Nolan tidak pernah membayangkan dirinya akan hidup di istana seumur hidupnya. Namun ketika hal itu terjadi, yang tersampir dalam benaknya bukanlah seperti ini.
Nolan sibuk sekali.
Tiada hari istirahat untuknya. Setiap hari jadwalnya padat, baik itu untuk kelas etika bersama Nyonya Anne, kelas berkuda bersama Tuan Greg, kelas berdansa dengan Tuan Albert, belum lagi kelas-kelas pendidikan akademis yang dilewatinya hampir setiap hari.
Sejujurnya Nolan sedikit bingung, untuk apa dirinya mempelajari itu semua? Mungkin kelas berdansa akan berguna agar dirinya tidak mempermalukan diri sendiri ketika melakukannya bersama pangeran di tengah ribuan pasang mata dari sepenjuru kerajaan. Begitu pula pentingnya dirinya mempelajari etika yang baik untuk bangsawan dan tata cara berkuda, Nolan juga tidak masalah dengan ini. Keahlian baru yang baik untuk dia ketahui.
Namun kelas-kelas akademis yang sangat menyulitkannya itulah yang mengganggunya. Satu hari seseorang mengajarinya berbisnis, di lain hari dia diajari mengenai politik. Akankah ia berkecimpung dalam semua hal itu nanti? Bukankah pekerjaannya hanya akan meracik teh dan berjalan-jalan di taman istana seperti seluruh pasangan raja lainnya?
Nolan bingung dan kewalahan. Namun ia tak tahu ingin mengeluh kepada siapa.
Pada akhirnya tubuh Nolan sampai pada batas kemampuan. Setelah sekian lama tidak pernah merasakan sakit, akhirnya Nolan terbaring lemas hari ini. Suhu tubuhnya meningkat. Ketika Winona mengetuk pintu kamarnya pada pagi hari, dia bahkan tidak sanggup untuk bangkit membukakan pintu itu.
Ketika menyadari bahwa Nolan sakit, Winona dengan paniknya memanggil tabib istana. Mengharapkan kesembuhan sang tuan secepat mungkin dengan rasa yang dipenuhi akan kekhawatiran.
Tidak dapat berbohong, Winona mulai menyayangi Nolan bagaikan anak sendiri. Nolan adalah seorang pria yang sopan, lucu, dan menyenangkan. Tidak akan ada orang yang berhasil membenci atau tidak menyayangi Nolan, menurut Winona.
Namun rasa paniknya ketika melihat Nolan sakit membuat dirinya lalai akan satu hal.
Dia lupa memberitahukan keluarga kerajaan.
"Elias! Tobias!" Winona keluar dari kamar ketika tabib memeriksa keadaan Nolan yang masih lemas dan dipenuhi oleh keringat dingin. Menemukan dua pengawal itu tepat di depan pintu kamar Nolan. "Elias, Tobias! Bergegaslah ke ruang makan! Keluarga kerajaan pasti sedang menunggu nolan untuk sarapan!"
Seakan baru menyadari hal itu juga, mata kedua kembar itu membelalak dan ikut panik. Tanpa berpikir panjang mereka mulai berjalan cepat, hampir berlari, menuju ke ruang makan istana yang letaknya lumayan jauh dari kamar Nolan.
Benar saja, Elias dan Tobias sedikit takut ketika hendak memasuki pintu yang memang telah terbuka lebar itu. Di dalam sana terlihat tiga orang yang berbincang dan belum menyantap sedikitpun makanan yang telah tersaji di meja. Beberapa dari makanan itu bahkan sudah berhenti mengeluarkan asap yang mengepul.
"Izin, Yang Mulia. Saya Elias, pengawal pribadi dari Tuan Nolan." Elias sangat tidak ingin berbasa basi dan hendak menyampaikan berita itu sesegera mungkin. Ketika ketiga penguasa kerajaan itu telah sepenuhnya menaruh perhatian kepadanya, ia melanjutkan, "Saya hendak menyampaikan izin ketidak hadiran Tuan Nolan pada pagi hari ini, Yang Mulia. Dikarenakan beliau saat ini jatuh sakit dan sedang diperiksa oleh tabib di kamarnya."
Dari seluruh respon yang terpikirkan oleh Elias, kepanikan Pangeran Louis bukanlah salah satunya.
Pangeran Louis berdiri tegak tepat ketika ia selesai berbicara. Ketiba-tibaan itu membuat kursinya terdorong kebelakang dan terjatuh. Lalu dalam hitungan detik sang pangeran sudah meninggalkan ruang makan dan terlihat berlari di koridor istana, meninggalkan Elias dan Tobias dalam kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince
Fanfiction[GeminiFourth Fanfic/Royalty AU] Pangeran Mahkota kerajaan Rouguemont, Pangeran Louis, sebentar lagi akan memasuki umur dewasa. Sang raja sedang berada dalam misi menjodohkan anaknya karena ia meyakini bahwa seorang pemimpin itu membutuhkan pasangan...