Azura menuruni anak tangga dengan cepat, ia menatap malas kearah meja makan yang kini diisi oleh tiga orang disana. Ia mengambil tempat duduk tepat didepan Ayahnya.Suasana ruang makan dirumah Azura kini penuh dengan kesunyian. Selalu sunyi. Padahal ada satu keluarga disana. Inilah yang paling dibenci Azura. Mereka keluarga namun tak seperti keluarga. Azura sengaja menggunakan sendok dan garpu dengan kasar sehingga terdengar sedikit nyaring. Azura benci suasana sunyi seperti ini.
Azura buru-buru menghabiskan sarapannya. ia merasa tidak nyaman dengan suasana seperti ini, Azura tidak suka. Ia ingin sekali cepat keluar dari rumah ini dan meninggalkan meja makan sekarang juga.
"Sekolah kamu gimana? Aman?" Suara seorang pria memecahkan keheningan. Pria yang kini duduk di depannya itu sedang menatap dirinya dengan tajam. Selalu seperti ini. Setiap ada kesempatan, setiap ada waktu, papanya itu akan selalu menanyakan pasal sekolah Azura.
"Nilai kamu turun lagi, kamu sering masuk BK, sering dapat hukuman juga. Apa kamu gak malu sama Killa?" Lanjut Reno, papa Azura.
"Kenapa harus malu? Aku pake baju ngga bugil." Jawab Azura dengan lempengnya.
"Zura, mama tau kamu itu hobinya main, kumpul sama temen-temen, mama gak masalah, itu hak kamu. Tapi kamu jangan lupa sama kewajiban kamu buat belajar nak." Kali ini Dina, ibu tiri Azura yang berbicara.
"Coba contoh adik kamu, dia bisa bagi waktu antara main sama belajar." Imbuhnya.
"Bodoamat." Azura malas mendengar semua ini. Ia selalu saja dibanding-bandingkan dengan adik tirinya Syakilla.
"Selalu bandingin aku sama Killa gak buat aku jadi semangat belajar. Jadi, bisa jangan bandingin aku sama Killa? Percuma!" Azura memberanikan diri menyuarakan isi hatinya.
PRANG!
Reno melempar gelas yang berisi air minum ke arah Azura. Pelipis gadis itu terlihat mengeluarkan darah karena lemparan gelas tersebut.
"Emang bener kamu Azura, Papa cuma pengen kamu contoh adik kamu itu! masa gak bisa?!" Ucap Reno penuh dengan penekanan.
"Kamu itu dari keluarga terpandang, Anak dari sepuluh orang terkaya di Indonesia. Papa punya rekan bisnis dimana-mana. Kalau kamu cuma punya otak pas-pasan kayak gini, terus gimana reputasi papa?! Mau ditaruh mana muka papa?!" Kalimat pedas yang keluar dari mulut Reno itu berhasil melukai hati Azura.
"Bukannya reputasi papa udah hancur, waktu papa ketahuan selingkuh dan punya anak diluar nikah?"
"Harusnya dia dong yang ngehancurin reputasi papa!" Jari telunjuk Azura mengarah kepada Syakilla.
"AZURA!" Bentak Reno tak terima. Tangan pria itu bahkan sudah terangkat bersiap untuk melempar sendok yang daritadi digenggamnya.
"Apa?! Ayo lempar lagi pa! Lempar semua! Emang bener kan Syakilla ini anak haram!" Bela Azura tak terima dengan bentakan papanya.
Dina dan Syakilla hanya bisa diam karena memang benar apa yang dikatakan oleh Azura. Dina menahan air matanya dengan susah payah.
"Papa kecewa sama kamu Azura." Ujar Reno.
"Aku lebih kecewa sama papa."
Azura berjalan meninggalkan meja makan dan pergi menuju pintu utama. Berada di antara orang-orang itu membuatnya sesak.
✯✯✯
Azura membuka pintu gerbang rumahnya. Seorang cowok dengan seragam putih abu-abu serta motor ninjanya sudah siap untuk mengantar Azura. Siapa lagi kalau bukan Jevandra Argantara
"Good morning, cantik." Sapa Jevan sembari melepas helmnya dan tersenyum kearah Azura. Namun tak lama cowok itu mengeryitkan keningnya. "Kenapa, Ra?" Tanya Jevan saat melihat pelipis Azura mengeluarkan darah.
Azura hanya menggelengkan kepalanya dan berdehem sebagai balasan. Ia sangat tidak mood pagi ini.
"Ra.." Panggil Jevan setelah memakaikan helm ke kepala Azura.
"Om Reno sama tante Dina pulang ya?" Tanya Jevan yang peka terhadap sikap Azura yang tidak mood seperti ini. Memang Papa dan mama tiri Azura jarang sekali pulang atau lebih tepatnya gak pernah pulang.
"Iya, Papa bandingin aku sama Killa lagi." Jawab Azura. Siapa sih yang mau dibanding bandingin seperti ini.
"Gak usah dipikirin. Lo itu sempurna kalo lo jadi diri sendiri." Ujar Jevan. Jevan paling bisa membuat Azura merasa tenang. Azura selalu berfikir, Tidak masalah ia memiliki keluaga seperti itu, asalkan Jevan selau ada untuknya.
"Ayo berangkat." Ajak Azura. Azura naik ke motor Jevan. sejak kecil mereka memang selalu berangkat sekolah bersama. wajar saja jika Jevan mendapat julukan ojek pribadinya Azura.
✯✯✯
Azura berjalan memasuki kelas dengan lesu. Tentu saja ini tidak seperti biasanya, Azura yang selalu ceria, Azura yang selalu heboh jika sudah masuk kekelas tapi kali ini ia tidak seperti itu, malah sekarang ia tampak lesu dan tidak bersemangat. Dan terlebih lagi saat teman-temannya melihat pelipis Azura yang terluka.
"Ra, Lo kenapa?" Tanya salah satu temannya.
"Gapapa" Jawab Azura sembari tersenyum tipis.
"Tumben banget lesu gitu, pasti belum sarapan kan?"
"Mau bekal gue?" Tanya Rena sembari menyodorkan kotak bekalnya.
Azura menggelengkan kepalanya. "Nggak, gue udah sarapan Ren, makasih" Tolak Azura.
"Gue obati luka lo ya?" Azura menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia tak mau. "Gue bisa sendiri, gausah khawatir gitu dong." Jawabnya.
"Lo ga bosen setiap hari duduk sendiri gitu?" Kali ini Mita yang bertanya.
"Nggak." Jawab Azura sembari menggelengkan kepalanya santai.
Ya, benar. Dari dulu Azura selalu duduk sendiri. Ia benar-benar tidak merasa kesepian, ia juga tidak masalah jika harus duduk sendiri, entahlah ia terlalu malas jika harus menjalin pertemanan yang cukup dekat. menurut Azura berteman sewajarnya saja itu jauh lebih baik.
✯✯✯
TBC!!
Hope you like my story..
Don't forget to vote and comment guys!
THANK YOU FOR READING✨
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVARA
Random[FOLLOW DULU SEBELUM BACA‼️] JEVARA (JEVAN AZURA) Tentang Azura dengan segala rasa sakitnya. Dan tentang Jevan yang selalu menjadi obatnya. Azura dan Jevan adalah sahabat dari kecil. Bisa dikatakan bahwa Azura sangat beruntung karena memiliki sahaba...