baby ; 7

2.1K 140 1
                                    

tak! tak! tak!

Suara hentakan kaki terdengar di sebuah ruangan tertutup dan gelap. Seorang pria terkulai lemas di dasar lantai dan tangan dalam keadaan terikat.

Pria bertubuh besar memasuki ruangan itu, memberi isyarat agar anak buahnya keluar dari ruangan, membiarkan dirinya bersama pemuda yang tak berdaya ini.

"bangun," Perintah pria itu, pemuda itu menatap sayu, tubuhnya sudah tak berdaya, "bangun sialan!" Pria itu menarik paksa tubuhnya agar berdiri.

Bruk!

Tubuhnya tidak bisa seimbang, ia kembali terjatuh ke lantai.

"lemah." Cibirnya pelan.

Pemuda itu mengepalkan jemarinya kuat, ia tidak bisa melihat jelas wajah pria di hadapannya, karena ruangan ini hanya terdapat satu titik cahaya.

Pria itu mencengkram rahangnya, ia mencoba memberontak, tali sialan ini sangat mengganggu nya.

"lepas sialan!"

Pria itu tersenyum remeh, "tidak semudah itu."

"mau lu apa anjing!"

"shtt.. sudah cukup kamu mengumpati saya, saya ini lebih tua dari kamu, sopan lah sedikit, bocah."

"sial.. lu siapa, hah?!" Tanya nya dengan geram. Kenapa ia dipukuli dan dikurung seperti ini, apakah ia mempunyai masalah dengan orang yang ada dihadapannya ini?

"saya? Kim Mingi. Salam kenal, Jay Park.." Mingi tersenyum miring ketika Jay terdiam sesaat.

Jay merasa tidak asing dengan nama Mingi.

"why? Are you shocked, hm?" Mingi mengubah posisi nya menjadi berdiri tegak di hadapan Jay, "kamu putra Junhui? Right?"

"Oh, saya ini.. kakak Jongho dan Wooyoung," membisikkan kalimat akhirnya, ia bisa melihat tangan Jay kembali mengepal.

"mau lu apa anjing?!" Ia merasa dipermainkan, harusnya Mingi tidak ikut campur.

"eitss shh, kamu ini gak punya sopan santun, ya?" Mingi meringis pelan karena kembali mendengar umpatan Jay.

"gak usah banyak bacot, lepasin gua!"

"tenang saja, besok saya lepaskan. Daddy dan saudara saya yang lain juga ingin memberi pelajaran buat kamu, karena kamu.. sudah berani melukai permata kami," Menatap Jay tajam.

"cuman karena Wooyoung lu sampai segini nya? cih.. adek lu itu pantes dapet pukulan dari gua, dia itu lemah! Nyusahin! Ban—"

Bugh! Dug!

Dengan sekali pukulan dan tendangan, Jay terpental cukup jauh.

"shh.. sial," Jay meringis kesakitan.

"dan kamu, kamu jauh lebih pantas mendapatkan pukulan dari saya. Sekali lagi kamu mengatai adik saya, saya tidak akan tinggal diam. Saya bisa menghancurkan kamu dan perusahaan ayah kamu dalam waktu sekejap."

"tunggu untuk pukulan selanjutnya, berdoalah agar tidak mati hanya karena pukulan."

Mingi keluar dari ruangan gelap itu, meninggalkan Jay yang kembali mengumpat kasar, anak buah Mingi kembali masuk untuk berjaga agar Jay tidak kabur.

___

"baby.. " Panggil San pada Wuyo yang melamun, dirinya ikut berbaring diranjang Wuyo, Wuyo yang meminta dan untungnya ranjang itu cukup luas.

Hanya ada dirinya dan Wuyo, yang lain pulang berganti baju.

"hei.. kok melamun, kenapa sayang?" Lamunan Wuyo buyar saat San mengusap pipinya.

"San.. eung~" Wuyo menghamburkan ke dalam pelukan kembarannya.

"hm? Mau minum?" Wuyo menggeleng, mengeratkan pelukannya.

"San sayang Wuyo nda?" Alis nya terangkat sebelah, pertanyaan macam apa ini?

"kenapa nanya gitu?"

"pengen aja,"

"San akan selalu sayang sama kamu. Maaf karena San gak becus jaga kamu, pasti sakit ya?" San mengusap perutnya lembut.

Wuyo mengerucutkan bibirnya, "San kok ngomong gitu, Wuyo nda suka!"

San terkekeh, "apa San balik lagi ke SMA, ya? Biar bisa jaga kamu."

"ishh San! Kan ada adek yang jagain Wuyo huh!" Memanyunkan bibirnya, memukul pelan dadanya, "lagian Wuyo itu udah besar, harusnya Wuyo yang jaga adek."

"tapi badan kamu kecil, jadi adek harus jagain kamu."

"ishh! San jelek!" Dengan sangat pelan Wuyo membalikkan badannya membelakangi San yang sedang tertawa gemas.

San memeluknya dari belakang, mengecup bahu kembarannya.

"maaf, maaf. San bercanda, jangan ngambek, okey?"

Wuyo mendiami San.

"Wuyo mau apa biar ga ngambek lagi? Strawberry? Mochi?" Meskipun menggiurkan karena yang ditawarkan oleh San adalah kesukaannya.

Wuyo menggeleng, tetap memunggungi San.

"oh, San tau. Wuyo mau naik motor sama San? Keliling kota sambil jajan di alun-alun?"

"MAU!" okey, San harus meminta izin pada sang mommy dan daddy.

"tapi harus sembuh dulu sampai bekas lukanya hilang, ya?"

"lama nda hilangnya?"

"kalau Wuyo rajin pakai salepnya, pasti cepet hilang. Wuyo harus jadi anak pintar, harus nurut sama mommy kalau lagi di obatin." Pasalnya ketika diolesi salep, Wuyo selalu berontak karena sakit, padahal salep itu ada sensasi dingin yang membuat tidak terlalu sakit.

"eumm.. Tapi sakit San, Wuyo tidak kuaat~" Rengek nya.

"loh, katanya kamu kembaran hulk. Hulk kan kuat, berarti kamu juga harus kuat."

"betul juga! Wuyo akan menjadi kuat detik ini juga!" Ucapnya dengan semangat, San hanya tersenyum melihat tingkah kembarannya.

"pintar, karena Wuyo pintar, nanti San beliin Lego buat Wuyo."

Wuyo membalikkan tubuhnya, memeluk San erat dengan senyuman yang lebar.

"San baik! Wuyo sayaang San, wuffyu!" Wuyo mengecup kedua pipi San dan dibalas kecupan oleh San.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baby ; Wooyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang