Park Bum Sik, dan satu orang lagi, laki laki tampan itu sepertinya aku tau dia.
"Nea maafkan aku, aku gagal menjagamu," Kim Tan menangisi ku sambil bersandar di tembok.
"Tenang saja, Tan. Aku baik baik saja," aku menenangkannya.
"Nona sudah benar benar sadar? Syukurlah," kata Pak Park Bum Sik.
Aku tersenyum ke arah bya dan mengalihkan pandanganku ke laki laki satu lagi dan berusaha mengingat lagi dimana aku pernah melihat orang ini.
"Dia artis, Nea. Jangan mencoba mengingat siapa dia. Daya ingatmu buruk." Kim Tan meledekku.Ah artis, oh iya benar... Pak Bum Sik pasti bekerja untuknya.
"Kalau begitu pasti kamu member BTS. Bukankah Pak Bum Sik bekerja untuk BTS," aku berbicara makin tidak jelas
Dia tersenyum manis, tampak gummy smile nya membuatnya makin terlihat tampan. Benar benar dia sangat tampan dan aku harus menahan diri untuk tidak berbicara lebih tidak jelas lagi.
"Kenalkan Nona, dia adalah Suga. Aku bekerja untuknya. Mendengarmu kecelakaan Suga sangat khawatir Nona," jelas Pak Bum Sik.
"Khawatir?" Aku makin tak paham.
"Kamu jangan banyak berfikir dulu? Istirahatlah dulu. " jelas Suga.
Aku kembali memejamkan mataku. Menarik nafas panjang dan mencoba memahami apa yang baru saja ku alami. Aku tak habis fikir, sejahat itu Tama padaku. Beruntungnya aku masih diberi kesempyn hidup oleh Tuhan. Tak terasa aku kembali tertidur.
*
Esok hari nya, perlahan ku buka mataku. Kali ini kepalaku sudah lebih baik dan tak terlalu sakit untuk bangun.
Suga tampak dusuk tertidur menyandarkan kepala di atas tempat tidurku. Sementara Kim Tan dan Pak Park Bum Sik tertidur di sofa. Kenapa Suga yang tidur di sampingku?
Entah apa yang ku fikirkan, reflek aku mengusap rambutnya dan membuatnya terbangun.
"Kamu sudah bangun? Apa masih sakit?" Suga menatapku.
Tatapan macam apa ini. Kenapa jantungku berdetak kencang sekali."Kalau begitu, aku pamit dulu. Ada pekerjaan yang harus ku selesaikan. Kim Tan tolong jaga Nea. Ada bodyguard di luar agar lebih aman. Nanti malam aku akan ke sini lagi," Suga menjelaskan kemudian mengenakan masker dan hoodie dan pergi keluar ruangan.
Aku tak mengerti situasi yang sedang terjadi. Seingatku kemarin aku baru saja ditabrak motor dan tak sadarkan diri. Ketika bangun aku sudah di rumah sakit dan ada seorang artis yang menungguiku semalaman. Banyak pertanyaan di kepalaku yang semakin membuatku kebingungan."Tan apa yang sedang terjadi? Kenapa bisa ada member BTS di sampingku?" Tanyaku pada Kim Tan.
"Luar biasa bukan? Hehe, aku pun tidak menyangka bisa sedekat itu dekatnya. Terimakasih Neana, semua ini berkatmu," Kim Tam tidak menjawab pertanyaanku.
Kim tan menghampiriku sambil membawakan sarapan ke atas tempat tidurku.
"Kamu ingat kan waktu di bandara kamu menabrak Pak Bum Sik? Saat itu yng sedang dijaga adalah Suga. Mungkin saat itu juga Suga pertama kali melihatmu," jelas Kim Tan.
"Lalu apa yang terjadi?" Aku tak sabar.
"Lalu saat kamu tinggal di rumahku, aku pamit untuk keluar, kan? Saat itu Pak Bum Sik mengirimiku pesan bahwa Suga ingin bertemu denganku. Aku pun tidak tau bagaimana mereka bisa mendapat kontakku," tambahnya."Apa yang dia inginkan, Tan?" Aku masih belum mengerti.
"Sepertinya Suga menyukaimu. Dari pilihan apartmemt, dan barang barang kebutuhanmu sebenarnya dia yang menyiapkannya. Aku hanya melakukan apa yang dia katakan."
"Kenapa dia melakukan hal sejauh itu? Apakah tidak apa apa kalau aku menerima semua itu darinya?" Aku mulai memahami yang dijelaskan Kim Tan.
"Nanti cobalah sendiri menanyakan padanya. Dia bilang mau kembali kesini kan," Kim Tan mengakhiri ceritanya dan menyuapiku bubur hambar untuk sarapan.*
Kriiiiiing.......
"Nea kamu baik baik saja? Kenapa semua ini bisa terjadi padamu?" Tangis ibuku meledak dari balik telfon.
"Ibu aku baik baik saja, tak perlu khawatir, ada Kim Tan yang menjagaku," aku menenangkan ibuku.Panggilan telfon dari ibuku adalah awal mula dari panggilan panggilan telfon keluargaku yang lain.
Terakhir kali,
Kriiiiiiing.......
"Nea, maafkan Kakak tidak bisa mencegah kejadian ini." Kak Nana menangis terisak dibalik telfonnya.
"Tidak apa apa, Kak. Aku sudah baik baik saja."
"Bagaiman Tama bisa senekad itu? Manusia macam apa dia?" Kak Nana makin meninggikan suaranyaSembari mengangkat video call Kak Nana, pintu kamarku terbuka dari luar. Suga datang bersama Pak Bum Sik dan dokter yang menanganiku. Suga yang menutupi wajahnya dengan masker dan hoodie menghampiriku sambil membuka satu persatu penutup wajahnya.
"Sudah sehat?" Tanya nya singkat.
" Nona, kondisi lukamu sudah membaik. Hari ini anda boleh pulang," tambah dokter di samping Suga.Aku lupa belum menutup video call Kak Nana yang membuat Kak Nana bisa melihat orang orang yang sedang bersamaku.
"Nea, itu kan....." belum sempat menyelesaikan omongannya Kim Tan merebut hp ku dan mengakhirku panggilanku dengan Kak Nana.
"Nana, nanti lagi ya. Bye," sahut Kim Tan.Akhirnya hari itu aku bisa pulang karena dokter sudah mengijinkanku pulang
***
"Kamu pulang bersamaku. Jangan tinggal di apartement itu lagi," Suga membuka keheningan di dalam mobil.
Aku, Pak Bum Sik dan Kim Tan sama sama terkejut.
"Hah pulang denganmu?" Aku bertanya padanya.
"Suga, kamu yakin? Lalu dia tinggal dimana?" Pak Bum Sik juga bertanya.
"Apartement Namsan," jawab Suga singkat.
"Apakah tidak masalah bagimu jika member lain melihatnya?" Tanya Pak Bum Sik lagiSuga tak menjawab apapun, Pak Park Bum sik juga tak melanjutkan lagi pertanyaannya. Mobil melaju ke arah Namsan Tower, menjauhi apartement tempat tinggalku. Didekat Namsan Tower memang terdapat apartement mewan dengan penjagaan super ketat. Ternyata disanalah Suga tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyelamat | SUGA BTS
FanfictionCerita fiksi tentang seorang gadis yang ditemukan dan diselamatkan suga