23. Hollow

571 65 5
                                        


Pagi itu Winona kembali ke kamar Nolan sendirian. Setelah hampir dua minggu ditinggalkan Winona rasa kamarnya pasti sudah lumayan berdebu, walau ia tahu bahwa ruangan itu pasti dibersihkan oleh pelayan lain di istana.

Winona hanya mencari-cari alasan untuk kembali ke kamar itu. Karena tak dapat dipungkiri, Winona memang merindukan Nolan. Bukan hanya Winona. Semua orang di istana merindukannya.

Sejak Nolan pulang, Winona bekerja dengan Natalie, sang ibu ratu. Winona dapat melihat dengan jelas kesedihan dimata sang ibu. Winona juga telah menganggap Nolan seperti anaknya sendiri, maka ia tahu pasti apa yang Natalie rasakan.

Bahkan guru-guru Nolan juga kerap bertanya mengenai kebradaan Nolan, atau jika mereka telah mengetahui bahwa Nolan telah pergi, mereka akan bertanya apakah ada kabar mengenai dirinya dan mengenai keadaannya.

Winona senang mendengarnya. Seluruh istana mencintai Nolan. Nolan adalah pria yang sangat baik, lucu, sopan, dan juga pintar. Segalanya dimiliki Tuannya itu.

Hingga saat ini Winona masih tidak mengerti masalah utama yang dimiliki sang pangeran mahkota kepada Nolan, namun Winona juga tak tahu hendak bertanya kepada siapa. Ingin marah juga dia tidak berhak.

Maka yang dapat ia lakukan hanyalah merindukan Nolan dalam diam, dan melanjutkan hari sebagaimana biasanya, bagaikan tak ada yang berubah.

Pada akhirnya pada pagi itu Winona menemukan kesempatan, memiliki waktu untuk mengunjungi bilik Nolan. Dia pandangi sepenjuru ruangan, dan mulai membersihkan satu-persatu barang. Mulai dari mengganti alas tempat tidur, menepuk sofa untuk menghilangkan debu, memastikan kamar mandinya masih bersih, hingga pada akhirnya membersihkan barang-barang yang Nolan tinggalkan di nakasnya.

Ketika ia memasukkan beberapa botol kaca ke dalam tas sampah, ia melihat sesuatu terselip di antara kaca dan meja dari meja rias tersebut.

Winona tidak mengingat benda itu ada di sana biasanya. Selama Nolan tinggal di istana, tidak pernah ada kertas terselip di meja rias itu.

Maka rasa penasaran Winona menang dan ia mengambil kertas tersebut.

"Surat?" Gumamnya, lalu memutarnya ke belakang. Matanya melebar ketika melihat tulisan Nolan disana.

Untuk: Pangeran Louis, Gavinku

Rasanya darah Winona berdesir lebih kencang dan seketika menghilang.

Surat ini ditulis oleh Nolan... Namun tak pernah sampai kepada tujuannya. Maka Winona akan melaksanakan tugasnya. Kedua kakinya langsung berlari, mencari Pangeran Louis. Hendak menyampaikan yang seharusnya tersampaikan dua minggu yang lalu.

Dua minggu telah terlewati, Gavin seakan tersiksa. Semua orang tahu bahwa dia tengah bersedih. Semua orang tahu dia sedang mengalihkan perhatian.

Istana tidak pernah sesibuk ini sebelumnya. Gavin menyibukkan diri dan seluruh perangkat istana terkena dampaknya.

Tiada hari libur, tiada waktu senggang. Tiap detik Gavin gunakan untuk bekerja. Dia menyibukkan diri untuk mengalihkan perhatian. Mengalihkan isi kepalanya dari seseorang yang ia rindukan setengah mati.

Namun hari ini, dia menyerah. Pada akhirnya dia membiarkan dirinya memikirkan Laninya. Sehari saja, pikirnya. Sehari saja, biarkan dia bersedih dan merindu.

Maka itulah yang ia lakukan.

Selama dua minggu lamanya ia menghindari seluruh bagian istana yang mengingatkannya pada Nolan. Namun sialnya seluruh penjuru istana seakan telah terukir nama Nolan di dindingnya.

The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang