** Kehilangan **

3 0 0
                                    

"Hyung dimana Nea? Aku akan mengajaknya jalan jalan hari ini." Taehyung tiba di apartement Suga pagi itu.
"Entahlah. Mungkin dia sudah kembali ke Indonesia." Jawab Suga sambil minum kopi.
"Apa maksudmu?" Tanya Taehyung duduk di samping Suga.
"Semalam pacarnya datang menjemput," jawab Suga datar.
"PACAR??? Apa maksudmu pacar? Hyung kau membiarkannya pergi?" Taehyung berteriak.
"Tak perlu berteriak. Aku tak melihat dia pergi tapi sepertinya dia sudah tak di sini," Suga masih saja cuek.
"Hyung apa kau tak aneh, bagaimana bisa pacar Nea tau apartement mu? Bukankah penjagaannya ketat?" Taehyung bertanya sambil melotot.
Suga mulai berfikir dan meletakkan kopinya.
"Hyung benar benar tidak tau apa apa? Hyung Nea meninggalkan laki laki itu karena dia selalu menyakiti Nea. Aku sendiri yang melihat foto luka luka di badannya. Dan kau membiarkan dia membawa Nea pergi?" Taehyung menjelaskan dengan suara tinggi.
Suga mematung dan menyadari atas apa yang telah ia lakukan padaku.
"Dan perlu hyung tau, orang yang mencelakai Nea adalah orang itu. Dia menguntit Nea selama ini. Kau benar benar bodoh!" Taehyung pergi meninggalkan Suga.

Pintu apartement Suga terutup dengan suara keras. Taehyung pergi dengan langkah kaki yang tak terarah. Saat ini dia tidak tau harus mencariku dengan cara apa. Satu satunya orang yang bisa menghubungiku hanya Suga karena dia satu satunya orang yang punya nomor ponselku.

Sementara Suga yang telah menyadari kebodohan yang baru saja ia lakukan menjadi kehilangan kontrol. Dibangingnya cangkir kopi yang ada di depannya. Seluruh penyesalan sedang menyelimutinya saat itu. Buru buru dibukanya pintu kamarku, diperiksa satu persatu lemari pakaianku yang masih tertinggal beberapa. Laptopku juga masih di sana, tak sengaja tertinggal karena aku buru buru. Berulang kali Suga mencoba menghubungiku tapi aku mematikan ponselku.

*

Aku dan Kim Tan tengah menyiapkan diri untuk boarding. Pesawat kami akan berangkat satu jam lagi. Sembari menunggu, kami mengobrol di ruang tunggu bandara sambil menimum kopi.

 Sembari menunggu, kami mengobrol di ruang tunggu bandara sambil menimum kopi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pilihan yang tepat Nea, aku suka jika harus kabur ke Jeju." Kim Tan tertawa.
"Bukankah aku harus tetap bahagia?" Kataku santai. Aku berusaha untuk menghilangkan rasa takut dan kecewaku. Aku memilih pergi ke Jeju untuk sementara waktu. Perlu satu jam dengan pesawat hingga kami bisa sampai di Jeju.

"Nanti akan ku beri kabar pada Nana. Untuk sementara matikan dulu ponselmu, agar kau tenang," terang Kim Tan.

Pesawat kami akhirnya berangkat. Dari ketinggian aku melihat Seoul begitu indah, cuaca hari itu cerah tak tampak awan mendung. Sepertinya cuaca mendukung keputusanku saat itu.
Selang satu jam, kami telah mendarat di bandara Jeju. Untuk mencapai rumah masa kecil Kim Tan kami perlu naik bus selama 20 menit. Kami akan tinggal di sana selama di Jeju.

Rumah itu, rumah sederhana khas Korea yang berada di pedesaan di daerah Gosanseo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah itu, rumah sederhana khas Korea yang berada di pedesaan di daerah Gosanseo. Tak jauh dari desa terdapat tebing dan observatory yang menghadap langsung ke laut.
"Kau punya rumah yang indah Tan," kataku memuji.
"Ya... tapi masih lebih nyaman apartement Yoongi. Kau tak menyesal Nea?" Tanya Kim Tan.
"Dia sudah mengusirku. Aku harus tetap pergi dari sana bukan?" Kataku.
"Ironis sekali. Dulu dia bersikeras membawamu bersamanya, tapi sekarang dia mengusirmu." Kim Tan menghela nafas.
"Entahlah." Kataku sambil mengangkat bahu.

*

Sementara itu Suga kebingungan mencariku. Didatanginya apartement lamaku, rumah Kim Tan, bahkan coffee shop tempatku sering menghabiskan waktu. Tapi tak satupun orang yang ditemui Suga memberi jawaban yang diharapkannya.
Puluhan kali Suga mencoba menelfonku tapi ponselku tak pernah bisa dihubungi.

"Hyung, sepertinya sedang kebingungan." Tanya Jimin.
"Tak usah kau tanya dia. Dia sedang memetik kebodohannya," jawab Taehyung kesal.
Suga menatap Taehyung dengan penuh amarah. Taehyung pun balas memandangi Suga tanpa rasa takut sedikitpun.
"Ada apa dengan kalian?" Tanya Namjoon menengahi.
"Tanyalah sendiri pada si bodoh itu," Taehyung semakin berteriak.
Suga meninggalkan para member dan memilih menyendiri ke genius lab seperti biasanya. Tak lama, Namjoon menghampirinya dan berusaha menanyakan apa yang sedang terjadi.
"Hyunh baik baik saja?" Tanya Namjoon.
"Taehyung benar, Namjoon. Aku bodoh," Suga menangis terisak.
"Tenanglah hyung, katakan ada apa agar aku bisa membantumu," kata RM sambil memeluk Suga.
"Aku membuat Nea dalam bahaya. Saat ini aku tak tau bagaimana keadaannya. Mungkin sedang terjadi sesuatu padanya saat ini," Suga masih sesenggukan.

Setelah mendengar cerita dari Suga, Namjoon berusaha berfikir sejenak. Dia berusaha mencari kemungkinan kemungkinan yang terjadi padaku.

"Hyung pasti ada CCTV di apartement mu," Namjoon menemukan cara.
"Kau bisa melacak dengan siapa Nea pergi bukan?" Tambah Namjoon.

Suga berlari ke mobilnya dan kembali ke apartement dengan buru buru. Larinya kencang menuju kantor keamanan apartement tempat monitor cctv di seluruh apartement. Setelah mencari ke beberapa cctv, Suga berhasil menemukanku saat memasuki mobil Kim Tan.
"Syukurlah. Gadis pintar," Suga bernafas lega melihatku pergi dengan Kim Tan.
"Jika kau mau, aku bisa menghubungi Kim Tan untukmu." Kata Pak Bum Sik dari belakang.
"Aku akan menghubunginya sendiri. Anda pastikan saja, laki laki yang semalam datang bisa kembali ke negaranya hari ini juga." Jelas Suga.

Penyelamat | SUGA BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang