"Tuan Greg jahat!" Nolan sedari tadi seperti seorang anak kecil yang mengadu kepada ibunya, bercerita kepada para pelayannya mengenai guru berkudanya sore itu.
"Tidak apa-apa tuan, besok dicoba lagi." Winona yang baru selesai mempersiapkan alat bebersih milik Nolan muncul dari balik sekat.
"Tidak mau!" Nolan yang sedang duduk di lantai kamarnya sendiri menghentak-hentakkan kakinya, membuat Catherine dan Kaila tertawa geli melihatnya. Pasalnya, tuannya saat ini terlihat menciut, berubah menjadi seukuran lima senti.
Oh, jangan tanya kenapa Nolan duduk di lantai. Bajunya kotor, dipenuhi lumpur. Bagaimana bisa? Tentu saja, karena dia terjatuh.
Beberapa saat setelah makan siang tadi, Nolan menghadiri kelas berkuda sesuai dengan jadwal yang telah dirangkai sedemikian rupa itu. Nolan tahu bahwa Tuan Greg memang tidak pernah ramah, selalu tegas, dan lumayan menyeramkan (walaupun sebenarnya Nolan berpikiran seperti itu hampir ke seluruh guru yang mengajarinya). Namun hari ini Tuan Greg yang tinggi besar itu sedikit lebih memaksa dan pemarah. Kali ini bukan hanya khayalan Nolan, Tuan Greg benar-benar marah.
Dari seluruh pelajaran yang ia hadiri, Nolan akui yang paling ia benci adalah pelajaran berkuda. Ini sudah beberapa bulan Nolan tinggal di istana, sudah beberapa kali ia bertemu dengan Tuan Greg untuk belajar, namun belum ada kuda yang dapat ia kendalikan, bahkan ketika Tuan Greg telah memberikannya kuda yang paling pendiam dan tidak sulit diatur.
"Berikan kasih sayang mu kepada kuda itu. Kau tidak boleh menunjukkan bahwa kau takut, kau harus melawan rasa takutmu dan merubahnya menjadi kasih sayang. Coba lagi!" Sore itu Tuan Greg sudah terdengar sedikit kesal.
Namun nahas, Nolan malah berakhir tidak dapat mengendalikan kudanya dan terjatuh ke kubangan lumpur. Elias dan Tobias yang menemani Nolan saat itu meringis dari pinggir arena, sudah yakin bahwa Tuannya pasti akan bersedih hati ketika kembali dari kelas ini.
Tuan Greg yang berkulit hitam itu bahkan tampak me-merah di bawah teriknya matahari dan amarah. "Sia-sia! Kau, tidak ada harapan!" Lalu Tuan Greg pergi begitu saja meninggalkan Nolan yang masih terduduk di kelilingi lumpur, terlihat menyedihkan.
Dua pengawal kembar itu bergegas mendekat ke arah Nolan dan membantunya berdiri. "Tidak apa-apa tuan, mengendalikan kuda dan menciptakan ikatan kepada mereka memang sulit, jangan bersedih hati." Tobias berusaha menenangkan Nolan sembari membantunya berdiri.
"Mari kita kembali ke kamar tuan, sebentar lagi waktunya makan malam. Mandi pasti bisa membuat suasana hati tuan membaik. Maaf, permisi tuan." Elias meminta izin untuk membersihkan sedikit rambut Nolan yang terkena cipratan lumpur.
"Aku sangat payah."
"Tidak benar, tuan." Di sepanjang perjalanan ke kamarnya hanya diisi dengan kutukan Nolan kepada dirinya sendiri, dan sangkalan dari kedua pengawalnya.
"Berhenti membela ku! Aku benar-benar payah!"
"Tidak, Tuan..." Tapi mereka tidak akan mau berhenti, membuat Nolan mendengus sebal.
Sesampainya ia di kamar, pintunya dibukakan oleh Elias dan Tobias, lalu ia langsung terduduk di lantai kamarnya itu, tidak ingin mengotori tempat tidur maupun sofanya. Elias mengisyaratkan kepada Winona untuk segera menyiapkan air hangat dan kembali keluar, menjaga pintu kamar Nolan bersama Tobias seperti biasanya.
"Hari yang berat, tuan?" Kaila lebih dulu bertanya, walaupun sebenarnya tidak perlu, melihat seluruh tubuh Nolan yang terselubungi oleh lumpur.
"Jangan bertanya! Aku memang bodoh!"
"Tidak benar, tuan."
"Kenapa semuanya bilang tidak!" Maka dari sana Nolan mulai tantrum. Hingga pada detik ini, ketika Winona sudah selesai menyiapkan bak mandinya dengan air hangat dan wangi bunga yang sangat menenangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince
Fanfiction[GeminiFourth Fanfic/Royalty AU] Pangeran Mahkota kerajaan Rouguemont, Pangeran Louis, sebentar lagi akan memasuki umur dewasa. Sang raja sedang berada dalam misi menjodohkan anaknya karena ia meyakini bahwa seorang pemimpin itu membutuhkan pasangan...