7. Welcome

569 68 1
                                    

Pagi hari itu, tepat setelah ia menyelesaikan sarapan bersama dengan calon keluarga barunya, ia dikejutkan oleh ramainya orang di dalam kamarnya.

Sebenarnya tidak ramai, hanya tiga orang yang telah mengusik hidupnya sejak tadi pagi, Winona, Catherine, dan Kaila. Namun semakin tinggi matahari berada, mereka terlihat semakin sibuk.

Ketika Nolan hendak memasuki kamarnya, ia menyadari bahwa di belakangnya terdapat Elias dan satu pengawal lain yang belum Nolan ketahui namanya sedang mengangkat satu kardus besar, yang ia ingat berisi barang-barangnya.

Oh, ternyata mereka sedang sibuk memindahkan barangnya yang telah ia bawa kemarin.

Nolan membukakan pintu kepada dua orang yang terlihat sedikit kesulitan itu, kedua tangan mereka tampak sepenuhnya digunakan untuk memegang kardus. Namun setelah menyadari bahwa pintunya dibukakan oleh Nolan, panik menghiasi kedua wajah mereka, yang Nolan baru sadari bahwa wajah itu tampak serupa. "Tuan, jangan bukakan pintunya." Kata Elias sambil masih berjalan mendekat, suaranya menggema di lorong.

"Memangnya kenapa?"

"Tuan tidak seharusnya membantu kami."

"Siapa yang akan perduli? Cepat masuk." Kata Nolan keras kepala.

Keduanya saling bertatapan lalu mengikuti instruksi tuan mereka. Meletakkan kardus di lantai dekat dengan kasur milik Nolan.

Setelah itu ketiga wanita yang sedari tadi sibuk membereskan tiap sudut kamar langsung berkumpul mendekat ke arah kardus itu, selagi Elias membukanya.

Nolan juga ingin membantu. Maka ia ikut mendekat dan mencoba mengambil satu barang miliknya, sebelum ia terkejut akibat seruan lima orang sekaligus seperti, "Tuan jangan!" Dan beberapa bentuk larangan lainnya masuk ke telinga.

"Memangnya kenapa?" Ucapnya frustasi. Mengapa sedikit-sedikit dia dilarang? Hanya ingin mengangkat barang sebesar jarum saja tidak boleh?

"Tuan, lebih baik anda duduk saja." Winona kembali menjelaskan dengan perlahan.

"Aku juga ingin membereskan barangku, Winona." Nolan terdengar hampir merengek. Jika ia tak menahan dirinya, maka dia sudah menghetak-hentakkan kakinya saat ini.

"Biarkan kami membereskannya tuan, kami akan melakukannya dalam hitungan detik!" Kaila membalas dengan ceria.

Nolan menghela napasnya, tidak ada gunanya berdebat dengan semua orang ini, dia pasti akan kalah. Lagi pula mungkin mereka hanya melaksanakan protokol kerajaan, jika Nolan memaksakan mungkin akan membuat para pelayan ini mendapatkan masalah.

"Baiklah, tapi aku punya pertanyaan."

"Iya, tuan?"

"Nama dia siapa?" Nolan menunjuk pengawal satunya lagi, yang terlihat mirip dengan Elias.

"Izin memperkenalkan diri tuan, nama saya Tobias."

"Kalian kembar ya?"

"Dia adik saya, tuan." Kata Elias.

Nolan mengangguk-angguk paham. "Tobias, namanya sama seperti nama raja."

Tobias terenyum, "Ibu kami memang sengaja menamakan saya seperti nama raja sekarang, tuan! Karena Raja Tobias sangat baik hati dan berwibawa, maka ibu — Aduh!" Tobias menghentikan kalimatnya ketika Elias menyikut lengannya.

"Kau berbicara terlalu banyak." Bisiknya walaupun percuma, Nolan masih dapat mendengar itu.

Nolan malah tertawa melihat interaksi kakak adik itu. "Tidak apa-apa, aku suka mendengarkan cerita. Baiklah, aku akan duduk di sana. Jika kalian bosan bekerja sambil diam saja, ajak aku mengobrol ya?" Pintanya.

The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang