** Dua Kepribadian **

5 0 0
                                    

Suga terus memikirkan perkataan Namjoon. Suga harus segera menemuiku. Terlebih lagi terakhir kali dia menyuruhku masuk kamar menggunakan raut wajah yang menurutnya mengerikan.
"Bagaimana aku harus memulainya?" Suga berbicara sendiri di mobil.
Malam itu Suga bersama Pak Bum Sik menghadiri meeting di bighit hingga tengah malam. BTS sedang mempersiapkan tour nya musim ini yang membuat para member dan staff lebih sibuk dari biasanya.
"Ada apa Suga?" Tanya Pak Bum Sik.
"Sepertinya kemarin aku membuat kesalahan. Bagaimana aku bisa menebusnya?" Tanya Suga terlihat penasaran.
"Nea?" Tanya Pak Bum Sik sambil tersenyum.
Suga tak menjawab apapun. Dia asik melihat langit langit mobil memikirkan banyak cara yang tidak mungkin ia lakukan.
"Ajak dia ngobrol besok. Bawakan dia sarapan ke kamarnya?" Saran Pak Bum Sik.
"Hanya itu? Anda yakin dia akan memaafkanku?" Tanya Suga penuh harap.
"Tentu saja,"

Malam itu, ketika Suga sampai apartement aku sudah tertidur lelap. Suga kesulitan untuk tidur dan hanya duduk sambil berputar putar di studionya. Beberapa kali dia mengarahkan kakinya keluar studio tapi diurungkannya. Setelah beberapa kali berniat, akhirnya dia meyakinkan diri untuk masuk ke kamarku.

Pelan pelan Suga membuka pintu kamarku, langkah kakinya sama sekali tak terdengar. Dia melihatku tertidur lelap dan tak bergerak.
"Benar benar tukang tidur," seru Suga dalam hati.
Melihatku tidur pulas, Suga membalikkan badannya dan berjalan keluar kamarku.

**

Pukul 5.00 pagi matahari belum sepenuhnya keluar dari sarangnya, terdengar samar pintu kamarku diketuk dari luar. Aku tak beranjak dari tempat tidurku dan masih memastikan suara pintu tadi nyata atau hanya dalam mimpiku.
"Siapa mengetuk pintu sepagi ini." Pikirku dalam hati

Pintu kamarku terbuka, nampak Suga dengan celana pendek dan kaos hitamnya membawa nampan yang berisi segelas susu dan roti panggang di atasnya.
"Kau?" Tanyaku sedikit serak.
"Ku bawakan sarapan untukmu?" Suara Suga terdengar gugup.
"Sepagi ini? Apa kau biasanya sarapan jam 05.00 pagi?" Tanyaku lagi.
"Ah benar juga. Akan ku bawa kembali," Suga membalikkan badan.
"Tunggu, kenapa langsung pergi. Aku sudah menunggumu hanpir 2 minggu," kataku menghentikan langkah Suga.

Suga meletakkan nampan di samping tempat tidurku kemudian duduk di sofa.
"Kenapa kau membawaku tinggal denganmu tapi tak pernah menemuiku?" Tanyaku masih di tempat tidur.
"Haruskah aku menemuimu?" Suga balik bertanya.
"Sudah seharusnya begitu. Aku sedang tidak menyewa kamar ini bukan?" Tanyaku sedikit kesal.
"Baiklah aku minta maaf. Sekarang aku sudah menemuimu,"  jawab Suga datar.
"Apakah aku sudah bisa kembali ke apartement ku? Aku sudah menyewanya 1 tahun ke depan." Tanyaku sedikit memohon.
"Akan ku kembalikan uangmu 3x lipat," kata Suga sambil membaringkan badannya.

Jawaban macam apa yang barusan ku dengar. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa Suga akan menjawab dengan pilihan kata kata seperti itu.

"Lalu...." belum sempat ku lanjutkan kata kataku, aku melihat Suga telah tertidur pulas di sofa kamarku.
"Tidur? Bisa bisanya. Benar benar tukang tidur," pikirku dalam hati.

 Benar benar tukang tidur," pikirku dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Rambutku masih basah, aku sedang menyisir rambutku seusai mandi. Suga masih terlelap dan aku tak berniat sama sekali membangunkannya. Aku hanya memandanginya dari jarak sofa ke kursi tempatku duduk. Wajahnya putih sekali, rambutnya lebat dan hitam, bibirnya merah, dan badannya juga putih . Ah apa yang sedang ku fikirkan, kenapa aku bisa berfikir Suga adalah tipe ku.
"Sadarlah, Nea. Dia idol... kau orang biasa." Kataku dalam hati.

Pelan pelan aku melangkahkan kaki keluar kamar. Sebenarnya aku masih ingin berbaring tapi tidak nyaman tidur dalam satu lokasi dengan Suga, bagaimana jika nanti aku mendengkur, atau aku melakukan hal hal aneh. Ku putuskan untuk melanjutkan tidurku di karpet depan TV. Kelebihanku adalah aku mudah tidur di manapun.

**

Saat membuka mata, Suga sudah tak menemukanku di atas tempat tidurku. Buru buru dia bangun dan keluar kamar. Dia mendapatiku tertelungkup di atas karpet tanpa pergerakan sedikitpun. Membuatnya terfikir sesuatu sedang terjadi padaku.

 Membuatnya terfikir sesuatu sedang terjadi padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga, Nea. Apa yang terjadi? Sadarlah! Aku harus menelfon ambulans," Suga histeris sambil mengangkat kepalaku.
Sebelum telfonnya tersambung, aku buru buru menggenggam tangan Suga,"Aku hanya tidur." Jawabku santai.

Suga terduduk lemas melihatku yang terlihat baik baik saja. Dia menarik nafas panjang.

"Kenapa posisi mu seperti itu? Semua orang akan panik jika melihatmu seperti itu." Suga melotot dengan mata sipitnya.
"Tenanglah, hanya kamu yang khawatir sejauh itu." Aku terkekek.

*

"Kemarilah! Jangan duduk di lantai!" Aku mempersilahkan Suga duduk di sofa.
"Kau..." kata Suga kesal.

Suga duduk di sampingku dan menatapku. Tatapan matanya penuh dengan pertanyaan, tapi entah kenapa tak satupun kata keluar dari mulutnya.

"Bagaimana kalau kita pergi bersepeda?" Kataku sambil tersenyum.
"TIDAK! Aku sudah menghancurkan seluruh sepeda di dunia ini," kata Suga sambil melenggang masuk ke dalam studionya.

Bagaimana bisa perubahan sikap seseorang terjadi dalam waktu yang sangat singkat, sebelumnya Suga mengkhawatirkanku dengan sangat. Tapi selang detik saja kata katanya bisa sepedas itu.

**

Aku mengikuti langkah Suga masuk dalam studionya. Pelan pelan sekali ku buka pintunya, teringat perkataan Pak Bum Sik bahwa Suga akan membunuhku jika masuk ke ruangan itu.
"Suga, bolehkah aku masuk?" Kepalaku memasuki studio itu sedangkan badanku masih diluar.
"Ya," jawab Suga singkat.
"Bisakah kita keluar apartement? Jika kau tak mengizinkanku, maukah kau menemaniku?" Aku memohon dengan penuh kerendahan hati.

Aku bingung kenapa aku harus meminta persetujuan Suga. Sejak kapan aku harus meminta izin untuk apa yang akan ku lakukan.

"Apakah kau tau yang akan terjadi jika orang di luar sana melihatku? Apalagi aku bersamamu." Kata Suga sambil memainkan piano nya.
"Benar juga, kau idol. Akan sulit bagimu. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Aku bosan sekali, kau tidak kasihan padaku?" Aku masih terus mengharap Suga iba.
"Bagaimana kalau coffee shop apartement? Bukan ide buruk kan?" Kata Suga.

Aku mengangguk penuh semangat. Coffee shop juga tidak apa apa, besok besok aku akan terus memohon sampai Suga memperbolehkanku keluar.

 Coffee shop juga tidak apa apa, besok besok aku akan terus memohon sampai Suga memperbolehkanku keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
"Besok aku ada meeting di bighit, kau mau ikut?" Tanya Suga saat aku tengah membaca buku.
"Tentu saja," aku bahagia sekali mendengar akhirnya aku bisa keluar apartement untuk pertama kalinya.

Penyelamat | SUGA BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang