Sudah sekitar dua minggu aku tinggal di Seoul. Hari hariku tampak menyenangkan. Aku sudah mulai mengenal beberapa orang, seperti Eun Gil tetangga samping unit apartement, pak Lee Jung keamanan apartement, dan Park In Go penjaga minimarket di seberang apartement.
Pagi itu akhir pekan, aku mengendarai sepedaku pagi pagi untuk sekedar mencari angin segar. Sekitar pukul 05.30 belum banyak kendaraan lalu lalang di jalanan Seoul. Aku mengayuh sepedaku pelan pelan, mengitari gedung gedung bertingkat di pusat kota.
Nampak wajah seseorang yang tak asing bagiku ada tak jauh dari sepedaku berhenti.
"Ah.... Pak," aku aku menyapa nya.
Benar kan, dia orang yang tempo hari ku tabrak dua kali di bandara. Kali ini dia mengenakan kaos polo hitam dipadukan dengan celana jeans. Baru saja dia turun dari mobil hendak masuk ke gedung yang didepannya tertulis "Bighit"
"Hay Nona. Kita bertemu lagi rupanya. Sedang berolah raga?" Katanya dengan ramah.
"Iya pak, bapak kerja di sini?" Aku menyeringai.
"Iya, Nona. Saya masuk dulu ya. Sudah ditunggu," katanya sambil masuk gedung.
Aku bersiap mengayuh kembali sepedaku untuk melanjutkan sepeda santaiku. Tapi orang itu kembali keluar dan memanggilku.
"Nona tunggu sebentar," dia berlari kecil ke arahku.
Aku menghentikan sepedaku yang belum sepenuhnya berjalan itu dan menoleh ke arahnya.
"Udara masih terlalu dingin. Pakailah syall ini agar tidak kedinginan."
Dia memberiku syall dan kembali berlari masuk ke dalam gedung tanpa mendengar jawaban apapun dari ku.Ku pandangi syall itu dengan seksama. Tidak salah lagi, ini merk mahal. Baik sekali orang itu memberikanku dengan cuma cuma. Ah atau mungkin ini dipinjamkan, besok harus ku kembalikan.
*
Hari itu aku kembali beraktifitas sepeerti sebelum sebelumnya. Menulis blog, ditemani satu gelas susu pisang di coffee shop didekat tempat kerja Pak bodyguard yang baik itu.
Tulisanku akhir akhir ini lebih terlihat hidup, aku menulis banyak hal menyenangkan yang ku mulai sejak aku tiba di Korea.***
Esok hari nya, aku kembali ke gedung Bighit bermaksud mengembalikan syall milik pak bodyguard. Aku bertanya pada security yang kemarin melihatku berbincang bincang dengan Pak bodyguard.
"Maaf pak, kemarin anda melihatku berbicara salah satu orang yang kerja di sini kan? Bisakah aku bertemu dengannya? Aku ingin mengembalikan syall ini," jelasku pada security itu.
"Ah ya Nona, aku melihatmu. Maksudmu Pak Park Bum Sik, hari ini dia akan datang sore. Kembalilah lagi nanti," security itu menjelaskan.Aku kembali ke apartement dan berbaring di atas kasur. Tak terasa mataku terpejam dan tak sengaja tertidur. Saat ku buka mata, jam dinding di hadapanku menunjukkan tepat pulul 6 sore.
"Astaga, aku tidur sehari penuh," aku terperanjat dari tempat tidurku
Aku teringat harus kembali ke Bighit untuk mengembalikan syall Pak Park. Ku pakai hoodie ku buru buru dan ku kayuh lagi sepedaku.
Ditengah perjalananku, aku merasa handphone ku bergetar beberapa kali. Sepertinya ada yang menelfon. Nanti setibanya aku di Bighit, aku akan melihatnya.
Aku sampai di belakang gedung Bighit, ada satu gang kecil di belakangnya, jalan itu biasa ku lalui karena jaraknya lebih dekat dari apartementku.
Handphone ku kembali bergetar, kali ini lebih baik aku melihatnya.9 panggilan tak terjawab dari Kak Nana, 2 panggilan tak terjawab dari Tama.
Keringat dinginku tiba tiba mengalir deras, pandanganku kabur. Detak jantungku berdetak kencang. Aku merasa ada hal buruk yang akan terjadi.
Panggilan dari Kak Nana kembali berbunyi saat itu.
"Nea, Nea, apa kau baik baik saja. Cepat telfon polisi. Atau cepat temui Kim Tan. Jangan pernah pergi sendiri," suara Kak Nana panik.
"Apa maksud Kakak?" Aku bertanya terbata.
"Tama tau kamu di Korea, dia tau keberadaanmu. Dia bilang sama Kakak hal yang menakutkan," Kak Nana menangis di balik telfonnya.
Aku tak bisa berkata kata, mataku berkaca kaca. Pelan aku menelan ludahku sendiri, karena tepat beberapa meter di hadapanku aku melihat sebuah motor melaju kencang. Mata dibalik helm dan postur tubuh itu, aku mengenalnya, Tama.Badanku mematung, aku tak mampu menggerakkan badanku sedikitpun. Motor itu menyerempetku membuatku jatuh tak sadarkan diri.
Kerumunan orang mengitari tubuhku yang penuh dengan darah.
"Apakah aku akan mati?" Pikirku dalam hati.
Setelah itu aku tak bisa mengingat apapu lagi. Mataku gelap.***
Sementara itu,
"Permisi Pak Bum Sik, sepertinya Nona yang kemarin berbincang dengan anda bermaksud mengembalikan syall ini." Security Bighit menghentikan langkah kaki Park Bum Sik
"Ah Nea. Lalu dimana dia sekarang?" Tanya Bum Sik lagi.
"Sebenarnya syall ini saya ambil tadi ketika ada kecelakaan di belakang gedung. Nona itu ditabrak lari oleh motor. Syall nya tertinggal jadi saya ambil." Jelas security lagi.Empat pasang mata terbelalak mendengar perkataan security itu. Pak Bum Sik dan satu orang lainnya. Keduanya berlari keluar pintu, menuju mobil dan mendatangi rumah sakit tempatku dilarikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyelamat | SUGA BTS
Fiksi PenggemarCerita fiksi tentang seorang gadis yang ditemukan dan diselamatkan suga