Apartement Centreville di dekat Namsan Tower tak jauh dari Kawasan Gangnam. Apartement megah yang berada di deretan gedung pencakar langit. Mobil yang kami kendarai mulai masuk ke area apartement, penjagaannya bukan main main kami harus melewati sedikitnya dua security untuk memasuki area depannya. Saat sampai di dalam apartement kami harus menunjukkan id card karyu kepemilikan apartement untuk bisa memakai lift naik ke unit apartement. Dalam apartement itu dilengkapi coffee shop dan temoat untuk gym sehingga para penghuni apartement tak perlu keluar jika ingin meminum kopi atau berolah raga.
Sebenarnya Suga memiliki beberapa apartement, tapi dia lebih sering tinggal di apartement ini karena letaknya yang tidak jauh dari Bighit dan bandara.
"Mari Nona silahkan masuk," Pak Park Bum Sik mengajakku untuk naik lift.
Aku masih celungukan melihat sekeliling loby apartement, sementara Suga berjalan cepat memasuki lift tanpa mengatakan satu patah katapun.
Angka lift menunjukkan lantai 23, sebelum akhirnya pintu lift terbuka. Pak Bum Sik membuka salah satu pintu unit apartement yang bertuliskan angka 157. Memasuki pintu apartement, kami disuguhkan ruangan luas dengan desain minimalis modern. Ada beberapa ruangan di dalamnya. Setidaknya ada apartement itu memiliki 3 sampi 4 kamar tidur. Tidak banyak perabotan yang ada di dalamnya, semua nampak normal, ada sofa yang agak sedikit besar di tengah ruangan dengaj warna hitam.
"Nona mari saya antar ke kamar anda," Pak Bum Sik mempersilahkanku memasuki salah satu ruangan di samping ruang tamu.Kamar itu cukup besar, ada satu ranjang ukuran sedang dengan satu kabinet di sampingnya. Di sisi lain terdapat sofa dan tv untukku bisa duduk dan menonton tv. Semenjak memasuki apartement, aku tak melihat lagi keberadaan Suga.
"Terimakasih Pak Bum Sik. Maaf pak, aku ingin menanyakan banyak hal pada Suga. Bisakah aku bertemu dengannya?" Aku memberanikan diri bertanya.
Pak Bum sik tersenyum memandangku, " Aku mengerti Nona. Aku akan menjeaskannya padamu. Nanti Suga akan menemuimu jika pekerjaannya sudah selesai."**
Seharian itu aku hanya berbaring dan memejamkan mata. Badanku rasanya remuk bak ditimpa beban berat. Kim Tan sekali masuk ke kamar baruku untuk menaruh koper koperku.
"Tan, apa tidak apa apa aku pindah ke sini?" Tanyaku lirih.
"Lebih baik memang kamu di sini. Di sini aman. Kita belum tau keberadaan orang gila yang melakukan semua ini padamu," jelas Kim Tan sambil meletakkan koper koperku.Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya masuk perlahan dan menyapaku.
"Nona, makanlah dulu. Ku bawakan sup sayur agar badanmu lebih segar,"
"Terimakasih bibi," jawabku dengan senyum.
"Bibi, apa Suga ada?" Tanyaku lagi.
"Ada. Tapi dia sedang tidak bisa diganggu. Nanti dia akan kemari jika sudah menyelesaikan pekerjaannya." Jelasnya kemudian keluar kamar.Apa yang sebenarnya Suga sedang lakukan. Mengapa dia membawaku ke rumahnya tapi tidak menemuiku. Apa yang harus ku lakukan sekarang.
Seharian itu aku hanya tidur, sesekali aku bangun hanya untuk buang air kecil. Aku menunggu Suga hingga malam tapi tak kunjung menemuiku.Esok paginya, nyeri di badan dan kepalaku sudah agak berkurang. Aku mulai bisa berdiri dan sedikit lama berjalan. Aku duduk di meja kerja di seberang tempat tidur dan membuka laptopku. Lebih baik aku menulis di blog daripada tidak melakukan satu hal pun. Aku masih mengharap Suga masuk menemuiku. Aku menunggunya hingga malam hari, tapi tak kunjung juga dia terlihat.
Hari ketiga, masih sama. Aku masih belum keluar kamar juga. Suga juga sama sekali belum menemuiku. Pukul 11.00 aku baru saja selesai menulis materi blog. Aku menutup laptop sedikit keras. Aku mulai kesal dan bosan dengan rutinitas ini. Hingga akhirnya aku memutuskan keluar kamar, jika tidak bisa menemui Suga setidaknya aku bisa melakukan aktifitas lain.
Ku buka gagang pintu kamarku pelan pelan. Langkah kakiku perlahan menuju luar kamar. Aku melihat sekitar ruangan besar itu. Di sofa panjang ruang tamu aku melihat dari belakang dua orang sedang duduk bermain play station sambil bercanda.
"Permisi," kataku sedikit berbisik.
Keduanya terkejut dan menoleh bersamaan.
"Wow...." salah satu diantaranya sedikit berteriak.
"Kamu siapa?" Tanya salah satu yang lainnya.
"Maaf maaf, dia tamu Suga. Aku akan mengantarnya kembali ke kamar. Dia sedang tidak sehat." Pak Bum Sik tiba tiba muncul dari belakangku.
Dia menuntunku kembali ke kamar dan mempersilahkanku duduk.
"Kenapa kamu keluar kamar?" Tanya nya.
"Aku bosan pak. Kenapa Suga membawaku kesini tapi tidak menemuiku." Kataku kesal.
Pak Bum Sik tersenyum,"Bersabarlah sedikit ya. Maksud Suga baik. Dia mempedulikanmu."Aku masih terdiam dan tak mengatakan apapun. Tiba tiba pintu kamarku terbuka. Ternyata dua orang yang tadi turut masuk mengikutiku dan Pak Bum Sik.
"Hallo..." kata mereka.
"Dia siapa, pak? Kelihatannya bukan orang Korea. Tidak mungkin saudara Suga hyung." Tanya satu orang diantara mereka.
"Kenapa dia terluka? Omoo, apa Suga hyung memukulinya?" Sahut yang satunya.
Pak Park Bum Sik tertawa mendengarnya. Lalu ia memperkenalkanku pada mereka.
"Ini Neana, teman Suga. Dia di sini karena baru saja kecelakaan. Suga menyelamatkannya."
"Nea, ini Taehyung, dan ini Jungkook. Mereka member BTS seperti Suga juga."
"Suga punya teman wanita? Ada yang aneh sepertinya." Kata Taehyung dengan muka berkerut.
"Hallo, Nea... aku Jungkook. Senang bertemu denganmu. Apakah Suga hyung adalah pacarmu?" Tanya Jungkook.
"Bukan, Suga hanya menyelamatkanku." Kataku pada Jungkook.Ini benar benar nyata, aku ada di antara member BTS. Apa yang baru saja ku alami benar benar nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyelamat | SUGA BTS
FanfikceCerita fiksi tentang seorang gadis yang ditemukan dan diselamatkan suga