15🦋~Butterfly~

129 73 23
                                    

Ikuti terus cerita ini sampai ending
Jika ada ke samaan nama
Tokoh dan tempat
 Mohon maaf

Follow, Vote and coment

Ramaikan setiap paragraf
Dengan komentar kalian

.
.
.
.
.
.
.

❣️ HAPPY READING ❣️

Senna menempatkan lengannya di pagar pembatas atap rumah sakit. Ia mengedarkan pandangannya ke bawah, menatap bangunan dan kendaraan yang terlihat kecil dari atas sana. Entah apa Senna merasa lelah dengan kehidupannya, setelah kepergian Marven kini Regan kecelakaan. Ia tidak mau merasakan lagi sakit nya di tinggalkan.

Senna nekat menaiki pagar pembatas itu. Hendak saja Senna menjatuhkan tubuhnya seorang laki-laki langsung menarik tangan gadis itu.

"LO GILA?"

"Kenapa malah nolongin gue, hiks."

"Bukan seperti itu caranya mengikhlaskan," ucap laki-laki itu adalah Alvaro.

Senna terisak. "GUE BENCI DIRI GUE SENDIRI GUE BENCI!!" Teriak Senna.

Alvaro membuka jas dokternya kemudian ia memakaikan jas putih tersebut di tubuh Senna. "Lo engga mikirin gimana orang tua lo nanti, kalau lo bunuh diri?" Bentak Alvaro.

Senna terdiam dengan tatapan kosong. Kemudian ia kembali nekat menaiki pagar pembatas. Alvaro langsung menangkap tubuh Senna dan membawa nya menjauh dari pagar itu.

"Lepasin gue!" Senna memukul dada bidang Alvaro, kemudian pria itu menurunkan tubuh Senna.

Senna memeluk kedua lututnya. Ia menangis tak bersuara. Alvaro berjongkok di hadapan Senna. Kemudian ia mengusap lembut pundak gadis itu. Ia mencoba menenangkan Senna.

Alvaro merasa tak tega melihatnya lalu ia memeluk tubuh Senna. "Rela kan dia," ucap Alvaro. Mendengar ucapan yang di lontarkan pria itu, Senna menggelengkan kepalanya.

"Kenapa hidup gue jadi seperti ini?" Ucap Senna mengangkat kepalanya menatap Alvaro. "Itu caranya tuhan menguji kehidupan manusia," jawab Alvaro.

Senna menangis di pelukan Alvaro. Senna tidak peduli siapapun yang memeluknya ia hanya ingin tenang. Suara nada dering telepon seluler berbunyi di ponsel Senna, gadis itu langsung mengangkat telpon tersebut.

"Bocil," suara Regan terdengar nyaring di sambungan telepon tersebut.

Senna langsung berlari meninggalkan Alvaro yang masih berada di rooftop rumah sakit. Senna masuk ke ruangan ICU dan langsung memeluk tubuh Regan yang berbaring di atas hospital bed. Regan membalas pelukan adik nya itu.

"Flis jangan ada lagi yang tinggalin Senna," lirik Senna setelah melepaskan pelukannya.

Regan tersenyum manis menghapus air mata di pipi Senna. "Senna, udah sayang, jangan nangis terus Papah jadi ikut sedih," ucap Hamdan memeluk tubuh Senna.

Senna melirik ke arah Hamdan lalu ia tersenyum. "Papah, Mamah, Kak Regan harus jaga diri baik-baik, Senna enggak mau kehilangan salah satu dari kalian," ucap Senna di angguki oleh mereka semua.

Butterfly (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang